Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

PZZA Ungkap Dua Tekanan yang Pengaruhi Kinerja 2024

×

PZZA Ungkap Dua Tekanan yang Pengaruhi Kinerja 2024

Sebarkan artikel ini
img411
PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) (Foto: Sarimelati Kencana)

KABARBURSA.COM – Direktur Operasional PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) Boy Lukito menyampaikan dua tekanan eksternal utama yang memengaruhi kinerja bisnis yang berpotensi menggoyangkan arah masa depan perseroan.

Dalam acara paparan publik (public expose), Boy menerangkan bahwa peningkatan sentimen geopolitik di Timur Tengah dan penurunan daya beli masyarakat di Indonesia merupakan dua faktor tersebut.

Boy menjelaskan bahwa kedua faktor tersebut, meskipun berbeda, saling berinteraksi dan memberikan dampak yang signifikan. “Tentu saja kami tidak bisa memisahkan mana yang lebih besar pengaruhnya antara geopolitik dan daya beli masyarakat, karena keduanya sudah tercampur dalam keadaan saat ini,” ujar bos Pizza Hut itu, pada Senin, 18 November 2024.

Meskipun ada penurunan yang tercatat dari dampak geopolitik, sambung dia, dampak dari turunnya daya beli masyarakat juga tidak bisa diabaikan.

Sementara terkait dengan arah masa depan perseroan, Boy mengungkapkan bahwa meskipun kondisi pasar saat ini cukup sulit, perseroan tidak akan berfokus pada ekspansi gerai baru.

Sebagai informasi, saat ini perseroan telah memiliki kehadiran yang cukup signifikan di 36 dari 38 provinsi di Indonesia dengan 595 gerai, lebih banyak dibandingkan pesaing seperti KFC dengan 715 gerai dan McDonald’s yang hanya memiliki sekitar 300 gerai di kurang dari 30 provinsi.

Namun, Boy menjelaskan bahwa fokus perseroan ke depan bukan pada ekspansi jumlah gerai, melainkan pada peremajaan dan pembaruan restoran-restoran yang sudah ada, terutama yang sudah beroperasi selama puluhan tahun dan mengalami keterlambatan dalam hal desain dan suasana.

“Kami ingin meng-upgrade restoran-restoran kami, memperbarui desain interior dan eksterior agar lebih relevan dengan tren zaman sekarang, terutama di kalangan generasi Z dan milenial,” lanjutnya.

Salah satu langkah inovatif yang telah diambil oleh perseroan adalah pengembangan konsep restoran Ristorante, yang sudah memiliki 30 cabang. Ristorante tidak hanya menawarkan pizza, tetapi juga berbagai menu premium dan lebih sophisticated, seperti handcrafted pizza, gourmet steak, dan gourmet pasta. Konsep ini terbukti sukses karena dapat meningkatkan pendapatan rata-rata restoran hingga 20 persen lebih tinggi dibandingkan restoran mainstream lainnya.

“Dengan fokus pada pembaruan restoran dan inovasi menu yang lebih premium, perseroan berharap dapat tetap relevan di mata konsumen, bahkan di tengah tantangan ekonomi yang ada,” ungkap Boy.

Boy juga menekankan bahwa di tahun 2024 ini, pihaknya belajar banyak tentang pentingnya pembaruan dan kesesuaian dengan kebutuhan pasar yang terus berubah.

Ke depannya, meskipun ekspansi gerai baru tidak menjadi prioritas utama, perseroan tetap berkomitmen untuk terus beradaptasi dengan perkembangan pasar dan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi konsumen di seluruh Indonesia.

Pendapatan dan Laba PZZA

Per 30 September 2024, PZZA mencatatkan kerugian sebesar Rp96,71 miliar, yang mengalami peningkatan signifikan sebesar 148 persen dibandingkan kerugian sebesar Rp38,95 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini menyebabkan kerugian per saham dasar dan dilusian meningkat menjadi Rp32,18, dibandingkan dengan Rp12,96 pada tahun sebelumnya.

Pendapatan perusahaan tercatat menurun, dengan penjualan bersih mencapai Rp2,03 triliun, turun 26 persen dari Rp2,75 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Beban pokok penjualan juga turun menjadi Rp638,93 miliar dari sebelumnya Rp927,88 miliar, sehingga laba kotor tercatat Rp1,39 triliun, berkurang dibandingkan Rp1,82 triliun pada tahun lalu.

Beban penjualan PZZA tercatat sebesar Rp1,37 triliun, turun dari Rp1,67 triliun. Beban umum dan administrasi juga mengalami penurunan menjadi Rp146,73 miliar dari sebelumnya Rp158,47 miliar. Pendapatan operasi lainnya meningkat menjadi Rp40,52 miliar, naik dari Rp15,80 miliar, sementara beban operasi lainnya turun menjadi Rp3,74 miliar dibandingkan Rp6,8 miliar tahun lalu.

Rugi operasi meningkat tajam menjadi Rp82,4 miliar, dibandingkan dengan Rp4,23 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan bunga mengalami penurunan menjadi Rp349,29 juta dari Rp453,1 juta, sementara beban bunga dan keuangan juga menurun menjadi Rp41,2 miliar dari Rp44,48 miliar. Akibatnya, rugi sebelum pajak penghasilan meningkat menjadi Rp123,26 miliar, dibandingkan dengan Rp48,26 miliar pada tahun sebelumnya.

Secara keseluruhan, total ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp979,56 miliar, menurun dari Rp1,07 triliun pada akhir tahun lalu. Total liabilitas tercatat sebesar Rp1,18 triliun, turun dari Rp1,27 triliun pada akhir tahun sebelumnya. Total aset PZZA juga tercatat menurun menjadi Rp2,16 triliun, dibandingkan dengan Rp2,34 triliun pada akhir tahun lalu. (*)