Scroll untuk baca artikel

Airlangga Resmikan Smelter PT Freeport Indonesia di Gresik

×

Airlangga Resmikan Smelter PT Freeport Indonesia di Gresik

Sebarkan artikel ini
tambang freeport indonesia jpg
FREEPORT - Area operasi PT Freeport Indonesia di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. (Dok. PT Freeport Indonesia)

KABARBURSA.COM – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meresmikan pengoperasian smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur.

Smelter PTFI adalah fasilitas pemurnian tembaga dengan desain jalur tunggal terbesar di dunia, memiliki kapasitas pemurnian mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun.

“Kita beri tepuk tangan kepada manajemen yang luar biasa. Pabrik yang dibangun pun luar biasa, sangat tepat waktu. Saat ini, energi terbarukan menjadi tren dan tren tersebut memerlukan mineral kritis. Salah satunya adalah tembaga,” kata Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, Jumat 28 Juni 2024.

Airlangga menjelaskan, proyek yang menempati lahan seluas 100 hektar ini memiliki nilai investasi kumulatif mencapai 3,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp58 triliun.

Investasi tersebut tidak hanya memberikan manfaat bagi perusahaan konstruksi dalam negeri, tetapi juga menciptakan efek berganda bagi masyarakat di Kabupaten Gresik.

Bersama dengan smelter yang dioperasikan PT Smelting, keduanya akan memurnikan 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan produksi sekitar 600.000 ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 200 ton perak per tahun.

Dengan beroperasinya smelter ini, seluruh konsentrat tembaga yang diproduksi oleh PTFI dapat diproses dan dimurnikan di dalam negeri, termasuk lumpur anoda dari PT Smelting.

“Ini merupakan integrasi pertama dari tambang hingga produk akhir. Dengan integrasi ini, produksi emas sebesar 50 ton akan membayar royalti. Karena ini terintegrasi dari tambang sampai hilir, produksi perak juga akan membayar royalti. Pendapatan pemerintah pun akan meningkat,” ujarnya.

Kehadiran PTFI di KEK Gresik diharapkan dapat menjadi katalisator dalam membentuk kawasan dengan ekosistem yang mendukung hilirisasi, khususnya kendaraan listrik (EV). Hingga Maret 2024, KEK Gresik telah mencatatkan nilai investasi sebesar Rp75,2 triliun dan menyerap lebih dari 35.000 tenaga kerja.

“Ke depan, Indonesia akan mampu meningkatkan ekspor. Jika ekspor kita kuat, maka rupiah bisa stabil. Sebagai contoh, dari nikel dan kelapa sawit, ekspor kita mencapai 55 miliar dolar AS, sementara impor minyak 40 miliar dolar AS. Jadi terjadi natural hedging,” jelas Airlangga.

Selain meresmikan operasional smelter PTFI, Airlangga beserta rombongan juga meninjau kawasan smelter PTFI dengan mengunjungi area jetty, anode casting, dan central control building.

Airlangga juga menyampaikan kepada media terkait peran operasional smelter PTFI dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional.

Pemerintah menggagas kebijakan hilirisasi industri yang diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah perekonomian nasional dan menjadi kunci dalam menjaga resiliensi ekonomi.

Untuk mendukung kebijakan hilirisasi, peran off-takers domestik sangat penting termasuk pengguna bahan baku tembaga.

Saat ini, pasokan produk hilirisasi tembaga Indonesia masih mengandalkan produk impor seperti copper tube, copper tape, evaporator tembaga, serta komponen-komponen dalam produksi EV seperti kabel, inverter, hingga baterai. Pemerintah terus mendorong industri pengolahan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk melakukan hilirisasi.

Penyaluran Kredit Industri

Sejumlah bank di Indonesia optimis bahwa penyaluran kredit ke sektor smelter akan meningkat signifikan tahun ini. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai insentif terkait hilirisasi industri pengolahan sebagai upaya untuk mempercepat pertumbuhan sektor ini.

Bank Indonesia (BI) terus memperkuat Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) guna meningkatkan penyaluran kredit perbankan. Penguatan KLM dilakukan dengan memperluas sektor prioritas yang berhak menerima insentif tersebut.

Sektor prioritas yang diperluas meliputi sektor penunjang hilirisasi, konstruksi, real estate, dan ekonomi kreatif. Sektor lainnya seperti otomotif, perdagangan, Listrik-Gas-Air Bersih (LGA), dan jasa sosial juga masuk dalam cakupan ini. Penguatan KLM diperkirakan akan menambah likuiditas perbankan sebesar Rp 81 triliun, sehingga total insentif yang diberikan mencapai Rp 246 triliun.

Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa penyaluran kredit ke industri pengolahan, termasuk hilirisasi dan smelter, terus meningkat. Hingga Maret 2024, penyaluran kredit ke sektor ini mencapai Rp 322,7 triliun, naik 15,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 279,7 triliun.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, misalnya, terus memacu penyaluran kredit ke sektor smelter. Hingga Maret 2024, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sebesar Rp 26,17 triliun, terutama untuk smelter nikel dan alumina.

Corporate Secretary Bank Mandiri, Teuku Ali Usman, menegaskan bahwa Bank Mandiri sebagai agen perubahan akan terus mendukung program pemerintah, termasuk pengembangan hilirisasi logam di Indonesia. “Kami melihat penyaluran kredit ke sektor ini bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan membantu Indonesia keluar dari middle income trap, sehingga bisa menjadi negara maju,” ujarnya, dikutip Senin 20 Mei 2024.

Bank Indonesia juga telah merilis Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang akan menambah likuiditas perbankan dalam menyalurkan kredit ke berbagai sektor, termasuk hilirisasi, perumahan, pariwisata, UMKM dan KUR, serta ekonomi hijau.