KABARBURSA.COM – Harga batu bara terus mengalami penurunan pada perdagangan kemarin, sehingga harga si “batu hitam” ini telah turun selama 3 hari berturut-turut.
Pada Selasa, 19 Maret 2024, harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman Maret mencapai US$129,4 per ton, mengalami penurunan sebesar 0,27% dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Penurunan ini membuat harga batu bara turun sebanyak 3 hari berturut-turut, dengan total penurunan sebesar 1,59% selama periode tersebut.
Dalam kurun waktu satu minggu terakhir, harga batu bara telah mengalami penurunan sebesar 2,71% secara point-to-point. Meskipun begitu, jika dilihat dari data satu bulan terakhir, harga batu bara masih menunjukkan kenaikan sebesar 8,19%.
Tren penurunan harga batu bara ini semakin menguat, terutama dengan penurunan harga gas dan peningkatan penggunaan sumber energi terbarukan di Eropa, yang membuat batu bara semakin terpinggirkan sebagai sumber energi.
Pada rentang waktu antara tahun 2022 hingga awal 2023, dampak perang di Ukraina telah menyebabkan lonjakan harga gas, sehingga banyak pembangkit listrik kembali beralih menggunakan batu bara yang lebih ekonomis. Namun, saat ini terjadi penurunan drastis pada harga gas.
Dalam periode satu tahun terakhir, harga gas TTF di Belanda telah mengalami penurunan sebesar 26,6%, sementara harga gas di Inggris turun hingga 20,85%. Saat ini, harga gas sudah mencapai 90% di bawah puncaknya pada tahun 2022.
“Banyak pembangkit yang beralih dari batu bara ke gas dalam beberapa bulan terakhir. Ini sudah terjadi pada 2023 dan berlanjut tahun ini,” kata Fabian Skarboe Roenningen dari Rystad Energy.
Menurut Roenningen, diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah pembangkit listrik yang beralih dari batu bara ke gas, terutama di negara-negara seperti Jerman, Polandia, Belanda, Republik Ceska, Yunani, Rumania, dan Bulgaria, yang meskipun merupakan produsen batu bara, namun memiliki infrastruktur untuk mengimpor gas.
Dari segi analisis teknikal, dengan perspektif harian (daily time frame), harga batu bara masih menunjukkan kecenderungan bullish. Hal ini terlihat dari nilai Relative Strength Index (RSI) sebesar 61,66, yang berada di atas angka 50, menandakan bahwa aset tersebut dalam posisi bullish. Selain itu, indikator Stochastic RSI menunjukkan angka 58,71, yang masih jauh dari area jenuh beli (overbought), sehingga masih terdapat ruang untuk akumulasi.
Dengan demikian, harga batu bara memiliki peluang untuk naik karena masih dalam tren bullish dan belum mencapai kondisi overbought. Target resisten terdekat terletak di sekitar US$133 per ton. Jika level tersebut berhasil ditembus, maka target selanjutnya berada di sekitar US$136 per ton.
Di sisi lain, target support terdekat berada di sekitar US$126 per ton. Jika harga turun melewati level ini, maka kemungkinan harga batu bara akan bergerak menuju US$122 per ton.