Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Prospek Negatif bagi TBS Energi Utama: Peringkat idA Dipertahankan

×

Prospek Negatif bagi TBS Energi Utama: Peringkat idA Dipertahankan

Sebarkan artikel ini
MGL6331 11zon
Pengunjung melintas depan Video Tron Pintu masuk Main Hal Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (13/11/2024). Hari ini Papan Pantau Saham terlihat Hijau. foto: Kabar Bursa/abbas sandji

KABARBURSA.COM – Saat ini, TBS tengah dalam proses akuisisi 100 persen saham Sembcorp Environment Pte Ltd (SEPL), sebuah perusahaan pengelolaan limbah yang berpusat di Singapura, setelah sebelumnya melakukan divestasi terhadap PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP). Proses divestasi dan akuisisi ini diperkirakan akan rampung pada paruh pertama tahun 2025.

Prospek negatif dipertahankan untuk mengantisipasi potensi pelemahan pada profil bisnis dan keuangan perusahaan, terutama setelah divestasi MCL dan GLP. Selain itu, informasi lengkap terkait SEPL masih terbatas karena akuisisi tersebut belum sepenuhnya selesai. Sementara itu, PEFINDO juga memberikan peringkat idA pada Obligasi I Tahun 2023 yang diterbitkan oleh TBS. Seperti dalam pernyataan resmi di Jakarta, Senin 18 November 2024.

Peringkat dapat diturunkan jika hasil dari aksi korporasi tersebut menyebabkan penurunan signifikan dalam arus kas yang diperoleh dari anak usaha, tanpa adanya kompensasi yang memadai melalui perbaikan dalam profil bisnis atau struktur permodalan perusahaan. Namun, prospek dapat direvisi kembali ke stabil tanpa adanya perubahan peringkat, jika aksi korporasi terbukti meningkatkan profil usaha atau struktur leverage yang dapat menanggulangi penurunan kontribusi dividen dari anak perusahaan.

Peringkat yang diberikan mencerminkan bisnis TBS yang terdiversifikasi dengan baik, memiliki struktur permodalan yang konservatif, serta perlindungan arus kas yang solid dan permintaan yang kuat dari bisnis-bisnis baru. Namun, peringkat ini juga dibatasi oleh risiko yang terkait dengan pengembangan proyek-proyek baru serta ketidakpastian akibat fluktuasi harga komoditas.

PT TBS Energi Utama Tbk didirikan pada tahun 2008 dan memiliki berbagai anak usaha yang bergerak di sektor batubara di Kalimantan Timur, pembangkit listrik tenaga uap di Gorontalo dan Sulawesi Utara, pengelolaan limbah di Singapura dan Indonesia, pembangkit listrik tenaga minihidro di Lampung, pembangkit listrik tenaga surya terapung di Batam, serta kendaraan listrik.

Perusahaan juga berencana untuk memperluas portofolio bisnisnya ke sektor energi terbarukan dalam jangka waktu dekat hingga menengah. Hingga 30 September 2024, pemegang saham utama perusahaan meliputi Highland Strategic Holdings Pte., Ltd (61,017 persen), PT Toba Sejahtera (8,869 persen), PT Bara Makmur Abadi (5,472 persen), dan publik (24,642 persen).

Divestasi Dua Aset

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengumumkan langkah strategis untuk melakukan divestasi terhadap dua aset pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan total kapasitas 200 megawatt. Langkah ini diambil sebagai bagian dari komitmen perusahaan untuk fokus pada pengembangan bisnis yang lebih ramah lingkungan.

Keputusan tersebut disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Independen dan Luar Biasa yang digelar di Jakarta pada Kamis. Dalam pengumuman itu, perusahaan menyatakan bahwa dua PLTU yang akan dijual adalah PT Minahasa Cahaya Lestari dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP). PT Kalibiru Sulawesi Abadi (KSA) akan bertindak sebagai pihak yang membeli kedua aset tersebut. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, 14 November 2024.

Direktur TBS Energi Utama, Juli Oktarina, menjelaskan bahwa keputusan untuk menjual dua PLTU ini merupakan langkah penting dalam mencapai target perusahaan untuk menjadi netral karbon pada tahun 2030. Ia menambahkan bahwa dengan divestasi ini, TBS Energi Utama diproyeksikan dapat mengurangi emisi karbonnya lebih dari 80 persen, yang setara dengan pengurangan 1,3 juta ton CO2 per tahun.

Juli juga mengungkapkan bahwa meski langkah ini signifikan, perusahaan masih menghadapi surplus emisi sekitar 300 ribu ton CO2. Hal ini disebabkan oleh keberadaan operasional tiga tambang  batubara yang masih berjalan, meskipun diharapkan akan habis sepenuhnya pada 2027.

“Perusahaan kami memang masih beroperasi di sektor batubara. Namun, kami sedang berfokus pada transisi untuk mengurangi jejak karbon kami secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan,” ungkap Juli dalam jumpa pers usai RUPS.

Dari hasil divestasi tersebut, TBS Energi Utama diperkirakan akan memperoleh dana segar sekitar 144,8 juta dolar AS, yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai investasi awal perusahaan sebesar 87,4 juta dolar AS. Dana ini rencananya akan digunakan untuk mempercepat pengembangan bisnis perusahaan di sektor energi terbarukan, pengembangan kendaraan listrik, serta investasi dalam pengelolaan limbah.

Transformasi perusahaan menuju bisnis yang lebih berkelanjutan sedang berjalan melalui program “TBS 2030 Towards a Better Society,” yang telah diluncurkan pada 2021. Dalam rangka mendukung visi jangka panjang ini, pemegang saham juga telah menyetujui rencana reinvestasi bertahap dari bisnis berbasis fosil ke bisnis hijau, yang akan berlangsung hingga tahun 2030. Proses reinvestasi ini dimulai pada 2021 dan akan terus berlanjut hingga 2025, dengan target jangka panjang pada tahun 2030.(*)