KABARBURSA.COM – Generasi muda Indonesia semakin tertarik pada investasi kripto. Menurut data Statista, 58,7 persen investor kripto di Indonesia berusia antara 18 hingga 24 tahun.
Platform Indodax mencatat bahwa salah satu alasan utama generasi muda memilih kripto adalah karena nilai investasi awal yang lebih rendah dibandingkan instrumen lain seperti saham.
CEO Indodax, Oscar Darmawan, mengungkapkan bahwa masyarakat bisa mulai berinvestasi di aset kripto dengan modal hanya Rp10.000.
“Ini membuat investasi lebih terjangkau bagi anak muda,” katanya dalam keterangannya, Sabtu 18 Mei 2024.
Selain itu, teknologi blockchain mempermudah akses ke berbagai aset kripto.
Generasi muda juga lebih mudah mengakses platform edukasi untuk mempelajari kripto dengan cepat.
“Dari lebih dari 6,5 juta anggota di platform Indodax, sebagian besar berusia di bawah 35 tahun, lebih dari setengahnya,” tambahnya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa Generasi Z dan milenial tidak hanya sebagai konsumen, tetapi juga pemain kunci dalam transformasi ekonomi digital, khususnya dalam ekosistem kripto.
Seiring meningkatnya minat generasi muda terhadap kripto, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) berkomitmen untuk menjaga integritas pasar kripto.
Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Bappebti, Tirta Karma Senjaya, menjelaskan bahwa langkah tersebut dilakukan dengan menjaga stabilitas pasar, memberikan peringatan terhadap aktivitas mencurigakan, dan melakukan audit tahunan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar keuangan yang ketat.
“Dengan menyampaikan informasi dan peluang investasi langsung kepada mereka, kami berharap dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan finansial mahasiswa serta membuka wawasan baru tentang investasi di era digital ini,” ujarnya.
Harga Bitcoin USD67.100 per Keping
Harga aset kripto terus mengalami penguatan hingga akhir pekan ini. Bitcoin kembali menembus level USD67.100 per keping.
Berdasarkan data CoinMarketCap yang dikutip pada hari Sabtu, 18 Mei 2024, harga Bitcoin mencapai USD67.100 per keping, naik sekitar 1,23 persen dalam 24 jam terakhir dan melesat 10,37 persen selama sepekan.
Kenaikan juga terjadi pada kripto besar lainnya, yakni Ethereum. Nilainya menguat 2,87 persen dalam 24 jam terakhir dan 7,28 persen selama sepekan, mencapai USD3.120,87.
CEO Indodax, Oscar Darmawan, menyatakan bahwa penguatan pasar kripto tidak terlepas dari data inflasi AS yang diumumkan beberapa hari lalu.
Inflasi AS pada April sebesar 3,4 persen lebih rendah dari perkiraan pasar, menandakan penurunan tekanan inflasi.
“Penurunan inflasi AS memberikan angin segar bagi pasar kripto, terutama Bitcoin. Ini memperkuat kepercayaan investor terhadap potensi Bitcoin sebagai pelindung nilai terhadap inflasi,” kata Oscar.
Lanjut Oscar menjelaskan, bahwa kenaikan harga Bitcoin didukung oleh peningkatan aktivitas perdagangan di kalangan investor ritel dan institusi. Funding rates yang meningkat menunjukkan adanya peningkatan pembelian dengan leverage di banyak bursa ritel.
“Momentum seperti ini sangat dinantikan oleh para investor setiap bulannya,” ujar Oscar.
Lebih lanjut, Oscar menyebutkan bahwa penurunan atau kenaikan inflasi di AS memiliki dampak signifikan terhadap suku bunga global.
Investor menggunakan tingkat inflasi AS sebagai acuan utama dalam menentukan instrumen investasi yang paling tepat.
Melihat kondisi tersebut, Oscar menekankan pentingnya memanfaatkan momen ini untuk berinvestasi dengan teknik Dollar Cost Averaging (DCA).
“Melakukan DCA akan membantu kita mengatur investasi dan menguntungkan ketika ada momen seperti ini,” jelasnya.
Bitcoin Lebih Menarik daripada Ethereum
Sementara itu, dalam analisis terbaru oleh Glassnode, terungkap bahwa Bitcoin (BTC) telah memperoleh keunggulan signifikan dibandingkan Ethereum (ETH) dalam menarik minat investor.
Perbedaan ini terutama disebabkan oleh keberhasilan persetujuan dan peluncuran dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin, yang belum diperluas ke Ethereum.
Dilansir dari CoinMarketCap, Minggu, 19 Mei 2024), terdapat beberapa faktor lain yang membuat Bitcoin lebih menarik bagi investor dibandingkan Ethereum:
1. Nilai Tertinggi Bitcoin
Pada 14 Maret, Bitcoin mencapai nilai tertinggi sepanjang masa, memicu aktivitas spekulatif terutama di kalangan pemegang jangka pendek.
Aktivitas ini membantu mendorong kekayaan dalam bentuk dolar AS yang disimpan dalam koin yang baru dipindahkan mendekati USD240 miliar atau sekitar Rp3.848 triliun pada puncaknya.
2. Performa Ethereum
Sebaliknya, Ethereum berjuang untuk melampaui nilai tertinggi sepanjang masa yang dicapai pada 2021, dengan kurangnya arus masuk modal baru.
Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan stagnan dari batas realisasi pemegang jangka pendek ETH.
3. Aksesibilitas ETF Bitcoin: Pengenalan ETF Bitcoin spot telah memainkan peran penting dalam membuat BTC lebih mudah diakses dan menarik bagi investor. Ini tercermin dalam peningkatan aliran modal ke Bitcoin dibandingkan dengan Ethereum.
Diskusi yang sedang berlangsung dan potensi persetujuan ETF serupa untuk Ethereum oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) diperkirakan akan memberikan dorongan serupa untuk ETH.
Pasar tetap waspada karena keputusan SEC mengenai ETF Ethereum diharapkan terjadi pada akhir Mei.
Jika ETF ini mendapat persetujuan, Ethereum mungkin akan melihat peningkatan signifikan dalam minat investor dan kapitalisasi pasar, yang berpotensi mempersempit kesenjangan dengan Bitcoin.
Meskipun Bitcoin saat ini memimpin dalam kinerja pasar dan minat investor, lanskapnya dapat berubah seiring dengan perkembangan baru dalam aplikasi ETF Ethereum.
Beberapa minggu mendatang akan menjadi sangat penting dalam menentukan posisi pasar Ethereum terhadap Bitcoin.