KABARBURSA.COM – PT Bukit Teknologi Digital (BTech), anak perusahaan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), telah menandatangani perjanjian layanan penelitian dengan The University of Queensland (UQ). Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan inovasi dan keberlanjutan di sektor pertambangan melalui riset dan pengembangan (R&D) bersama.
Kemitraan ini memadukan keahlian BTech dalam analitik pertambangan dengan riset kelas dunia UQ, sejalan dengan fokus Delta Dunia Group pada teknologi sebagai pendorong utama pertumbuhan. Proyek ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong praktik keberlanjutan di industri pertambangan.
Endang Veronica, Presiden Direktur BTech, mengatakan sangat antusias dapat menjalin kemitraan dengan The University of Queensland, salah satu universitas terkemuka di Australia yang diakui karena keahlian penelitian kelas dunianya.
“Sebagai perusahaan teknologi pertambangan yang terus berkembang, kami berkomitmen untuk berinvestasi dalam berbagai inovasi yang dapat meningkatkan solusi end-to-end yang mutakhir bagi para klien kami,” ujar Endang, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 16 November 2024.
Penelitian bersama ini akan berfokus pada pengembangan framework yang kokoh untuk Indikator Kesehatan Aset (Asset Health Indicators) yang dapat secara akurat menentukan Sisa Masa Pakai (Remaining Useful Life/RUL) komponen-komponen vital alat berat. Memahami kondisi komponen dan aset secara mendalam sangat penting untuk pemeliharaan yang efektif, yang membantu memperpanjang umur komponen dan mengoptimalkan manajemen armada.
Untuk mengatasi tantangan downtime tak terduga dan biaya perbaikan tinggi dalam operasi pertambangan Delta Dunia Group, penelitian ini akan mencakup analisis mendalam dengan menggunakan analitik data, deteksi kegagalan berbasis machine learning, pemetaan kesehatan komponen dengan parameter kunci, serta optimalisasi RUL dan masa pakai komponen.
Ia menambahkan, kolaborasi dengan UQ ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan kami menuju keunggulan teknologi di sektor pertambangan. “Dengan menggabungkan penelitian inovatif dan keahlian operasional kami, kami menetapkan standar baru dalam keandalan dan keberlanjutan industri,” imbuhnya.
Sejak spin-off di 2023, BTech telah berkolaborasi erat dengan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di bawah naungan Delta Dunia Group di Indonesia dan Australia melalui berbagai inisiatif komprehensif di bidang Manajemen Aset, Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan (SHE), Manajemen Sumber Daya Manusia, serta Mine Engineering. Keunggulan BTech terletak pada pemanfaatan analitik yang disesuaikan untuk mengoptimalkan keunggulan operasional dan meningkatkan kinerja keberlanjutan.
Sementara itu, Sue Harrison, Executive Dean of the Faculty of Engineering Architecture and Information Technology di UQ, menyatakan sangat antusias dapat menjalin kolaborasi penting ini dengan perusahaan Indonesia, terutama di sektor pertambangan.
Kemitraan ini merupakan langkah penting bagi The University of Queensland dalam mendorong inovasi global. Pengembangan pemeliharaan prediktif (Predictive Maintenance) adalah kunci untuk mengoptimalkan operasi pertambangan.
“Kami sangat antusias dapat bermitra dengan BTech dalam penelitian ini, yang berpotensi mencapai tonggak penting di industri. Bersama-sama, kami bertujuan untuk menyediakan solusi yang tidak hanya meningkatkan keandalan peralatan, tetapi juga mendorong praktik berkelanjutan di sektor pertambangan,” tegas Sue.
UQ merupakan salah satu universitas riset terkemuka di Australia dengan fokus pada kolaborasi global lintas disiplin ilmu yang berkualitas tinggi, baik dengan organisasi publik maupun swasta. School of Mechanical and Mining Engineering di UQ memiliki keahlian mendalam di bidang penelitian terkait pertambangan, khususnya dalam hal RUL dan Predictive Maintenance.
Penelitian mereka mencakup simulasi sistem (systems simulation), teknologi penginderaan (sensing technologies), serta perencanaan strategis dan taktis untuk sistem pertambangan (strategic and tactical planning of mining systems), yang mendukung peningkatan keandalan aset dan efisiensi operasional.
Kemitraan antara BTech dan UQ menegaskan komitmen Delta Dunia Group untuk memperdalam hubungan dengan Australia, tidak hanya sebatas operasional bisnis, tetapi juga mencakup proyek R&D kolaboratif yang berfokus pada praktik ramah lingkungan dan inovasi.
Pada 20 September 2024, Grup menandatangani Umbrella Agreement dengan UQ yang dirancang untuk memberikan manfaat signifikan bagi para pemangku kepentingan di Indonesia dan Australia. Kolaborasi ini mendukung inisiatif riset di seluruh anak perusahaan Delta Dunia Group, mendorong kemajuan dalam praktik pertambangan berkelanjutan, inovasi tenaga kerja, serta penerapan teknologi terkini.
Performa Saham DOID
Pada perdagangan, Jumat, 15 November 2024, saham DOID mengalami penurunan yang signifikan sebesar 35 poin atau 5,07 persen, dengan harga saham ditutup di 655. Penurunan ini menandai koreksi yang cukup tajam setelah saham sempat dibuka pada level 695 dan mencapai titik tertinggi di 700. Namun, tekanan jual tampaknya mendominasi pasar, mendorong harga turun hingga ke level terendah hari ini di 655.
Volume transaksi saham DOID hari ini tercatat mencapai 6,71 juta saham, yang meskipun cukup besar, masih di bawah rata-rata volume harian perusahaan yang biasanya mencapai 10,77 juta saham. Nilai transaksi yang tercatat sebesar Rp4,5 miliar, dengan frekuensi transaksi sebanyak 1.273 kali.
Tidak hanya itu, tekanan jual juga terlihat dalam aktivitas asing, di mana tercatat penjualan bersih asing (net sell) mencapai Rp1,24 miliar, sementara pembelian asing tercatat hanya Rp858 juta. Hal ini menunjukkan bahwa investor asing lebih banyak melakukan penjualan dibandingkan pembelian saham DOID hari ini.
Meskipun demikian, harga saham DOID masih berada di atas harga rata-rata perdagangan harian yang tercatat di level 669, sedikit lebih tinggi dibandingkan harga penutupan di 655.
Saham DOID saat ini berada di bawah level Auto Rejection Atas (ARA) yang berada di 860, sementara batas Auto Rejection Bawah (ARB) berada di 520. Dengan pergerakan saham yang cukup volatil, investor mungkin akan memperhatikan perkembangan selanjutnya, terutama mengingat bahwa saham ini telah mendekati batas bawah dari pergerakan harga yang diizinkan. (*)