Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Kelemahan Starlink Milik Elon Musk, Cek Sebelum Menyesal

×

Kelemahan Starlink Milik Elon Musk, Cek Sebelum Menyesal

Sebarkan artikel ini
Internet Satelit Starlink
Internet satelit starling (Dok.Ist)

KABARBURSA.COM – Dalam waktu kurang dari 24 jam, Starlink dari SpaceX akan meresmikan layanannya di Indonesia. Acara ini akan bertempat di Bali, dalam rangkaian World Water Forum Ke-10 di Nusa Dua. Starlink Indonesia juga telah menawarkan paket layanan internet satelit dengan tarif termurah Rp750.000 per bulan.

Apakah layak jadi pelanggan provider internet milik Elon Musk ini? Sebelumnya, simak beberapa poin kelemahan Starlink.

Risiko Tidak Stabil

Seperti layanan telekomunikasi berbasis satelit lainnya, internet low earth orbit (LEO) memiliki kelemahan pada stabilitas jaringan. Wajar saja, karena antena parabola bisa terhalang saat mendapatkan sinyal dari satelit yang mengorbit di antariksa.

Beberapa risiko yang membuat jaringan Starlink tidak stabil termasuk kepadatan area. Saat berada di antara gedung tinggi, lantai beton, atau pohon rindang, sinyal bisa melemah. Antena yang dipasang di darat memerlukan ruang terbuka atau minimal hambatan.

Kapasitas Terbatas

Layanan internet berbasis satelit juga memiliki kapasitas maksimal. Jika pemakaian melebihi kuota dalam kurun waktu tertentu, kecepatan internet bisa melambat atau bahkan tidak bisa digunakan. Meskipun Starlink sering mengklaim pemakaiannya tanpa batas kuota, realitas bisa berbeda.

Kapasitas juga terpengaruh oleh banyaknya perangkat yang terhubung. Namun, jangkauan luas dari jaringan internet satelit tetap menjadi keunggulan dibandingkan provider dengan teknologi fiber optic. Koneksi cepat dari satelit orbit rendah memungkinkan koneksi yang konsisten.

Risiko Menjadi Puing di Antariksa

Teknologi Starlink memiliki risiko bertabrakan, terutama saat jumlah satelit terus bertambah. Beberapa pemerhati lingkungan khawatir dengan puing-puing di luar angkasa.

Kritikus mengingatkan bahwa orbit bisa menjadi penuh sesak dengan ribuan LEO yang berpotensi bertabrakan. Pada 2019, SpaceX telah meluncurkan 180 satelit LEO ke antariksa dan jumlahnya terus melonjak hingga lebih dari 3.000. Target para insinyur di Starlink adalah membangun 12.000 satelit.

Semakin banyak benda yang mengorbit berarti lebih banyak sampah antariksa di masa depan.

Tarif Mahal

Untuk layanan internet, Starlink tergolong mahal. Beberapa provider lain memanfaatkan jaringan broadband. Harga berlangganan Starlink mulai dari Rp750.000, dan Anda harus membeli perangkat ‘Starlink Kit’ seharga Rp7,8 juta.

Paket berlangganan bisa lebih mahal saat memilih kapasitas lebih besar di paket personal, atau paket bisnis yang bisa dibawa mobilitas. Pada paket bisnis, harga berlangganan mulai dari Rp4,34 juta per bulan.

Segala kelemahan yang disebutkan mayoritas masih dalam skala potensi, namun penting untuk diperhatikan oleh Starlink atau calon pelanggan.

Mengganggu Penelitian Ilmiah

Satelit Starlink bisa mengganggu penelitian ilmiah. Pengamatan langit, bintang, dan aktivitas Matahari bisa terhalang oleh terangnya satelit Starlink. Komunikasi radio dari satelit juga dapat menghambat banyak instrumen astronomi radio yang membutuhkan langit yang tenang untuk mendengarkan alam semesta yang jauh.

Ini tidak hanya berlaku untuk Starlink. Pesaingnya seperti Amazon, Starnet/GW, dan OneWeb juga memiliki target ‘mega-konstelasi’ yang sama.