KABARBURSA.COM – Produsen kendaraan listrik milik Elon Musk, Tesla, kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap 600 karyawannya di fasilitas manufaktur dan kantor teknik di Fremont dan Palo Alto, California, Amerika Serikat (AS).
PHK kali ini mencakup semua tingkatan perusahaan, mulai dari posisi entry level hingga direktur.
PHK massal ini mempengaruhi berbagai departemen, termasuk pekerja pabrik, pengembang perangkat lunak, dan insinyur robotika.
Dilansir dari CNBC, Minggu, 19 Mei 2024, Tesla telah mengajukan PHK massal ini kepada Departemen Pengembangan Ketenagakerjaan California, Amerika Serikat.
Langkah ini diambil untuk menghadapi melemahnya permintaan kendaraan listrik Tesla dan meningkatnya persaingan.
Perusahaan telah mulai memangkas jumlah karyawannya sejak Januari 2024.
CEO Elon Musk dalam sebuah memo pada April menyatakan bahwa perusahaan akan memangkas lebih dari 10 persen tenaga kerja globalnya. Hingga akhir 2023, Tesla memiliki sekitar 140.473 karyawan di seluruh dunia.
Sebelumnya, Tesla mengumumkan akan memangkas sekitar 6.300 pekerja di Texas, Austin, Chicago, dan New York. PHK massal ini diperkirakan akan berdampak pada puluhan ribu karyawan perusahaan mobil listrik tersebut.
Dalam putaran PHK kali ini, terdapat 378 pekerja di Fremont, lokasi pabrik manufaktur pertama Tesla di AS.
Selain itu, 65 karyawan di pusat pengembangan baterai Kato Rd juga terkena dampaknya. Dua direktur di Fremont juga tidak lepas dari restrukturisasi yang dilakukan Tesla ini.
Sementara itu, di kantor pusat teknik perusahaan di Palo Alto, 233 karyawan termasuk dua direktur program teknis juga terkena PHK.
Tesla menghadapi berkurangnya permintaan untuk mobil yang diproduksinya di Fremont, termasuk kendaraan Model S dan X lama serta sedan Model 3.
Total pengiriman turun pada kuartal pertama dibandingkan tahun sebelumnya, dan Tesla melaporkan penurunan pendapatan tahun-ke-tahun yang paling tajam sejak 2012.
Persaingan yang ketat, terutama di China, terus menekan penjualan Tesla pada kuartal II-2024, dengan peluncuran model kendaraan listrik baru oleh Xiaomi dan Nio yang menurunkan harga kendaraan paling populer Tesla.
Tesla Digugat ke Pengadilan
Sebelumnya, Tesla digugat oleh Environmental Democracy Project yang non-profit. Mereka menuduh perusahaan milik Elon Musk telah mencemari udara dan melanggar Undang-Undang Udara Bersih di pabrik perakitan kendaraan listriknya di Fremont, California.
Dalam gugatan yang diajukan ke pengadilan federal di San Francisco, kelompok tersebut mengklaim bahwa Tesla telah mengeluarkan polusi berbahaya ke lingkungan sekitar pabrik ratusan kali sejak Januari 2021.
Ironisnya, meskipun Tesla sering mengedepankan manfaat lingkungan dari penggunaan kendaraan listriknya, praktik manufakturnya telah dikritik oleh para pemerhati lingkungan selama bertahun-tahun.
Pada tahun 2023, Tesla menduduki peringkat ke-89 dalam daftar 100 Pencemar Udara Beracun menurut studi tahunan Institut Penelitian Ekonomi Politik di Universitas Massachusetts di Amherst.
Badan Perlindungan Lingkungan sebelumnya telah memberikan denda kepada Tesla sebesar USD275.000 pada tahun 2022 karena gagal mengukur, melacak, dan memelihara catatan tentang emisinya sendiri atau meminimalkan polutan udara dari operasi di pabriknya.
Secara terpisah, Tesla juga dihadapkan pada gugatan oleh 25 wilayah di California terkait penanganan bahan limbah berbahaya di fasilitasnya di seluruh negara bagian tersebut.
Di Jerman, para aktivis lingkungan memprotes pembukaan hutan oleh Tesla untuk membangun pabrik di luar Berlin, serta konsumsi air yang dilakukan perusahaan tersebut.
Gugatan terbaru di California menyoroti pelanggaran lingkungan yang dilakukan Tesla secara berkelanjutan. Penduduk dan karyawan di sekitar pabrik disebut telah terpapar polusi udara berlebih, termasuk nitrogen oksida, arsenik, kadmium, dan bahan kimia berbahaya lainnya.
Distrik Manajemen Kualitas Udara Bay Area, sebuah regulator lingkungan, menuduh Tesla membiarkan emisi terus-menerus di Fremont yang seharusnya dicegah.
Badan tersebut mengungkapkan bahwa Tesla telah menerima 112 pemberitahuan pelanggaran sejak 2019 dan saat ini sedang berupaya mencari perintah pengurangan yang akan memaksa perusahaan tersebut untuk menerapkan perubahan pada operasi pabriknya.