KABARBURSA.COM – Uni Eropa (UE) diperkirakan akan mengenakan tarif pada impor kendaraan listrik dari China pekan ini. Pengumuman resmi tentang tarif tersebut akan dirilis paling cepat pada Kamis, 13 Juni 2024.
UE telah melakukan penyelidikan panjang terhadap subsidi negara China untuk produksi mobilnya. Hasil penyelidikan ini mengindikasikan bahwa China memberikan dukungan besar-besaran pada sektor kendaraan listrik (EV).
Konsultan Rhodium Group, yang mengkhususkan diri dalam penelitian tentang China, memprediksi tarif akan ditetapkan sebesar 15-30 persen. Tarif ini diperkirakan tidak akan terlalu memberatkan konglomerat seperti BYD.
BYD, salah satu produsen kendaraan listrik terbesar di China, telah meluncurkan hatchback Dolphin entry-level di UE musim panas lalu dengan harga di bawah 30.000 euro (sekitar Rp526 juta).
Sebagai bagian dari strategi pemasarannya, perusahaan ini juga menjadi mitra resmi UEFA dalam kejuaraan sepak bola Euro 2024.
“Beberapa produsen yang berbasis di China masih akan mampu menghasilkan margin keuntungan yang nyaman pada mobil yang mereka ekspor ke Eropa karena keuntungan biaya substansial yang mereka nikmati,” kata Rhodium, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa, 11 Juni 2024.
Rhodium juga menambahkan bahwa bea masuk dalam kisaran 40-50 persen mungkin diperlukan untuk membuat pasar Eropa tidak menarik bagi eksportir kendaraan listrik China, terutama untuk produsen yang terintegrasi secara vertikal seperti BYD.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, setelah bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Paris, Prancis bulan lalu, memperingatkan bahwa “dunia tidak dapat menyerap surplus produksi China.” Dia menegaskan bahwa UE “tidak akan goyah” dalam melindungi industri dan pekerjaan di dalam blok tersebut.
Investigasi antisubsidi ini diluncurkan Oktober lalu karena adanya kecurigaan bahwa China membanjiri UE dengan kendaraan listrik murah akibat kelebihan kapasitas dan permintaan konsumen domestik yang menurun.
Ini adalah salah satu dari lebih dari selusin penyelidikan yang dilakukan oleh UE terhadap bantuan negara China, termasuk ekspor panel surya, pompa panas, dan turbin angin, yang menurut sektor energi merugikan UE hingga 50 persen.