KABARBURSA.COM – Indeks dolar naik ke level 105 setelah data non-farm payrolls (NFP) Amerika Serikat (AS) yang melebihi ekspektasi.
Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, menjelaskan bahwa kenaikan indeks dolar telah membuat mayoritas mata uang utama melemah. Hal ini disebabkan oleh data NFP AS yang menunjukkan keadaan pasar tenaga kerja AS yang masih kuat, terutama di sektor jasa.
“Ini memicu sentimen risk-off dan permintaan yang tinggi untuk aset safe haven, khususnya dolar AS (uang tunai adalah raja),” katanya kepada Kontan.co.id pada Senin 10 Juni 2024.
Pada Jumat 7 Juni 2024, data NFP AS mencatat penambahan 272.000 pekerjaan, sementara konsensus memperkirakan hanya 185.000.
Dolar AS terlihat menguat terhadap beberapa mata uang utama. Menurut Trading Economics, pada Senin (10/6) pukul 15.33 WIB, Euro turun 0,37% dari hari sebelumnya menjadi 1,07603. Pairing USDJPY menguat 0,18%, USDCHF menguat 0,07%, dan USDCAD juga menguat 0,06%.
Dalam konteks ini, Josua berpendapat bahwa Euro dan Poundsterling masih memiliki potensi untuk memperbaiki performa mereka menuju akhir 2024. Ini terutama karena kondisi ekonomi kedua mata uang tersebut sudah mencapai titik terendah.
“Dengan kata lain, tanda-tanda pemulihan sudah terlihat. Meskipun ruang untuk pemotongan suku bunga lebih besar di kedua kawasan tersebut, namun data inflasi terbaru menunjukkan bahwa pemotongan suku bunga mungkin tidak sebesar yang diharapkan, sehingga menjaga perbedaan tingkat suku bunga dengan AS,” jelasnya. (*)