KABARBURSA.COM – Harga kontrak berjangka (futures) nikel telah melonjak di atas angka USD17.000 per ton, mencapai level tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Pada Senin 26 Februari 2024, harga nikel menguat 0,61 persen menjadi USD17.271, dengan kenaikan sebesar 7,19 persen dalam sepekan, menurut data Trading Economics.
Peningkatan ini didukung oleh kekhawatiran terkait prospek pasokan setelah Amerika Serikat (AS) berkomitmen untuk memperluas sanksi terhadap produsen utama Rusia. Meskipun demikian, gambaran fundamental untuk komoditas nikel masih cenderung bearish. Pasokan nikel diperkirakan akan melebihi permintaan sebesar 239 ribu metrik ton pada tahun 2024, terutama karena pertumbuhan adopsi kendaraan listrik yang lebih lambat dari perkiraan dan tantangan pemulihan ekonomi di China, yang merupakan konsumen utama.
Meski harga nikel naik, sejumlah saham produsen nikel di Bursa Efek Indonesia (BEI) malah mengalami penurunan pada perdagangan Senin (26/2). Saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) tergelincir 2,26 persen, sementara Vale Indonesia Tbk (INCO) turun 3,04 persen.
Produsen nikel lainnya, seperti saham Pam Mineral Tbk (NICL) dan Hillcon Tbk (HILL), juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 3,74 persen dan 3,23 persen. Emiten nikel lainnya, seperti Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dan Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), juga mengalami penurunan signifikan masing-masing sebesar 5,3 persen dan 5,43 persen.