KABARBURSA.COM – Hunian kamar hotel diprediksi akan menurun pada tengah tahun hingga kuartal III 2024. Akan tetapi analis memprediksi sektor ini akan kembali menggeliat di akhir tahun nanti.
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, mengatakan tingkat penghuni kamar hotel mengalami penurunan pada Maret 2024.
“Berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistik), tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang mencapai 43,4 persen di bulan Maret 2024, atau turun dibanding tahun sebelumnya sebesar 46,26 persen,” ujarnya kepada Kabar Bursa, Senin, 20 Mei 2024.
Lebih lanjut Octavianus melihat jika hunian kamar hotel hingga kuartal III 2024 cenderung menurun. Akan tetapi, dia menyatakan pihaknya yakin tingkat hunian kamar hotel bakal menggeliat kembali pada akhir tahun.
“Kami berpandangan kondisi di tengah tahun hingga Q3 (kuartal III) tren dari hunian kamar hotel cenderung akan menurun dan kembali lagi alami peningkatan menjelang akhir tahun,” jelasnya.
Octavianus menyampaikan meningkatkan hunian hotel pada akhir tahun dikarenakan adanya momen Natal dan tahun baru. Selain itu, secara tren historikal, kata dia, selama tiga tahun terakhir setiap Oktober-Desember hunian hotel memang mengalami tren kenaikan.
Octavianus melanjutkan, untuk saat ini daya tarik tingkat hunian hotel didorong oleh sektor pariwisata dan event nasional.
“Terlihat data dari BPS yang menunjukkan tingkat TPK hotel berbintang tertinggi nasional sebesar 54,85 persen di Kepulauan Riau dan TPK hotel non berbintang tertinggi sebesar 38,44 persen di Bali,” terang dia.
Secara nasional, BPS melaporkan tingkat okupansi kamar hotel klasemen bintang di Indonesia pada akhir kuartal I 2024, atau Maret, hanya mencapai 43,41 persen anjlok 2,85 poin secara tahunan atau year on year (yoy).
Hotel bintang di Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Bali tercatat mengalami kenaikan okupansi tertinggi, masing-masing naik sebesar 18,35 poin, 15,49 poin, dan 12,70 poin.
Sementara itu, Lampung, DI Yogyakarta, dan Sumatra Barat, justru mencatat penurunan okupansi terdalam, masing-masing sebesar 12,25 poin, 11,80 poin, dan 10,21 poin.
Jones Lang LaSalle Inc (JLL) Indonesia mencatat, prospek bisnis perhotelan di Jakarta dan Bali diyakini mulai mendapatkan momentumnya untuk pulih seperti kondisi prapandemi. Ini tercermin dari geliat pergerakan turis yang mengerek tingkat keterisian atau okupansi kamar hotel berbintang.
Dalam laporannya, JLL menjelaskan, pendapatan per tarif kamar yang tersedia atau revenue per availability rate (RevPAR) hotel mewah di Jakarta terus mengalami kenaikan, seiring dengan meningkatnya okupansi yang mengimbangi rerata tarif harian atau average dailiy rate (ADR) yang lebih rendah pada kuartal I 2024.
“Dalam 2 bulan pertama 2024, hampir 320.000 wisatawan internasional berkunjung ke Jakarta, naik 31,7 persen dari periode yang sama tahun lalu. Angka ini mewakili 86 persen dari realisasi pada periode prapandemi,” kata Head of Research JLL, Yunus Karim.
Pada kuartal I 2024, lanjutnya, tingkat ADR hotel mewah mulai turun secara year on year (yoy), tetapi masih dalam kisaran yang melebihi tingkat sebelum pandemi. Hal tersebut memungkinkan tingkat okupansi kamar hotel mencapai hampir 60 persen pada kuartal pertama tahun ini.
Serupa dengan perkembangan bisnis perhotelan di Jakarta, Bali pun mendapatkan momentumnya lantaran lebih dari 874.000 wisatawan internasional mengunjungi Pulau Dewata pada Januari-Februari 2024. Angka itu menyamai tingkat prapandemi.
Australia tetap menjadi penyumbang terbesar kunjungan wisman, yang mewakili 24 persen dari total kunjungan wisatawan mancanegara di Bali; disusul China dengan 10,5 persen.
Pada kuartal I 2024, kinerja hotel-hotel mewah di Bali terus meningkat secara yoy dan mengungguli capaian prapandemi dalam hal okupansi dan ADR, seiring dengan terus meningkatnya jumlah hotel wisatawan internasional.