KABARBURSA.COM – Pekan ini, Rupiah mengalami tekanan yang cukup signifikan. Pada Jumat (19/4), rupiah tercatat ditutup di level Rp 16.260 per dolar Amerika Serikat (AS), mengalami pelemahan sebesar 0,49% dibandingkan dengan hari sebelumnya yang berada di Rp 16.179 per dolar AS. Dalam rentang satu pekan, rupiah melemah sebanyak 2,53%.
Kepala Center of Digital Economy and SMEs Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eisha Maghfiruha, pelemahan rupiah terhadap dolar AS memberikan dampak yang dirasakan oleh berbagai kalangan, terutama ibu rumah tangga sebagai konsumen dan perempuan yang menjalankan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Dari perspektif konsumen, pelemahan rupiah terhadap dolar AS meningkatkan biaya pengeluaran, terutama untuk bahan-bahan pokok yang banyak mengandalkan impor. Komponen-komponen esensial seperti beras dan tempe, yang memiliki ketergantungan pada impor, akan mengalami peningkatan harga di pasar. Hal ini tentu menjadi beban tersendiri bagi ibu-ibu rumah tangga dalam mengatur keuangan keluarga,” katanya dikutip Minggu 21 April 2024.
Dari perempuan yang menjalankan UMKM, tekanan terhadap dolar AS juga memengaruhi harga-harga input. Sebagian besar pelaku UMKM saat ini berperan sebagai reseller yang mendapatkan produk dari luar negeri.” Depresiasi rupiah dapat mengakibatkan peningkatan biaya produksi, yang pada akhirnya akan tercermin dalam kenaikan harga jual produk jika tidak dapat ditahan dengan mengurangi beban produksi,” kata Eisha.
Dalam situasi ini, Eisha mengungkap, tantangan bagi ibu rumah tangga dan pelaku UMKM tidak hanya terletak pada pengeluaran yang meningkat.” Para pelaku UMKM harus punya kemampuan untuk menyesuaikan strategi bisnis guna menjaga daya saing di pasar yang semakin kompetitif,” pungkasnya.