Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Harga Batu Bara Menguat di Tengah Ketegangan Rusia-Ukraina

×

Harga Batu Bara Menguat di Tengah Ketegangan Rusia-Ukraina

Sebarkan artikel ini
batu bara
BATU BARA - PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), melalui anak usahanya PT Daya Bumindo Karunia (DBK), telah mulai memproduksi batu bara metalurgi di area operasionalnya yang terletak di Kalimantan Tengah. (Foto: Bence Balla Schottner)

KABARBURSA.COM – Harga batu bara menunjukkan pergerakan yang bervariasi pada Senin, 19 November 2024, terpengaruh oleh eskalasi ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Di sisi lain, kenaikan harga gas turut memberikan dukungan terhadap penguatan harga batu bara.

Harga batu bara Newcastle untuk kontrak November 2024 stagnan di angka USD141,75 per ton. Sementara itu, harga batu bara Desember 2024 mengalami penurunan sebesar USD0,4, menjadi USD143 per ton. Untuk Januari 2025, harga batu bara naik sebesar USD0,45, mencapai USD145,05 per ton.

Di pasar Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak November 2024 turun USD0,15 menjadi USD122,6 per ton, sementara harga untuk Desember 2024 naik USD1,25 menjadi USD126,5 per ton. Pada Januari 2025, harga batu bara Rotterdam menguat USD1,2, menjadi USD127,15 per ton.

Menurut laporan Reuters, eskalasi konflik Rusia-Ukraina semakin memanas setelah pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang wilayah Rusia, termasuk Kursk. Langkah ini mendapat kecaman dari Kremlin yang menilai tindakan tersebut ceroboh, dengan potensi konfrontasi langsung dengan NATO.

Selain itu, harga batu bara juga terdorong oleh kenaikan harga gas. Harga kontrak berjangka gas alam TTF Dutch untuk Desember 2024, yang menjadi acuan perdagangan gas di Eropa, meningkat sebesar 1,28 persen menjadi 47,15 euro per megawatt-jam (MWh).

Peran Indonesia dalam Menentukan Harga Batu Bara Global

Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batubara Indonesia (Aspebindo) mendukung upaya pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka untuk memperkuat peran Indonesia dalam menentukan harga batu bara global. Sebagai eksportir batu bara terbesar di dunia, Indonesia memiliki posisi strategis untuk memengaruhi harga komoditas ini.

“Indonesia bukan hanya konsumen, tetapi juga pemain utama di pasar global. Posisi ini perlu diperkuat agar harga batu bara lebih adil bagi industri domestik,” ujar Wakil Ketua Umum Aspebindo, Fathul Nugroho, pada Jumat, 15 November 2024.

Fathul juga mengomentari rencana Menteri ESDM Bahlil Lahadalia untuk membentuk indeks harga batu bara nasional. Meskipun harga batu bara Indonesia masih dipengaruhi oleh fluktuasi pasar internasional, indeks ini diharapkan memberikan kontrol yang lebih besar bagi Indonesia terhadap harga komoditas tersebut.

“Indeks harga nasional dapat membuka peluang untuk harga yang lebih menguntungkan bagi pasar domestik,” tambahnya.

Selain mendukung pembentukan indeks harga, Fathul mengkritisi kebijakan kenaikan tarif royalti yang progresif bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), yang saat ini berada di angka 3-7 persen, dan 13 persen untuk PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara). Kebijakan ini dianggap memberatkan profitabilitas perusahaan, khususnya bagi pelaku usaha kecil dan menengah.

“Kenaikan tarif royalti yang progresif membebani perusahaan kecil dan menengah di sektor ini. Kebijakan ini perlu dievaluasi agar tidak merugikan industri yang sudah menghadapi banyak tantangan,” ujar Fathul.

Sebagai solusi, Aspebindo mengusulkan pembentukan Indonesia Green Coal Index yang mencakup pajak karbon, sejalan dengan rencana pemerintah untuk menerapkan pajak karbon pada 2025 setelah sebelumnya tertunda pada 2024. Fathul menilai, penerapan Green Coal Index dapat mendukung transisi menuju energi bersih dan memberikan nilai tambah bagi sektor batu bara Indonesia.

“Green Coal Index bisa menjadi langkah strategis dalam mendukung transisi energi bersih sekaligus memberikan nilai tambah untuk sektor batu bara Indonesia,” ujarnya.

Untuk mengatasi ketimpangan harga batu bara, Aspebindo terus melakukan berbagai langkah strategis, salah satunya melalui penyelenggaraan webinar dengan tema Mencari Format Harga Batu Bara yang Berkeadilan pada Kamis, 14 November 2024. Acara ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba), PLN EP, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI-ICMA), dan PT Arutmin.

“Webinar ini bertujuan untuk mempertemukan pejabat pemerintah, pelaku industri, dan akademisi untuk mencari solusi bersama dalam mendukung keberlanjutan sektor energi di Indonesia,” kata Fathul Nugroho, Wakil Ketua Umum Aspebindo.

Pergerakan harga batu bara yang bervariasi dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik serta fluktuasi harga gas global. Di sisi lain, Indonesia, sebagai eksportir batu bara terbesar dunia, semakin memperkuat perannya dalam menentukan harga batu bara global melalui langkah-langkah seperti pembentukan indeks harga nasional dan penerapan kebijakan yang lebih menguntungkan bagi pasar domestik.

Sementara itu, tantangan kebijakan terkait royalti dan transisi energi bersih terus menjadi fokus diskusi di kalangan pemangku kepentingan di industri ini. (*)