Scroll untuk baca artikel

BPD Kabupaten Semarang Didorong Ciptakan Surplus Padi

×

BPD Kabupaten Semarang Didorong Ciptakan Surplus Padi

Sebarkan artikel ini
MGL9344 11zon
Petani mulai tanam Padi di desa Gunung Pancar Sentul Bogor, Kamis (23/5/2024). foto: KabarBursa/abbas sandji

KABARBURSA.COM – Pemerintahan desa di Kabupaten Semarang diminta untuk mendukung surplus beras melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) guna menyokong stok pangan nasional.

“Sesuai instruksi Bapak Presiden saat kunjungan kerja di Kalibeji, segenap komponen desa untuk memprioritaskan ketahanan pangan di wilayah masing-masing,” tegas Bupati Semarang, Ngesti Nugraha seperti dikutip, Jumat 28 Juni 2024.

Terkait pengelolaan dana desa, para anggota BPD juga diminta untuk terus menjalin komunikasi yang baik dengan perangkat desa. Sebab, berbagai regulasi harus dipatuhi agar dana desa dapat dimanfaatkan dengan baik dan tidak melanggar hukum.

Disampaikannya, pihaknya telah menaikkan tunjangan operasional anggota BPD per 1 Januari 2024. Meski nominalnya relatif kecil per anggota, namun bupati berharap penghargaan itu dapat menambah motivasi kerja para anggota.

Sementara, Anggota BPD Desa Randugunting, Bergas, Bayu Purnomo (38) mengatakan, pihaknya akan mengevaluasi beberapa program kerja yang sempat tertunda, sehingga hasilnya akan dapat dinikmati warga.

“Kenaikan tunjangan operasional juga menambah motivasi kami untuk bekerja lebih baik lagi,” tuturnya.

Lebihi Target Pemerintah

Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengungkapkan bahwa Perum Bulog telah berhasil mengumpulkan sekitar 700 ribu ton beras lokal, melebihi target pemerintah sebesar 600 ribu ton untuk semester pertama tahun 2024.

“Saati ini kami telah mengumpulkan sekitar 700 ribu ton beras, jumlah yang lebih tinggi dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 600 ribu ton,” ungkap Bayu, seperti dilansir pada Minggu, 16 Juni 2024.

Bayu juga menyatakan optimisme bahwa Perum Bulog dapat mengumpulkan lebih dari 900 ribu ton beras setara pada tahun ini. “Kami hanya akan melakukan impor beras jika diperlukan, berdasarkan analisis terhadap neraca beras yang tersedia,” tambah Bayu.

Ia juga menyebutkan bahwa saat ini cadangan beras pemerintah (CBP) yang dimiliki oleh Perum Bulog sebanyak 1,8 juta ton. Dari jumlah tersebut 30 persen berasal dari stok dalam negeri.

“Hal ini tentunya merupakan suatu pencapaian tersendiri, mengingat masa pengadaan dalam negeri yang singkat dikarenakan masa panen padi yang pendek sekitar dua sampai tiga bulan,” jelas Bayu.

Untuk bisa menyerap gabah dalam negeri secara maksimal, lanjut Bayu pengadaan Perum Bulog memiliki beberapa mekanisme di antaranya pertama adalah membeli gabah dan menunggu di gudang.

“Hal ini hanya bisa dilakukan di 10 sentra penggilingan padi yang dimiliki Perum Bulog di mana kami bisa menyerap gabah dalam jumlah yang cukup banyak,” jelasnya.

Kedua, membeli gabah dengan cara menjemput ke petani. Kemudian, mekanisme ketiga adalah membeli beras asalan dari penggilingan-penggilingan padi kecil yang dibeli dan diolah sehingga menghasilkan beras sesuai kemauan pasar.

Lebih lanjut Bayu mengatakan bahwa meskipun penyerapan gabah dalam negeri sudah optimal, namun persoalan serius terdapat pada proses produksi.

“Jumlah penduduk bertambah menurut deret ukur, sedangkan produksi pangan bertambah menurut deret hitung. Teori yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus, saat ini seakan makin nyata dengan berbagai negara di dunia mulai dihantui oleh krisis pangan,” tuturnya.

Pembatasan Ekspor

Selain jumlah populasi penduduk yang terus meningkat, lanjut Bayu, krisis iklim, pembatasan ekspor dan kondisi geopolitik, membuat banyak negara harus berkutat dengan persoalan ketahanan pangan.

“Menjawab tantangan, Perum Bulog kembali menegaskan komitmennya dalam menjaga stabilitas pangan nasional,” jelasnya.

Perum Bulog yang saat ini memiliki fungsi sebagai operator pelaksana kebijakan distribusi pangan yang diregulasi oleh pemerintah, kata Bayu, tentunya mengalami tantangan tersendiri dalam menuntaskan persoalan ketahanan pangan.

Karena persoalan ketahanan pangan harus dibahas secara utuh dari hulu ke hilir, termasuk dari proses produksi, distribusi sampai konsumsi.

“Perum Bulog hanya bisa menyerap gabah, bila produksinya ada. Kami berkomitmen untuk terus memprioritaskan penyerapan gabah dalam negeri,” katanya.

Ia menambahkan, Perum Bulog mulai masuk ke ranah hulu dengan memiliki program bernama Mitra Tani. Program tersebut untuk membantu peningkatan produktivitas pertanian petani.

“KPI (Key Performance Indicator) kami adalah meningkatkan produktivitas petani melalui program ini, bukan semata-mata hanya untuk bisa mendapatkan beras. Kalau petani bisa meningkatkan produktivitasnya, maka secara makro ada peningkatan produksi beras. Saat ini sudah ada 250 hektare lahan yang dikelola dalam program ini,” Bayu menerangkan.

Selain itu, Perum Bulog terus berupaya menjaga stabilitas pangan demi tercapainya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan salah satu visi transformasi yang sedang dilakukan oleh Perum BUMN di bidang pangan tersebut.