KABARBURSA.COM – Data tingkat inflasi di Amerika Serikat (AS) memberikan dorongan positif bagi pasar kripto, khususnya Bitcoin, menurut CEO Indodax, Oscar Darmawan. Data dari Trading Economics dan US Bureau of Labor Statistics menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) berada di bawah perkiraan, yakni sebesar 3,4 persen, yang menunjukkan adanya penurunan tekanan inflasi.
Hal ini mempengaruhi harga Bitcoin yang berhasil stabil di atas angka USD65 ribu dan sempat menyentuh USD66 ribu setelah mengalami volatilitas sepanjang pekan ini. Per Minggu, 19 Mei 2024, harga Bitcoin naik ke level USD67.000 di akhir pekan ini.
“Ini memperkuat kepercayaan investor terhadap potensi Bitcoin sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan aset yang mampu menawarkan return lebih tinggi di tengah ketidakpastian ekonomi global,” ungkapnya.
Kenaikan harga Bitcoin juga didukung peningkatan aktivitas perdagangan di kalangan investor ritel dan institusi. Menurutnya, peningkatan funding rates menunjukkan adanya kenaikan pembelian dengan leverage di banyak bursa ritel. Momentum seperti ini disebut sangat dinantikan oleh para investor setiap bulan.
“Penentuan penurunan atau kenaikan inflasi di Amerika Serikat memiliki dampak signifikan terhadap suku bunga secara global. Dalam konteks ini, investor akan menjadikan tingkat inflasi AS sebagai salah satu acuan utama dalam menentukan instrumen investasi yang paling tepat untuk dipilih,” ujar dia.
Terkait hal ini, Oscar mengatakan momen seperti ini penting untuk dimanfaatkan dengan melakukan investasi dengan teknik Dollar Cost Averaging (DCA), karena akan membantu dalam mengatur investasi dan memberikan keuntungan pada momen seperti saat ini.
“Teknik DCA memungkinkan investor untuk membeli kripto secara berkala dengan jumlah yang sama setiap bulannya, sehingga mengurangi risiko dan dampak volatilitas pasar. Ini adalah strategi yang sangat efektif dalam jangka panjang untuk mengakumulasi aset dengan biaya rata-rata yang lebih rendah,” ucap Oscar.
Reli Pasar Kripto
Sementara itu, trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan, harga Bitcoin sebelumnya melonjak hampir 8 persen ke level USD66.000 yang menciptakan reli di pasar kripto. Lonjakan harga ini mengikuti data inflasi AS terbaru, yang mungkin telah meredakan beberapa kekhawatiran investor mengenai potensi langkah The Federal Reserve (The Fed) dalam kebijakan suku bunganya.
“Data inflasi yang menurun ini, meskipun masih berada di atas kisaran target The Fed sebesar 2 persen, tetap memperkuat kepercayaan investor,” ungkap Fyqieh.
Sementara itu, data Producer Price Index (PPI) AS awal pekan ini telah memicu kekhawatiran atas sikap The Fed AS yang lebih hawkish. Meski demikian, data inflasi terbaru tampaknya mengabaikan kekhawatiran para pelaku pasar.
Fyqieh menjelaskan, jika suku bunga berada di area 2 persen atau di bawahnya, The Fed mungkin akan memulai pemotongan suku bunga, sehingga bisa menjadi kabar baik untuk aset kripto. Di mana, potensi dimulainya pemotongan suku bunga bisa terjadi pada bulan Juli hingga September 2024.
Di samping itu, Fyqieh menambahkan, aliran masuk ETF Bitcoin juga mendukung optimisme pasar kripto. Data terbaru dari Farside Investors menunjukkan bahwa ETF Bitcoin Spot AS mencatat arus masuk sebesar USD303 juta pada hari Rabu, 15 Mei. GBTC Grayscale mencatat arus masuk sebesar USD27 juta, pertama kalinya sejak mencatat arus masuk sebesar USD3,9 juta pada tanggal 6 Mei.
Perlu dicatat bahwa ETF Bitcoin AS telah mencatat arus masuk sekitar USD470 juta dalam tiga hari pertama di pekan ini, mencerminkan kembalinya momentum instrumen investasi. Ini juga menunjukkan bahwa pelaku pasar mengalihkan fokus mereka ke ruang aset digital.
“Peluncuran dan penerimaan ETF Bitcoin di pasar dapat mendorong harga karena memberikan akses yang lebih mudah bagi investor institusional untuk berinvestasi di Bitcoin. Peningkatan volume perdagangan dan arus masuk dana yang signifikan dapat meningkatkan harga Bitcoin,” kata Fyqieh.
Fyqieh menilai, dampak halving Bitcoin mungkin baru akan terasa dalam beberapa bulan ke depan. Sehingga, koreksi harga saat ini merupakan hal yang wajar, dan bahkan masih berpotensi koreksi apabila BItcoin tidak mampu menyentuh harga di atas USD73.000 sebagai resistance-nya.
Berdasarkan indikator Fibonacci retracement saat ini, Bitcoin berpotensi melanjutkan bullish hingga ke harga USD66.800 dan USD67.689. Potensi bullish lanjutan ini bisa mencapai target berikutnya dalam minggu depan, namun dengan catatan bahwa Bitcoin harus mampu mempertahankan harga di USD66.000 sebagai area support-nya.
Fyqieh mencermati bahwa masih ada hambatan bagi Bitcoin untuk kembali memecahkan rekor harga tertinggi di atas USD73.000. Salah satunya adalah komentar pejabat The Fed yang masih hawkish.
Komentar pejabat The Fed pada Kamis, 16 Mei lalu telah melemahkan ekspektasi investor terhadap penurunan suku bunga Fed di bulan September. Anggota FOMC, Loretta Mester dan Raphael Bostic, telah menyarankan jalur suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih panjang, sehingga berdampak pada sentimen risiko pasar.
“Meskipun demikian, potensi Bitcoin mencapai New All-Time High (ATH) masih mungkin terjadi dalam tahun ini. Diprediksi bahwa Bitcoin dapat mencapai harga USD80.000 dalam jangka pendek,” sebut Fyqieh.
CPI Menjadi Variabel Penting
Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, mengamati bahwa perkembangan data CPI AS menjadi variabel yang memengaruhi sentimen pasar kripto dalam beberapa hari terakhir. Net Inflow Bitcoin ETF Spot yang positif sejak data inflasi AS tersebut keluar turut mencuri perhatian investor karena perkembangan ekonomi yang bisa memengaruhi kebijakan suku bunga dan iklim investasi.
“Kami melihat perkembangan yang terjadi saat ini masih sejalan dengan tren dampak positif Bitcoin Halving yang terjadi di periode-periode sebelumnya,” kata Fahmi.
Hanya saja, Fahmi berujar, saat ini kita melihat perkembangan data inflasi yang disambut positif, namun angka sebenarnya masih relatif cukup jauh dari target The Fed di level 2 persem. Sehingga, dalam jangka pendek, Bitcoin diperkirakan akan bergerak pada rentang harga yang tidak terlalu jauh dengan harganya saat ini.
Komitmen The Fed untuk membawa tingkat inflasi capai target akan memberikan kekhawatiran tersendiri bagi pelaku pasar, dimana suku bunga mungkin belum akan turun dalam waktu dekat. Di sisi lain, perkembangan positif khususnya terkait arah kebijakan suku bunga The Fed dipandang dapat sewaktu-waktu mendorong harga melewati all time high (ATH).
Menurut Fahmi, tidak menutup kemungkinan harga Bitcoin bisa kembali capai level tertinggi baru di pengujung tahun ini, mengingat tren besar pasar kripto saat ini masih dalam posisi bullish. Meskipun koreksi yang cukup signifikan mungkin bisa saja terjadi sebelum itu.