Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Kemenhub: Krisis Boeing Bisa Hantam Pariwisata Indonesia

×

Kemenhub: Krisis Boeing Bisa Hantam Pariwisata Indonesia

Sebarkan artikel ini
Lion Air

KABARBURSA.COMKementerian Perhubungan sedang memperhatikan efek domino dari krisis yang dialami oleh The Boeing Company terhadap industri maskapai penerbangan di Indonesia. Hal ini, jika tidak diatasi dengan baik, dapat berdampak luas pada sektor pariwisata dan perdagangan nasional.

Menurut Juru Bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati, Indonesia merupakan pasar yang signifikan bagi industri penerbangan dengan pertumbuhan yang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir.

“[Alhasil,] krisis di Boeing dan Airbus tentunya akan memberikan dampak yang cukup besar bagi Indonesia. Hal ini karena banyak maskapai di Indonesia yang menggunakan pesawat dari kedua perusahaan tersebut,” ujarnya, Rabu 20 Maret 2024.

Adita menjelaskan bahwa dampak langsung yang akan dirasakan oleh maskapai dalam negeri adalah kemungkinan penundaan pengiriman pesawat baru, yang dapat mengganggu rencana pengembangan maskapai.

“Keterbatasan stok pesawat udara dapat menyebabkan peningkatan harga beli atau sewa pesawat udara, serta kesulitan bagi maskapai untuk melakukan ekspansi, penggantian, atau penambahan armada,” tambahnya.

Tidak hanya berdampak pada maskapai penerbangan, krisis di pabrikan pesawat jet asal Amerika Serikat (AS) tersebut juga diprediksi akan memengaruhi industri lain yang terkait dengan jasa angkutan udara.

“Dampak dari krisis ini juga dapat meluas ke sektor lain, terutama terkait dengan industri pariwisata dan perdagangan. Jika maskapai mengurangi jumlah rute atau frekuensi penerbangan, ini dapat mengurangi jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia,” kata Adita.

Adita menambahkan bahwa jika maskapai penerbangan Indonesia menghadapi kesulitan dalam mengoperasikan armadanya, hal ini juga dapat berdampak pada kinerja sektor pariwisata dan perdagangan secara keseluruhan.

Di sisi lain, Indonesia National Air Carriers Association (INACA) menyatakan bahwa krisis yang terjadi pada Boeing, yang berawal dari insiden terlepasnya pintu darurat (emergency door) milik Alaska Airlines dengan tipe 737-9 Max, sebenarnya tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja maskapai di Indonesia secara umum.

Sekretaris Jenderal INACA, Bayu Sutanto, menjelaskan bahwa tipe Boeing 737-9 di Indonesia hanya dioperasikan oleh Lion Group, tetapi memiliki tipe pintu yang berbeda dengan milik Alaska Airlines. Lebih lanjut, mayoritas maskapai di Indonesia saat ini masih menggunakan pesawat tipe A320 milik Airbus, sementara pesawat Boeing yang beroperasi adalah tipe 737 Classic atau 737 NG.

“Menurut saya, saat ini kejadian masalah di pesawat Boeing 737-9 max tersebut belum memengaruhi kinerja maskapai-maskapai [nasional secara umum]. Sebab, pesawat Boeing yang beroperasi masih tipe 737 Classic ataupun 737 NG,” ujar Bayu.

Namun, Bayu menyatakan bahwa Lion Group telah melakukan pemesanan untuk Boeing 737-9 Max. Ke depannya, grup maskapai tersebut harus berhati-hati menghadapi potensi penundaan waktu pengiriman.

Krisis kepercayaan terhadap Boeing Co semakin meluas di industri maskapai penerbangan dunia yang membeli pesawat jet dari pabrikan AS tersebut.

Pekan lalu, maskapai raksasa global seperti United Airlines Holdings Inc, Southwest Airlines Co, Delta Air Lines Inc, dan Alaska Air Group Inc berkumpul dan berbagi cerita serupa mengenai bagaimana masalah Boeing memengaruhi bisnis mereka.

Mereka mengeluhkan risiko kekurangan pesawat yang seharusnya mereka terima pada tahun 2024 karena Boeing melambatkan produksinya. Kerawanan ini tidak hanya diproyeksikan terjadi pada tahun ini, tetapi juga dalam beberapa tahun mendatang.