KABARBURSA.COM – Spesialis Water, Sanitation, Hygiene, Unicef Indonesia, Maraita Listyasari menyatakan krisis air dapat menyebabkan permasalahan baru di masyarakat.
Maraita mengatakan, perubahan iklim bisa mempengaruhi banyak atau sedikitnya sumber air. Namun di sini, yang menjadi sorotan dia adalah ketika suatu daerah di Indonesia mengalami krisis air.
Lebih lanjut dia menyebut, yang paling berdampak jika terjadi krisis air adalah masyarakat menengah ke bawah.
“Kalau air terlalu sedikit, untuk konsumsi menjadi lebih sedikit, sehingga yang paling terdampak adalah masyarakat miskin,” ujarnya acara Media Briefing Peran PBB dan Indonesia dalam World Water Forum di Jakarta, Kamis, 16 Mei 2024.
Maraita menyampaikan pihaknya pernah melakukan studi di sejumlah wilayah di Indonesia. Dia bilang, ketika terjadi krisis air, ini menjadi masalah baru bagi masyarakat.
Dia mencontohkan ketika ada warga yang ingin buang air besar (BAB). Kata Maraita, sebenarnya warga ingin sekali BAB di toilet, namun karena ketersediaan air habis, akhirnya ada warga yang buang air sembarangan.
“Karena dia menganggap buang air besar di toilet tidak ada air untuk bersih-bersih. Akibat ini, akhirnya bisa berdampak ke penyakit,” kata dia.
“Belum lagi (ketika tidak ada air) , anak-anak tidak bisa sekolah dan mempengaruhi absensi mereka, ini dampaknya jadi lebih panjang,” tambahnya.
Sementara itu Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Medrilzam mengatakan, persoalan air ini multidimensi.
“Jadi banyak sekali persoalan-persoalan yang multidimensi. Memang harus dilihat lagi satu per satu persoalannya,” kata dia dalam kesempatan yang sama.
Medrilzam melihat persoalan air ini sangat serius. Berbagai masalah sudah ia lihat, seperti banyak mata air yang mulai hilang, hingga semakin sulitnya masyarakat mengakses air bersih.
“Bahkan bendungan-bendungan juga mulai terganggu karena airnya berkurang,”pungkasnya.