Scroll untuk baca artikel

Tiket Pesawat Naik 300 Persen Imbas Indeks Sektoral Jeblok?

×

Tiket Pesawat Naik 300 Persen Imbas Indeks Sektoral Jeblok?

Sebarkan artikel ini
Pesawat Boeing
Ilustrasi. Foto: Int

KABARBURSA.COM – Kenaikan harga tiket sebesar 300 persen jelang Idul Fitri lalu, menjadi pemberitaan hangat. Banyak masyarakat yang mengeluhkan kenaikan ini, karena peningkatannya cukup signifikan dan terus melaju kencang pasca COVID-19 berlalu.

Menanggapi hal ini, Kementerian Perhubungan angkat bicara. Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati mengatakan, pergerakan harga tiket masih berada pada batasan yang diatur pemerintah, belum melanggar tarif batas atas (TBA). Ia justru mengimbau masyarakat untuk mencermati jenis penerbangan yang ditawarkan di online travel agent (OTA) yang menawakan rute penerbangan langsung (direct) dan sambungan (connecting).

Dia menjelaskan, TBA merupakan batasan taris satu penerbangan per rute. Jika ada penerbangan connecting, maka akan terjadi harga yang meningkat dua hingga tiga kali lipat, tergantung rute sambungannya. Jadi, calon penumpang perlu melakukan cek dan ricek kelas penerbangan tersebut. Adapun yang diatur oleh pemerintah adalah tarif ekonomi saja, tidak pada tarif untuk kelas bisnis.

Lebih lanjut Adita menjelaskan, harga tiket pesawat terdiri dari beberapa komponen. Selain yang diatur pemerintah, ada komponen pajak, Iuran Wajib Pesawat Udara (IWPU), dan tarif pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U). Dengan begitu, tarif bersih yang dibayar penumpang bisa jadi memang lebih tinggi dari TBA, karena adanya komponen tersebut.

Terpengaruh Ambrolnya Indeks Sektoral

Faktor lain yang mempengaruhi kenaikan harga tiket pesawat adalah nilai indeks sektoral. Di akhir sesi perdagangan Jumat, 14 Juni 2024, IHSG turun lumayan dalam. Sempat menguat di awal perdagangan, namun pada penutupan terus meredup.

Ketika Bursa Efek Indonesia (BEI) menutup perdagangan, IHSG berada di angka indeks 6.734,83. Artinya, dalam waktu tujuh jam perdagangan saja, indeks utama di bursa saham Indonesia turun sedalam 1,42 persen. Penurunan ini ternyata sejalan dengan penurunan cuaca indeks sektoral. Dari 11 indeks sektoral yang ada di BEI, beberapa di antaranya negatif.

Jika dijabarkan, mereka adalah:

  • IDX Sektor Kesehatan (-0,26 persen)
  • IDX Sektor Properti & Real Estat (-0,41 persen)
  • IDX Sektor Barang Konsumen Primer (-0,69 persen)
  • IDX Sektor Perindustrian (-1,08 persen)
  • IDX Sektor Barang Konsumen Non-primer (-1,21 persen)
  • IDX Sektor Transportasi & Logistik (-1,31 persen)
  • IDX Sektor Keuangan (-1,63 persen)
  • IDX Sektor Barang Baku (-1,74 persen)
  • IDX Sektor Energi (-1,93 persen)
  • IDX Sektor Infrastruktur (-2,03 persen)
  • IDX Sektor Teknologi (-2,23 persen)

Dari rincian di atas, tampak penurunan terdalam menimpa indeks sektor teknologi. Sedangkan IDX Sektor Transportasi dan Logistik turun sebesar -1,31 persen.

Kebijakan Harga Tiket

Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), menyampaikan harapannya untuk dapat menurunkan harga tiket pesawat domestik. Ia menyampaikan bahwa saat ini, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan sejumlah kementerian.

“Koordinasi antara Kemenparekraf, Kementerian Perhubungan, Kementerian BUMN (Badan Usaha Milik Negara), dan maskapai penerbangan untuk menurunkan harga tiket pesawat,” kata Sandiaga, Kamis, 27 Juni 2024.

Untuk dapat mencapai tujuannya, Sandiaga menyebut penggodokan biaya operasional maskapai dan kebijakan tarif tiket pesawat, dilakukan bersama Kemenparekraf dengan Kemenhub dan Kementerian BUMN. Tak cuma itu, Sandiaga mengaku bahwa telah menyerukan kepada sejumlah maskapai.

“Seruan kepada maskapai penerbangan agar terdapat penambahan jumlah penerbangan, hal ini untuk mengimbangi ketidakseimbangan suplai dan permintaan, dengan harapan penyeimbangan nasional segera tercapai,” jelasnya.

Upaya lain yang berkaitan dengan kebutuhan avtur sebagai bahan bakar pesawat menjadi hal penting yang juga dilakukan, untuk menghadirkan harga tiket pesawat yang terjangkau. “Karena itu, koordinasi dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian ESDM untuk mengkaji skema pajak, insentif, dan harga avtur yang lebih kompetitif guna menurunkan harga tiket pesawat,” ujarnya, menambahkan.

Lebih lanjut, mantan gubernur DKI Jakarta itu menuturkan bahwa kolaborasi lintas kementerian dan industri senantiasa dilakukan untuk mencari solusi terhadap masalah harga tiket pesawat dan mendukung pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia. Karena, rencana Sandiaga ini didasarkan atas banyak keluhan dari masyarakat mengenai harga tiket pesawat mahal.

“Keluhan ini (tiket pesawat mahal) sangat kami dengar dan terus kami upayakan agar ada tindak lanjut segera,” ujarnya. Sandiaga juga memperkirakan harga tiket pesawat segera turun menyusul langkah maskapai penerbangan dalam menambah jumlah pesawat. Ia turut memprediksi harga tiket pesawat akan turun di paruh kedua tahun ini.

Sebelumnya pada Senin, 24 Juni 2024, Sandiaga mengungkapkan, jumlah armada yang masih terbatas menyebabkan harga tiket penerbangan dalam negeri lebih mahal ketimbang internasional. Pihaknya berencana menjalin kerja sama dengan perusahaan asing untuk membuka rute baru penerbangan domestik.

Menurutnya, dengan penambahan armada dan rute penerbangan bisa menjadi solusi atas mahalnya harga tiket domestik. Langkah tersebut sudah dikomunikasikan dengan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi.

“Tadi pak Menhub bilang melakukan beberapa trobosan penerbangan baru langsung ke Indonesia. Ada India, Australia, Rusia. Tambahan penerbangan timur tengah, Dubai, Istanbul. Asia Timur utamanya Tokyo, Seoul, dan Hongkong. Ini yang ingin kita kembangkan kedepan semoga bisa dieksekusi dengan cepat,” kata Sandiaga.

Di sisi lain, Sandiaga mengaku diperintah Presiden Joko Widodo untuk mencari cara agar wisatawan mancanegara mau berkunjung ke Indonesia. Salah satu caranya dengan membenahi dan memprioritaskan pembangunan akses konektivitas transportasi menuju ke kawasan destinasi wisata.

Sebab menurutnya, Indonesia masih berada di peringat teratas sebagai salah satu negara destinasi wisata, khususnya Bali, Bintan, dan Jakarta. “Presiden menyampaikan keinginan menarik wisatawan mancanegara lebih banyak. Dan caranya untuk menarik mancanegara lebih banyak menggunakan peningkatan konektivitas,” kata Sandiaga.(*)