Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Berbalik Arah, Emas Kini Berkilau usai Meredup Sepekan

×

Berbalik Arah, Emas Kini Berkilau usai Meredup Sepekan

Sebarkan artikel ini
emas dunia
HARGA EMAS - Ilustrasi sebuah emas batangan (Foto: Int)

KABARBURSA.COM – Harga emas mengalami lonjakan signifikan pada Senin, 18 November 2024, setelah enam hari berturut-turut mengalami penurunan. Penurunan dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian terkait ketegangan Rusia-Ukraina mendorong permintaan emas sebagai aset aman.

Menurut Reuters, harga emas spot naik sebesar 1,8 persen menjadi USD 2.608,19 per ons, menjauh dari level terendah dalam dua bulan terakhir yang tercatat pada 14 November 2024. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup dengan lonjakan 1,7 persen di level USD 2.614,6.

Daniel Pavilonis, analis senior pasar di RJO Futures, menyatakan bahwa salah satu faktor utama lonjakan harga emas adalah pengumuman Presiden AS, Joe Biden, mengenai pengiriman rudal jarak jauh ke Ukraina. Keputusan ini memungkinkan Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia lebih dalam, yang memicu meningkatnya permintaan emas sebagai aset pelindung nilai.

Selain itu, pemulihan harga emas ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk pelemahan dolar AS (USD) yang terjadi setelah rally kuat yang dipicu oleh kebijakan ekonomi terbaru Presiden Donald Trump. Selain itu, ketidakpastian yang masih melanda pasar terkait dengan imbal hasil AS di berbagai kerangka waktu juga memberi ruang bagi logam kuning untuk melanjutkan pemulihan.

Emas sering kali dilihat sebagai instrumen investasi yang aman di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi. Namun, pada pekan sebelumnya, harga emas mengalami penurunan mingguan terburuk dalam lebih dari tiga tahun. Penurunan ini dipengaruhi oleh proposal tarif dari presiden terpilih Trump yang dapat memicu inflasi, yang pada gilirannya dapat memperlambat pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).

Meskipun pada pekan sebelumnya indeks dolar AS mencapai level tertinggi dalam satu tahun, pada Senin, dolar AS melemah sebesar 0,4 persen setelah mencatatkan kenaikan 1,6 persen sebelumnya. Melemahnya dolar menjadikan emas lebih terjangkau bagi pembeli yang menggunakan mata uang selain dolar AS.

“Secara teknikal, harga emas berpotensi kembali mendekati level USD 2.700,” tambah Pavilonis.

Minggu ini diperkirakan akan menjadi minggu yang dipenuhi dengan rilis data ekonomi global, di mana publikasi indeks manajer pembelian (PMI) awal akan menjadi sorotan utama. The Fed diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya pada bulan Desember, meskipun data terbaru menunjukkan bahwa upaya untuk mengendalikan inflasi agar mencapai target 2 persen mengalami beberapa hambatan.

Khususnya, Ketua The Fed Jerome Powell yang menyatakan minggu lalu bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga lebih lanjut mengingat kondisi ekonomi AS yang masih cukup kuat.

Selain itu, setidaknya tujuh pejabat The Fed dijadwalkan untuk berbicara pada minggu ini. Kenaikan suku bunga biasanya membuat aset non-yielding seperti emas kurang menarik. Namun, menurut Kinesis Money, target harga emas selanjutnya adalah untuk menutup perdagangan di atas level resistansi kuat di USD 2.650.

Di sisi lain, data terbaru dari laporan Posisi CFTC untuk pekan yang berakhir pada 12 November menunjukkan bahwa para spekulan (pemain non-komersial) telah mengurangi posisi net long mereka pada emas menjadi sekitar 236.500 kontrak, angka terendah sejak awal Juni. Penurunan ini bertepatan dengan penurunan kedua berturut-turut dalam open interest, yang mencerminkan adanya koreksi harga baru-baru ini.

Selain emas, harga logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan yang signifikan. Harga perak spot naik 2,8 persen menjadi USD 31,05 per ons, sementara harga platinum meningkat 2,8 persen menjadi USD 964,87 per ons. Harga paladium juga melonjak 5,3 persen menjadi USD 1.001,29 per ons.

Wall Street Bervariasi

Dua indeks Wall Street, Nasdaq Composite dan S&P 500, mencatat penguatan pada akhir perdagangan Senin, 18 November 2024. Ini terjadi salah satunya karena para investor menantikan laporan keuangan Nvidia dan Tesla.

Seperti dilansir Reuters, Dow Jones Industrial Average melemah 55,39 poin atau 0,13 persen di akhir perdagangan menjadi 43.389,60, sedangkan S&P 500 naik 23,00 poin atau 0,39 persen menjadi 5.893,62. Sementara itu, Nasdaq naik 111,69 poin atau 0,60 persen menjadi 18.791,81.

Di Bursa Efek New York (NYSE), saham yang naik jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang turun dengan rasio 1,71 berbanding 1. Sebanyak 159 saham mencapai level tertinggi baru sementara 88 saham menyentuh level terendah baru.

Di Nasdaq, 2.158 saham naik dan 2.150 turun, dengan rasio yang hampir sama. S&P 500 mencatat 29 level tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir dan 13 level terendah baru, sedangkan Nasdaq Composite mencatat 69 level tertinggi baru dan 265 level terendah baru.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 14,94 miliar saham, dibandingkan rata-rata 14,12 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir. (*)