Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

OJK Sebut Likuiditas BSI Masih Aman: Jaga Manajemen Risiko

×

OJK Sebut Likuiditas BSI Masih Aman: Jaga Manajemen Risiko

Sebarkan artikel ini
MGL9329 11zon
Gedung Bank Syariah Indonesia (BSI) Jln Muh Thamrin. foto: abbas sandji

KABARBURSA.COM – Berita tentang pengalihan dana simpanan dan pembiayaan oleh PP Muhammadiyah dari PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk (BSI) ke bank syariah lainnya telah menjadi viral baru-baru ini. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai penarikan dana nasabah sebagai hal biasa bagi perbankan dan memberikan pesan penting mengenai manajemen likuiditas dan risiko.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, menekankan pentingnya manajemen likuiditas dalam menjaga keseimbangan keuangan bank. Dia menjelaskan bahwa bank harus memiliki ketersediaan dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kapan pun diperlukan. Meskipun penarikan dana merupakan hal yang biasa, manajemen likuiditas dan risiko harus tetap dijaga oleh perbankan.

Meskipun begitu, Dian menegaskan bahwa kondisi likuiditas BSI saat ini masih tergolong baik. Meskipun terdapat penarikan dana, ini lebih disebabkan oleh kesalahpahaman antara bank dan nasabahnya. Komunikasi yang lebih baik diperlukan untuk mengatasi hal ini.

Adapun, menurut laporan keuangan, rasio pembiayaan terhadap simpanan (financing to deposit ratio/FDR) di BSI mencapai 83,05 persen per Maret 2024. BSI memiliki dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp297,34 triliun dan pembiayaan senilai Rp246,54 triliun. Meskipun demikian, BSI tetap perlu memperhatikan manajemen likuiditasnya untuk menjaga stabilitas keuangan.

Surat dari PP Muhammadiyah tanggal 30 Mei 2024 mengenai konsolidasi keuangan di lingkungan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) juga telah beredar. Dalam surat tersebut, terdapat permintaan untuk merasionalisasi dana simpanan dan pembiayaan di BSI ke bank syariah lainnya.

Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas, menjelaskan bahwa pengalihan dana tersebut dilakukan untuk mendukung perbankan syariah secara keseluruhan. PP Muhammadiyah memiliki komitmen yang tinggi untuk mendukung perbankan syariah dan terus melakukan rasionalisasi dan konsolidasi terhadap masalah keuangannya.

Corporate Secretary BSI Wisnu Sunandar, menegaskan bahwa BSI akan terus melayani dan mengembangkan ekonomi umat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah. BSI berkomitmen untuk tetap menjadi mitra strategis dan siap berkolaborasi dengan seluruh stakeholder, terutama dalam mendukung UMKM, yang merupakan tulang punggung ekonomi bangsa. BSI juga berupaya menjadi bank yang inklusif dalam memberikan pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat, dengan tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip syariah.

Dengan berbagai langkah ini, diharapkan bahwa pengalihan dana oleh PP Muhammadiyah tidak akan mengganggu stabilitas dan kelangsungan operasional BSI. Komunikasi yang baik antara bank dan nasabahnya juga menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan dan stabilitas di sektor perbankan syariah.

Saham BRIS Masih Diminati Investor Asing

Dalam satu pekan terakhir, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) mengalami tekanan jual dari investor asing. Data dari RTI Business yang dikutip pada Minggu, 9 Juni 2024 menunjukkan bahwa investor asing mencatat net sell sebesar Rp51,33 miliar pada saham BRIS dalam satu pekan terakhir. Namun demikian, investor asing tetap tercatat sebagai pembeli netto dengan jumlah Rp938,02 miliar year-to-date (ytd) 2024.

Meskipun terjadi penjualan bersih dari investor asing, harga saham BRIS masih mencatatkan return positif sepanjang tahun 2024. Pada Jumat, 7 Juni 2024, harga saham BRIS telah menguat sebesar 25,29 persen year-to-date (ytd) 2024 menjadi Rp2.180 per lembar.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa penurunan harga saham BRIS tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pengalihan dana dari PP Muhammadiyah. Menurutnya, fase markup BRIS pada grafik saham harian telah berakhir secara teknikal. Hal ini menyebabkan beberapa investor mulai melakukan aksi ambil untung (taking profit).

Dia menambahkan bahwa penarikan dana oleh Muhammadiyah tidak secara signifikan memengaruhi total Dana Pihak Ketiga (DPK) BSI. Dengan demikian, likuiditas BSI masih dapat dipertahankan untuk mendukung ekspansi permodalan dan kredit.

Di sisi lain, prospek BRIS tetap menarik bagi sebagian besar sekuritas. Sebanyak 14 dari 16 sekuritas memberikan rekomendasi beli (buy) untuk saham BRIS, sementara dua lainnya merekomendasikan untuk menahan (hold). Riset dari MNC Sekuritas bahkan memberikan rekomendasi overweight untuk sektor perbankan, termasuk BRIS.

Victoria Venny, seorang analis dari MNC Sekuritas, menyoroti potensi pertumbuhan yang kuat, peningkatan kualitas aset, dan margin bunga bersih (NIM) yang stabil sebagai alasan di balik rekomendasi overweight untuk BRIS. BRIS direkomendasikan sebagai saham beli dengan target harga Rp3.000.

Meskipun demikian, kinerja keuangan BRIS tetap stabil dengan total aset per April 2024 mencapai Rp350,67 triliun, tumbuh sebesar 11,94 persen secara tahunan. Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp293,2 triliun, naik 9,41 persen secara tahunan. Sementara itu, pembiayaan BRIS mencapai Rp251,58 triliun, tumbuh sebesar 17,94 persen secara tahunan. Corporate Secretary BSI, Wisnu Sunandar, menyatakan bahwa rasio pembiayaan terhadap simpanan (FDR) perusahaan sebesar 85,72 persen, menunjukkan likuiditas yang memadai.

Keputusan PP Muhammadiyah untuk mengalihkan dana dari BSI ke bank syariah lainnya masih menjadi sorotan. Surat yang dikeluarkan pada 30 Mei 2024 tersebut meminta rasionalisasi dana simpanan dan pembiayaan di BSI ke bank syariah lainnya, seperti Bank Syariah Bukopin, Bank Mega Syariah, dan Bank Muamalat. Meskipun demikian, prospek dan target harga saham BRIS tetap menarik bagi banyak investor.(*)