KABARBURSA.COM – Tren kenaikan harga emas diproyeksikan akan berlanjut pada 2024. Bahkan, diprediksikan tahun ini harga emas akan mencetak rekor baru.
Chief Operation Officer Lakuemas Geoffrey Aten menjelaskan, kenaikan harga emas akan didorong oleh penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serika (AS) yaitu The Fed.
Sebagai informasi, pada awal 2024 harga emas mencapai 2.000 dolar AS, atau sekitar Rp31 juta per ons. Harga tersebut mencapai rekor tertinggi dalam sejarah.
“Ketika suku bunga turun, itu menyebabkan kelas aset lain berkembang,” kata Geoffrey Aten dalam acara Ngobrol Pintar bersama Lakuemas, Rabu, 6 Maret 2024.
“Outlook-nya (harga emas) di 2024, tergantung pada kebijakan bank sentral Amerika juga sih,” ucapnya menambahkan.
Selain itu, kenaikan harga emas juga dipengaruhi oleh kondisi geopolitik.
Harga emas bisa naik karena aset dolar menjadi lebih berisiko imbas dari ketegangan geopolitik yang masih terjadi.
Di sisi lain, ada pula fenomena pembelian emas oleh bank sentral. Fenomena ini terjadi pada 2023, dan mengindikasikan seolah bank sentral saling berebut aset emas. Peningkatan harga emas juga didorong oleh proyeksi JP Morgan yang menyebut, akan terjadi peningkatan reli untuk emas pada 2024.
Di kesempatan yang sama, Equity Analyst CNBC Susi Setiawati menuturkan, dari sisi market emas pada 2024 akan mengalami peningkatan.
“Permintaan safe haven ini sudah mulai meningkat, di beberapa negara juga sudah mulai akumulasi ke komoditas emas lagi,” terang dia.
Hal tersebut dipengaruhi oleh belum terlihatnya ujung dari perang yang terjadi di beberapa negara termasuk Rusia dan Ukraina. Sehingga membuat permintaan akan aset emas ini meningkat di sejumlah negara.
Lebih lanjut, Susi membocorkan bahwa tidak lama lagi The Fed akan memberikan kisi-kisi apakah bank sentral AS akan menurunkan suku bunga pada Juni 2024.
Ketika terjadi penurunan suku bunga, otomatis itu akan mendorong harga emas bisa menguat lagi.
“Bahkan bisa lebih dari 2.100 dolar AS per troy ounce,” pungkasnya. (*/adi)