KABARBURSA.COM – Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) berpotensi membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak variatif pada Senin, 20 Mei 2024. Ini juga terjadi seiring pelaku pasar masih bersikap wait and see terhadap sejumlah situasi global.
IHSG dibuka menguat 12,15 poin atau 0,17 persen ke posisi 7.329,39. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 2,65 poin atau 0,29 persen ke posisi 922,16.
“IHSG hari ini (Senin, 20 Mei) diprediksi bergerak mixed (variatif) dalam range 7.275 sampai 7.350,” ujar Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih.
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), volume perdagangan tercatat 1,4 miliar saham dengan nilai transaksi Rp840 miliar. Adapun frekuensi yang terjadi sebanyak 73.477 kali. Sebanyak 208 saham menguat dan 120 saham melemah. Sementara, 208 saham tidak bergerak.
Dari dalam negeri, akselerasi IHSG dalam sepekan di dorong oleh data ekonomi yang positif pada April 2024, misalnya neraca perdagangan tercatat surplus 48 bulan beruntun dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang naik serta di level optimis.
Kondisi ekonomi domestik yang tangguh membawa nilai tukar rupiah Jisdor terapresiasi 1,85 persen dari titik tertingginya pada April 2024 menjadi Rp15.978 per dolar AS pada Jumat, 17 Mei.
Pada pekan ini, pelaku pasar menantikan RDG BI pada Selasa dan Rabu (21 dan 22 Mei) untuk menentukan suku bunga BI-Rate yang berpotensi tetap pada level 6,25 persen, mempertimbangkan angka inflasi yang masih dalam target dan rupiah yang kembali menguat.
Dari mancanegara, kawasan Eropa melaporkan inflasi tahunan pada April 2024 sebesar 2,4 persen year on year (yoy), atau stagnan dari bulan sebelumnya sebesar 2,4 persen (yoy). Inflasi inti tahunan melambat menjadi 2,7 persen (yoy) dari posisi Maret 2024 yang sebesar 2,9 persen (yoy), yang mana harga yang dibayarkan atas jasa dan energi lanjutkan perlambatan.
Dari Asia, China melaporkan penjualan ritel (retail sales) pada April 2024 tumbuh 2,3 persen (yoy), atau lebih lambat dari bulan sebelumnya sebesar 3,1 persen (yoy). Paket insentif dan dukungan Pemerintah China yang diumumkan Jumat memperlihatkan fasilitas mencapai CNY300 miliar (USD42 miliar) dari People’s Bank of China yang akan mendanai pinjaman bank untuk perusahaan-perusahaan negara yang terguncang.
Para pejabat mengatakan program Bank Sentral tersebut dapat memberi insentif pinjaman bank untuk kembali menyehatkan keuangannya.
Fasilitas ini “Sangat pendek” dari apa yang diperlukan untuk mengurangi tekanan keuangan di kalangan pengembang, kata Rory Green, Kepala Ekonom China di TS Lombard. Keterlibatan pemberi pinjaman komersial, sambung Green, akan membatasi kecepatan dan keefektifan penyebaran dana.
“Namun dalam jangka pendek, mengingat bagaimana valuasi dan sentimen yang tertekan, ada banyak ruang untuk kenaikan lebih lanjut di indeks China,” mengutip pernyataan Kyle Rodda, Analis Senior di Capital.com di Melbourne.
Efeknya, reli saham China baru-baru ini telah meluas ke Bursa Saham Asia lainnya, dengan Indeks MSCI Asia Pasifik melonjak selama enam hari berturut-turut, mengikuti rekor kenaikan terpanjangnya tahun ini.
Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) berakhir variatif pada akhir lalu merespon komentar dovish Presiden Fed Atlanta Bostic, yang mengatakan jika inflasi perlahan-lahan moderat dan momentum ekonomi yang berkelanjutan, maka akan tepat untuk menurunkan suku bunga menuju tingkat yang lebih rendah di akhir tahun.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain, indeks Nikkei menguat 566,50 poin atau 1,46 persen ke 39.353,89, indeks Hang Seng menguat 82,39 poin atau 0,42 persen ke 19.636,00, indeks Shanghai menguat 15,36 poin atau 0,49 persen ke 3.169,39, dan indeks Straits Times menguat 0,26 poin atau 0,01 persen ke 3.313,73.