Scroll untuk baca artikel
Infacaft 2025 Kerjasama dengan KabarBursa.com
Market Hari Ini

Tampak Rupiah Lemah di Google Saat FX Domestik Libur, Apa?

×

Tampak Rupiah Lemah di Google Saat FX Domestik Libur, Apa?

Sebarkan artikel ini
Rupiah di Google

KABARBURSA.COM Fenomena tren pelemahan rupiah di Google saat H+2 lebaran menembus Rp16.000. Apakah fenomena tersebut wajar?

Chief Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menerangkan sebenarnya di pasar FX domestik, dolar AS terhadap rupiah masih belum menyentuh Rp16.000.

“Itu karena pasar FX kita masih libur. Nah pelemahan rupiah kita terhadap dolar AS yang sudah menembus 16.000 bisa jadi dikarenakan mekanisme transaksi yang terjadi di pasar luar negeri, seperti di pasar non delivarble forward (NDF) Singapura, ” ungkap Myrdal Gunarto dalam keterangannya, Sabtu 13 April 2024.

Menurutnya rupiah terlihat melemah karena posisi dolar yang tengah menguat secara global maupun regional Asia. Hal itu tercermin dari posisi variabel indeks Dolar DXY yang posisinya terus menanjak.

Lebih lanjut, penguatan indeks solar DXY tersebut merupakan gambaran dari perpindahan arus dana di pasar keuangan internasional yang mengarah pada pergerakan pelaku pasar global, baik di pasar saham maupun obligasi, yang ingin memindahkan aset investasinya ke pasar Amerika Serikat terutama pasar obligasi Amerika Serikat yang terlihat lebih menarik saat yield dari surat utangnya terus meningkat dan terlihat meningkat saat ekspektasi penurunan bunga the Fed semakin uncertain.

“Pergerakan dolar terhadap rupiah di pasar FX lokal sendiri baru akan dibuka pada Selasa 16 April 2024,” terangnya.

Secara fundamental, tren permintaan dolar di dalam negeri memang dalam tren yang meningkat untuk impor BBM maupun bahan pangan yang secara permintaan kebutuhannya meningkat untuk menghadapi faktor musiman Lebaran maupun juga realitas bahwa harga komoditas global untuk energi maupun pangan saat ini tengah menanjak.

“Wajar kalau kita melihat posisi surplus neraca dagang Indonesia pada Februari 2024 anjlok ke level di bawah USD1 miliar, ” tuturnya.

Sementara, kebutuhan lain USD di dalam negeri untuk aksi investor asing yang ingin melakukan outflow dengan melakukan profit taking maupun pemberian distribusi dividen juga tengah berlangsung saat ini.

“Jadi wajar kalau di pasar FX luar negeri, posisi USD IDR saat ini sudah break ke level di atas 16.000,” tegasnya.

Adapun untuk Selasa nanti 16 April 2024, Rupiah kemungkinan akan bergerak menyesuaikan dengan tren penguatan dolar secara global, dimana investor global akan melakukan aksi outflow dengan profit taking di pasar obligasi domestik.

Obligasi seri benchmark, seperti FR0100 maupun FR0101, beserta yang seri tenor pendek akan menjadi seri favorit yang akan dijual oleh investor global, baik dari sisi investor fund manager maupun dari pihak Central Bank negara lain yang menaruh uangnya di pasar obligasi Indonesia.

Myrdal Gunarto menambahkan bagi investor fund manager tentu mereka akan melakukan aksi safe haven measures maupun arbitrage investment.

Sedangkan bagi investor Central Bank negara lain, maka mereka akan berusaha menarik USD di Indonesia untuk mengisi suplai USD bagi kebutuhan intervensi nilai tukarnya. Pada sisi lain, pelaku pasar seperti importer BBM maupun pangan, serta importir korporat untuk pemenuhan bahan baku produksi juga akan langsung tancap gas meminta dolar bagi kebutuhan rutinnya pada hari pertama pembukaan perdagangan selepas libur panjang.

Apa yang harus dilakukan BI?

Dengan kondisi tersebut, maka Bank Indonesia kemungkinan akan melakukan aksi intervensi agar sebisa mungkin menahan volatilitas drastis dari pergerakan dolar terhadap rupiah.

Pelemahan Rupiah terhadap dolar kelihatannya akan ditahan untuk tidak melemah ke level psikologis di atas Rp16.000 pada Selasa nanti. BI akan kembali mengandalkan cadangan devisanya untuk melakukan intervensi di pasar Spot Rupiah, DNDF, maupun pasar sekunder obligasi domestik.

Secara realita, posisi suplai dolar di dalam negeri saat ini juga tengah menurun seiring surplus neraca dagang yang menurun dengan nilai current account defisit yang berangsur melebar dan tren outflow pasar obligasi yang terus terjadi. Kalaupun ada inflow, kemungkinan pelaku pasar keuangan akan masuk ke pasar instrumen keuangan BI, seperti SRBI maupu SVBI, dan SUVBI dan juga pasar saham yang porsi net inflownya tidak sebesar net outflow di pasar surat utang negara domestik. Instrumen keuangan BI yang bertenor pendek kurang dari setahun menawarkan imbal hasil relatif menarik.

“Sementara, pasar saham domestik terlihat menarik, terutama dari emiten sektor komoditas pangan, perkebunan, maupun batubara dan mining yang valuasinya terlihat lebih atraktif karena permintaan maupun harga komoditas ini meningkat di pasaran global,” tegasnya.