KABARBURSA.COM – Hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada sesi perdagangan terakhir dengan melemah sebanyak 7,9 poin atau 0,12 persen menjadi level 6.726,91. Dari total 784 saham yang diperdagangkan, 188 saham mengalami kenaikan nilai, 394 saham mengalami penurunan nilai, dan 202 saham stagnan atau tidak mengalami perubahan. Total nilai transaksi perdagangan mencapai Rp9,6 triliun dengan volume perdagangan mencapai 24,3 miliar saham.
Beberapa indeks sektoral juga mengalami penurunan, antara lain Indeks LQ45 turun 0,7 persen menjadi 839,616, Indeks JII turun 0,31 persen menjadi 488,721, Indeks IDX30 turun 0,63 persen menjadi 414,496, dan Indeks MNC36 turun 0,26 persen menjadi 312,436.
Mayoritas sektor mengalami penurunan, seperti sektor barang baku turun 0,26 persen, industri turun 0,15 persen, non siklikal turun 1,04 persen, siklikal turun 2,26 persen, kesehatan turun 1,6 persen, keuangan turun 0,78 persen, properti turun 1,56 persen, teknologi turun 1,5 persen, dan transportasi turun 1,67 persen. Namun, terdapat dua sektor yang mengalami kenaikan, yaitu sektor energi naik 1 persen, dan sektor infrastruktur naik 0,54 persen.
Di sisi saham-saham, beberapa saham yang masuk ke dalam kategori top gainers meliputi PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK) naik 100 persen menjadi Rp2, PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) naik 100 persen menjadi Rp2, dan PT Acset Indonusa Tbk (ACST) naik 34,78 persen menjadi Rp93. Sedangkan saham-saham yang masuk ke dalam kategori top losers antara lain PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) turun 33,33 persen menjadi Rp2, PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) turun 15,19 persen menjadi Rp67, dan PT Citra Nusantara Gemilang Tbk (CGAS) turun 12,75 persen menjadi Rp19.
Secara aktif, tiga saham yang paling banyak diperdagangkan adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).
Meskipun neraca perdagangan Indonesia pada Mei mencatat surplus, IHSG tetap mengalami koreksi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 48 bulan berturut-turut. Surplus kali ini mencapai USD2,93 miliar, dengan ekspor senilai USD22,33 miliar dan impor senilai USD19,40 miliar.
M. Habibullah dari BPS menyatakan bahwa surplus Mei 2024 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya serta periode yang sama tahun lalu. Surplus ini didominasi oleh komoditas nonmigas, seperti bahan bakar mineral (batu bara), lemak, minyak hewan, dan besi baja, yang menyumbang USD4,26 miliar dari total surplus.
Namun demikian, neraca perdagangan nonmigas mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, meskipun tetap lebih tinggi dibandingkan Mei 2023. Di sisi lain, BPS melaporkan bahwa neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar USD1,33 miliar, yang dipengaruhi oleh komoditas hasil minyak dan minyak mentah. Meskipun defisit ini lebih rendah dari bulan April 2024, yang mencapai USD1,63 miliar.
Selain itu, BPS juga mencatat bahwa tiga negara yang menyumbang surplus terbesar bagi Indonesia adalah India dengan nilai USD1,5 miliar, Amerika Serikat dengan nilai USD1,20 miliar, dan Jepang dengan nilai USD742,2 juta.
Turun Sejak Awal Perdagangan
Di awal perdagangan hari ini, IHSG sudah mengalami penurunan di Bursa Efek Indonesia (BEI), berbeda dengan penguatan mata uang Rupiah di pasar spot. Menurut data RTI pada pukul 09.18 WIB, IHSG turun ke level 6.719,57 atau mengalami penurunan sebesar 15,25 poin (0,23 persen) dari penutupan sebelumnya di level 6.734,83. Dari 550 saham yang diperdagangkan, 144 saham mengalami kenaikan di zona hijau, 263 saham turun di zona merah, sementara 183 saham stagnan. Transaksi hingga saat ini mencapai Rp1,5 triliun dengan volume 2,1 miliar saham.
William Hartanto, pendiri WH Project, mengindikasikan bahwa IHSG berpotensi melemah hari ini. Menurutnya, berdasarkan posisi candlestick dan tren, IHSG sedang mengalami downtrend dengan level psikologis 6.700 sebagai support. Secara teknikal, posisi candlestick IHSG berada di area demand zone, dan level psikologis 6.700 mungkin memberikan potensi rebound. Ada indikasi jenuh jual dengan nilai transaksi harian IHSG yang semakin mengecil, sering kali berada di bawah Rp10 triliun.
William juga menambahkan bahwa meskipun IHSG bisa melanjutkan pelemahan hingga menembus 6.700, ada kemungkinan bahwa penurunan ini hanya berakhir sebagai false break.
Di pasar Asia, mayoritas bursa mengalami kenaikan, termasuk Hang Seng Hong Kong yang naik 1,45 persen (260,58 poin) ke level 18.176,13, sementara Nikkei Jepang turun 0,6 persen (252,79 poin) ke level 38.734,89, dan Strait Times Singapura terkoreksi 0,31 persen (10,2 poin) ke level 3.312,05. Shanghai Komposit juga mengalami penurunan sebesar 0,05 persen (1,62 poin) ke posisi 3.028,62.(*)