Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

OJK Klaim Perbankan Stabil, di Tengah Ketidakpastian Global

×

OJK Klaim Perbankan Stabil, di Tengah Ketidakpastian Global

Sebarkan artikel ini
ojk
BANK - OJK mengungkapkan bahwa meskipun sektor perbankan Indonesia menunjukkan permodalan yang solid dengan rasio kecukupan modal (CAR) 26,09 persen, tantangan global yang terus berkembang tetap memerlukan perhatian ekstra.

KABARBURSA.COM – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru saja menerbitkan Laporan Surveillance Perbankan Indonesia (LSPI) Triwulan II-2024. Laporan ini memberikan gambaran dan analisis menyeluruh tentang dinamika ekonomi global dan domestik serta kaitannya dengan kinerja sektor perbankan, termasuk penyaluran kredit dan pembiayaan, serta risiko yang dihadapi.

“Laporan ini juga mencakup kebijakan perbankan yang diterbitkan oleh OJK, perkembangan kelembagaan perbankan, serta koordinasi antar lembaga terkait,” demikian tertulis dalam LSPI yang dirilis pada Selasa, 19 November 2024.

Pada triwulan II-2024, ekonomi global menunjukkan pola stagnasi. Pasar keuangan dunia terus dibayangi ketidakpastian tinggi, sementara pertumbuhan ekonomi berbagai negara berjalan tidak merata. Meski ekonomi Amerika Serikat, Eropa, dan Inggris mencatat peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, ekonomi Tiongkok masih melemah akibat rendahnya permintaan domestik dan tekanan di sektor properti.

Tingginya ketidakpastian global turut dipicu oleh inflasi yang belum turun sesuai target. Kondisi ini mendorong The Fed mempertahankan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) tetap tinggi hingga pertengahan tahun. Kebijakan pelonggaran baru dilakukan pada September 2024.

Faktor risiko lain, seperti konflik geopolitik di Timur Tengah dan Ukraina, gangguan jalur perdagangan di Laut Merah, hingga perubahan iklim, juga berpotensi memicu kenaikan harga komoditas dan inflasi di masa depan. Sementara itu, pasar global juga mencermati dinamika politik di Amerika Serikat menjelang pemilihan presiden pada November 2024.

Di tengah ketidakpastian global, ekonomi Indonesia tetap menunjukkan ketahanan, meski sedikit melandai dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekspor menjadi penopang utama, sementara konsumsi, investasi, dan pengeluaran pemerintah mencatat perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Perlambatan konsumsi domestik disinyalir sebagai dampak dari berakhirnya efek stimulus Pemilu dan Ramadan, serta kondisi pasar tenaga kerja yang belum sepenuhnya pulih.

Namun, kekuatan ekonomi nasional tetap tercermin dari kinerja perbankan. Pada triwulan II-2024, pertumbuhan kredit bank umum mencapai 12,36 persen (yoy), naik signifikan dibandingkan 7,76 persen (yoy) pada periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan ini didukung oleh permintaan yang kuat dari segmen korporasi, sejalan dengan peningkatan penjualan dan kemampuan bayar.

Likuiditas Perbankan Terjaga

Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh sebesar 8,45 persen (yoy), naik dari 5,79 persen (yoy) pada tahun sebelumnya. Kondisi ini membantu menjaga likuiditas perbankan di tengah tantangan ekonomi. Rasio likuiditas seperti AL/NCD dan AL/DPK masing-masing berada pada 112,33 persen dan 25,37 persen, jauh di atas ambang batas minimum 50 persen dan 10 persen.

“Dalam situasi demikian, kondisi likuditas bank umum terpantau masih cukup memadai sebagaimana tecermin dari rasio AL/NCD dan AL/DPK,” terangnya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru saja merilis Laporan Surveillance Perbankan Indonesia (LSPI) Triwulan II-2024, yang menyajikan gambaran menyeluruh serta analisis mendalam terkait kondisi perekonomian global dan domestik. Laporan ini juga mengaitkan dinamika tersebut dengan kinerja sektor perbankan, termasuk penyaluran kredit dan pembiayaan, serta profil risiko yang dihadapi oleh lembaga-lembaga keuangan.

Selain memberikan ikhtisar perkembangan ekonomi, laporan ini juga mencakup kebijakan perbankan yang diterbitkan OJK, evolusi kelembagaan perbankan, serta koordinasi antar lembaga terkait. Salah satu topik penting yang diangkat dalam laporan ini adalah pembahasan mengenai interkoneksi kebijakan moneter The Fed dengan stabilitas makroekonomi dan kondisi perbankan di Indonesia.

Perekonomian Global Triwulan

Dalam siaran pers yang dikeluarkan pada Senin 18 November, OJK menjelaskan bahwa kondisi perekonomian global selama triwulan II-2024 terpantau stagnan. Ketidakpastian di pasar keuangan global masih cukup tinggi, dan pertumbuhan ekonomi antar negara juga terbilang terdivergensi. Ekonomi AS, Eropa, dan Inggris menunjukkan angka pertumbuhan yang positif dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara ekonomi Tiongkok menghadapi tekanan akibat lemahnya permintaan domestik dan berlanjutnya kesulitan di sektor properti.

Ketidakpastian pasar keuangan global sebagian besar dipengaruhi oleh laju inflasi yang masih tinggi, yang mendorong The Fed untuk mempertahankan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) pada level tinggi dalam jangka panjang, setidaknya hingga Juni 2024. Pemangkasan FFR diperkirakan baru akan dilakukan pada pertemuan FOMC September 2024.

Selain faktor inflasi, kondisi geopolitik yang terus berkembang, termasuk ketegangan di Timur Tengah dan Ukraina serta gangguan pada jalur perdagangan Laut Merah, turut memberikan dampak signifikan terhadap ketidakpastian pasar. Di samping itu, ancaman perubahan iklim yang dapat memicu lonjakan harga komoditas dan inflasi global semakin memperburuk prospek ekonomi global.

Kekhawatiran pasar juga semakin diperburuk oleh ketidakpastian politik di AS menjelang Pemilu Presiden 2024. Meskipun begitu, perekonomian domestik Indonesia masih mampu mempertahankan momentum pertumbuhannya pada triwulan II-2024, meskipun sedikit melambat. Penurunan konsumsi, investasi, dan pengeluaran pemerintah yang lebih moderat dibandingkan tahun sebelumnya, dapat dijelaskan oleh berakhirnya efek dari stimulus Pemilu dan Ramadan, serta belum pulihnya kondisi pasar tenaga kerja.

Meskipun ada pelambatan pada beberapa sektor, perekonomian domestik Indonesia masih menunjukkan ketahanan yang baik, tercermin dari kinerja sektor perbankan. Kredit yang disalurkan oleh bank umum tercatat tumbuh 12,36 persen (yoy), meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 7,76 persen (yoy). Peningkatan ini terutama dipicu oleh permintaan yang kuat dari segmen korporasi, didorong oleh kinerja penjualan yang solid dan kapasitas bayar yang cukup baik. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga menunjukkan pertumbuhan yang positif, yaitu 8,45 persen (yoy), jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu yang hanya 5,79 persen (yoy).(*)