Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Banjir Smelter Nikel: 44 Beroperasi per Maret, 19 Menyusul

×

Banjir Smelter Nikel: 44 Beroperasi per Maret, 19 Menyusul

Sebarkan artikel ini
Smelter Nikel
Salah satu smelter nikel di Indonesia. (Foto: Shutterstock)

KABARBURSA.COMMenurut data dari Kementerian Perindustrian, hingga Maret 2024, Indonesia telah memiliki total 44 smelter nikel yang beroperasi di bawah binaan Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE). Lokasi terbanyak dari smelter tersebut berada di Maluku Utara dengan kapasitas produksi mencapai 6,25 juta ton per tahun.

Angka tersebut belum termasuk 19 smelter nikel yang sedang dalam tahap konstruksi, serta 7 lainnya yang masih dalam tahap studi kelaikan atau feasibility studies (FS). Dengan demikian, total proyek smelter nikel di Indonesia per Maret 2024 mencapai 70 proyek.

Perlu dicatat bahwa smelter yang berada di bawah naungan Ditjen ILMATE Kemenperin merupakan fasilitas yang berdiri sendiri atau standalone, sedangkan smelter yang terintegrasi berada di bawah naungan Ditjen Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Secara keseluruhan, smelter nikel menjadi yang terbanyak dibandingkan dengan pabrik peleburan dan pemurnian untuk mineral logam lainnya di Indonesia, menurut paparan Kemenperin terkait dengan perkembangan hilirisasi industri yang dilansir pada Selasa, 19 Maret 2024.

Di sisi lain, Indonesia hanya memiliki 2 smelter tembaga yang beroperasi, dengan 1 proyek dalam tahap konstruksi. Proyek konstruksi tersebut adalah smelter katoda tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Manyar, Gresik, Jawa Timur, yang dijadwalkan mulai beroperasi pada bulan Mei tahun ini.

Selain itu, terdapat 3 smelter alumina yang beroperasi dengan 1 proyek masih dalam tahap konstruksi. Sementara untuk smelter aluminium, tercatat ada 2 unit yang beroperasi tanpa ada rencana penambahan baru.

Adapun, smelter timah yang beroperasi di Indonesia tercatat sebanyak 3 unit, tanpa adanya proyek baru. Dengan demikian, total smelter yang beroperasi di Indonesia hingga saat ini adalah 54 unit, sementara 21 masih dalam tahap konstruksi, dan 7 masih dalam tahap FS.

Smelter apa saja?

Khusus untuk industri nikel, keberadaan smelter komoditas ini tercatat paling banyak di Provinsi Maluku Utara dengan total 18 perusahaan. Di sana, smelter nikel memberikan pekerjaan kepada sekitar 26.936 orang dengan kapasitas produksi mencapai 6,25 juta ton per tahun.

Sementara itu, Provinsi Sulawesi Tengah menyusul dengan memiliki 17 perusahaan smelter nikel. Smelter nikel di Sulawesi Tengah memberikan lapangan kerja kepada sekitar 51.364 orang dengan kapasitas produksi mencapai 10,37 juta ton per tahun.

“Pertumbuhan industri nikel mengalami kenaikan secara signifikan setelah pemberlakuan larangan ekspor bijih nikel per 1 Januari 2020, sesuai Peraturan Menteri ESDM No. 11/2019,” terang Dirjen ILMATE Tauiek Bawazier dalam paparan di Komisi VII DPR RI.

Dia mengelaborasi permintaan ekspor untuk produk logam dasar nickel matte menjadi ferronickel menjadi salah satu penyebab tumbuhnya industri logam dasar berbasis nikel di Indonesia saat ini.

“Permintaan nikel diproyeksikan terus meningkat, terutama untuk baja nirkarat dan baterai. Kebutuhan nikel untuk prekursor baterai diproyeksikan menyamai kebutuhan nikel untuk baja nirkarat pada 2040,” paparnya.

Menurut taksasi Kementerian Perindustrian, kebutuhan nikel berdasarkan target kuantitatif pemerintah pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 25.133 ton, meningkat menjadi sekitar 37.699 ton pada tahun 2030, dan meningkat lagi menjadi sekitar 59.506 ton pada tahun 2040.

Namun, pasar nikel dunia belakangan ini mengalami ketidakseimbangan karena adanya pasokan yang melimpah dari Indonesia, yang mengakibatkan penurunan harga. Hal ini telah mendorong beberapa produsen nikel di Australia untuk menutup operasinya.

Harga nikel, logam yang penting dalam memperkuat baja dan memiliki peran kunci dalam transisi energi melalui penggunaannya dalam elektrifikasi dan baterai, telah mengalami penurunan sebesar 40% sejak awal tahun 2023 di London Metal Exchange (LME).

Pada hari ini, Selasa 19 Maret 2024, harga nikel diperdagangkan sebesar US$18.074 per ton di LME, mengalami penurunan tipis sebesar 0,02% dari hari sebelumnya.