KABARBURSA.COM – PT Gozco Plantations Tbk (GZCO), perusahaan yang bergerak di sektor pertanian, perdagangan, perindustrian, dan jasa, baru-baru ini melaporkan tambahan penyertaan modal tidak langsung ke salah satu anak usahanya, PT Sinar Karya Mandiri (PT SKM).
Menurut laporan keterbukaan informasi yang dirilis perseroan, langkah strategis ini dilakukan melalui entitas anak terkendali lainnya, PT Suryabumi Agrolanggeng (PT SA), dengan mengambil alih 2,65 persen saham milik PT Multi Bangun Sukses (PT MBS).
“Transaksi tersebut bernilai Rp5,18 miliar,” kata Direktur Gozco Plantations Yongki Tedja melalui pernyataannya, Sabtu, 16 November 2024.
Dengan tambahan kepemilikan tersebut, lanjut Yongki, PT SA kini menguasai 99,78 persen saham PT SKM, meningkat dari sebelumnya 97,12 persen.
Lebih jauh, Yongki menjelaskan, transaksi ini bertujuan memperkuat kendali atas PT SKM, yang merupakan entitas strategis dalam operasional perseroan. Meskipun nilainya signifikan, tambahan pengeluaran ini disebut tidak memberikan dampak material terhadap kondisi keuangan perusahaan, karena hanya mencakup 0,44 persen dari total ekuitas perseroan per akhir 2023, yaitu Rp1,16 triliun.
“Dari sisi hukum, transaksi ini memperkokoh posisi PT SA sebagai pengendali utama PT SKM,” tegas Direktur GZCO itu.
Dengan penguasaan hampir total, pengelolaan operasional dan pengambilan keputusan di PT SKM dipastikan lebih terintegrasi dengan strategi bisnis induk perusahaan.
PT SA, yang 99,50 persen sahamnya dimiliki langsung oleh Gozco Plantations, bertindak sebagai pembeli dalam transaksi ini. Sebelumnya, PT SA telah menjadi pemegang saham mayoritas di PT SKM dengan nilai investasi sebesar Rp190 miliar (97,12 persen saham).
Saham yang dibeli, senilai Rp5,18 miliar (2,65 persen), sebelumnya dimiliki oleh PT MBS, sebuah perusahaan berbasis di Surabaya yang bergerak di bidang perdagangan umum dan investasi.
PT MBS sendiri tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Gozco Plantations, baik dari sisi kepemilikan, direksi, dewan komisaris, maupun hubungan darah. Saham PT MBS dikuasai oleh dua individu, masing-masing dengan porsi kepemilikan 50 persen.
Kendati tidak berdampak langsung pada kegiatan operasional, transaksi ini mencerminkan upaya Gozco Plantations untuk semakin memperkuat struktur korporasi dan kendali strategis atas anak usahanya.
“Dalam jangka panjang, langkah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan usaha dan pencapaian target bisnis perusahaan,” pungkas Yongki.
Kinerja Keuangan GZCO
GZCO mencatat laba bersih sebesar Rp6,4 miliar pada kuartal ketiga 2024. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan sebesar 34,69 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana perusahaan membukukan laba bersih Rp9,8 miliar. Dengan capaian tersebut, laba bersih per saham GZCO tercatat sebesar Rp1,07 per lembar.
Pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp438,3 miliar, yang menghasilkan laba kotor Rp46,2 miliar. Namun, GZCO mengalami kerugian operasional sebesar Rp32,8 miliar, meski mencatat EBITDA positif sebesar Rp59,4 miliar. Beban bunga yang mencapai Rp26,6 miliar menjadi salah satu faktor penggerus laba bersih.
Secara neraca, GZCO memiliki total aset sebesar Rp2,17 triliun, dengan kas dan setara kas Rp123,3 miliar. Total ekuitas perusahaan mencapai Rp1,17 triliun, sementara total utang (jangka pendek dan panjang) tercatat sebesar Rp998,9 miliar, memberikan rasio utang terhadap ekuitas sebesar 0,85 kali.
Rasio keuangan menunjukkan bahwa GZCO memiliki Price-to-Earnings Ratio (PER) sebesar 93,46 kali, yang mengindikasikan valuasi cukup tinggi dibandingkan laba yang dihasilkan. Book Value Per Share (BVPS) tercatat Rp195,41, dengan rasio Price-to-Book Value (PBV) sebesar 0,51 kali. Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) masing-masing berada pada level rendah, yaitu 0,30% dan 0,55%, mencerminkan efisiensi yang masih perlu ditingkatkan dalam menghasilkan laba.
Penurunan laba bersih ini mengindikasikan tantangan yang dihadapi GZCO dalam mengelola beban operasional serta beban bunga yang tinggi. Meskipun perusahaan mencatat EBITDA positif, rasio Debt-to-EBITDA sebesar 16,83 menunjukkan tekanan utang yang cukup besar. Dengan rasio EBITDA-to-Interest Expense hanya 2,23 kali, kemampuan perusahaan untuk menutup beban bunga dari pendapatan operasional masih tergolong rendah.
GZCO belum mengumumkan dividen untuk tahun ini, sejalan dengan fokus perusahaan dalam menjaga likuiditas dan memperkuat struktur keuangan di tengah tantangan ekonomi. Dengan valuasi pasar sebesar Rp600 miliar dan harga saham terakhir di level Rp100 per lembar, perusahaan diharapkan mampu memperbaiki kinerja operasional dan keuangan pada kuartal mendatang.
Meski menghadapi berbagai tekanan, GZCO memiliki peluang untuk meningkatkan kinerja melalui optimalisasi operasional dan manajemen utang yang lebih baik. Strategi-strategi tersebut akan menjadi kunci untuk mempertahankan daya saing di sektor agribisnis yang semakin kompetitif. (*)