KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 54,55 poin atau sebesar 0,77 persen ke level 7.118,1 pada penutupan sesi I, Senin, 1 Juli 2024. IHSG hari ini menghijau di rentang 7.075-7.133. Sebagian besar sektor saham terkerek dan sektor transportasi naik tertinggi.
Selama sesi I, sebanyak 9,16 miliar saham telah diperdagangkan dengan nilai transaksi mencapai sekitar Rp9,29 triliun, dan frekuensi perdagangan mencapai 532.179 kali transaksi. Sebanyak 304 saham mencatatkan kenaikan, 248 saham terkoreksi, dan 230 saham stagnan.
Sebagian besar saham unggulan menguat pada penutupan sesi I. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pukul 12.00 WIB, saham-saham blue chip yang tergabung dalam LQ45 melonjak 0,58 persen, investor33 meningkat 0,16 persen, dan JII melesat 1,23 persen.
Mayoritas sektor saham terkerek pada penutupan IHSG sesi I. Sektor transportasi naik tertinggi, melonjak 4,24 persen. Disusul penguatan sektor barang baku 2,59 persen, sektor energi 1,6 persen, sektor perindustrian 1,45 persen, dan sektor teknologi 0,59 persen. Sedangkan pelemahan terjadi pada sektor infrastruktur 0,51 persen, sektor properti 0,3 persen, sektor barang konsumsi primer 0,18 persen, dan sektor kesehatan 0,15 persen.
Top gainers LQ45 pada siang ini terdiri dari:
– PT Barito Pacific Tbk (BRPT) naik 9,60 persen
– PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) naik 5,56 persen
– PT Saratoga Investama Tbk (SRTG) naik 4,18 persen
Top losers LQ45 pada siang ini adalah:
– PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun 3,31 persen
– PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) turun 2,33 persen
– PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) turun 2,16 persen
Sementara itu pada penutupan perdagangan sesi I IHSG hari ini, indeks saham Asia juga menghijau. Nikkei (Jepang) stagnan, Shanghai (China) meningkat 0,27 persen, dan Straits Times (Singapura) naik 0,11 persen. Sedangkan Hang Seng (Hong Kong) libur.
Investasi Semester I 2024
IHSG menutup bulan Juni di posisi 7.063,58 pada Jumat, 28 Juni 2024 kemarin. Angka ini mencatat penurunan sebesar 2,88 persen sepanjang semester pertama tahun 2024.
Dari awal tahun hingga mencapai titik tertinggi sepanjang tahun (ATH), IHSG naik sekitar 1,5 persen. Namun, penurunan yang signifikan terjadi pada kuartal kedua, terutama setelah banyak investor asing keluar pasca-Lebaran, menyebabkan IHSG turun sekitar 6 persen ke titik terendahnya.
Beberapa saham mengalami kenaikan yang signifikan maupun penurunan terdalam dalam enam bulan terakhir. Saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) mengalami kenaikan tertinggi dengan lebih dari 200 persen. Diikuti oleh PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) naik 145,43 persen, PT Wahana Inti Makmur Tbk (NASI) naik 136,78 persen. Posisi keempat ditempati oleh PT Ulima Nitra Tbk (UNIQ) dengan kenaikan 135,29 persen dan kelima ialah PT Petrosea Tbk (PTRO) dengan 107 persen.
Sebaliknya, ada lima saham yang mengalami penurunan terbesar dalam semester pertama tahun ini, termasuk PT Lupromax Pelumas Indonesia Tbk (LMAX), PT Widiant Jaya Krenindo Tbk (WIDI), PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET), PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF), dan PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE). Empat dari saham tersebut adalah saham IPO yang baru tercatat tahun lalu, dengan penurunan tertinggi pada LMAX (86 persen) dan WIDI (77,42 persen).
Dalam enam bulan terakhir, arus keluar investor asing dari pasar reguler mencapai Rp12,71 triliun. Saham-saham yang banyak dilepas oleh asing termasuk PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai Rp15 triliun, PT Astra International Tbk (ASII) Rp3,8 triliun, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) Rp1,7 triliun, serta PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) masing-masing Rp1,6 triliun.
Meskipun demikian, IHSG mulai menunjukkan pemulihan dan berhasil kembali ke level 7.000, sehingga sepanjang tahun ini IHSG hanya terkoreksi sekitar 2,88 persen. Hal ini didorong oleh akumulasi pembelian oleh investor asing dalam seminggu terakhir, dengan net buy tercatat lebih dari Rp1 triliun di pasar reguler.
IHSG yang Terbaik?
Indeks saham Taiwan menjadi yang berkinerja terbaik di Asia Pasifik pada awal tahun 2024, didorong oleh optimisme terhadap kecerdasan buatan (AI). Taiwan Weighted Index menguat 28 persen sejak awal tahun, menjadikannya indeks saham dengan kinerja terbaik di Asia Pasifik sepanjang tahun ini. Penguatan indeks ini didukung oleh saham-saham perusahaan terkait AI.
Saham Taiwan Semiconductor Manufacturing Corp naik 63 persen pada semester I 2024, sementara saham Foxconn, yang diperdagangkan sebagai Hon Hai Precision Industry, melonjak 105 persen pada periode yang sama.
“Kinerja pasar global tahun ini sebagian besar didorong oleh tema Kecerdasan Buatan dan kebijakan bank sentral, dan hal itu kemungkinan akan terus berlanjut,” kata Rahul Ghosh, spesialis portofolio ekuitas global di T. Rowe Price.
Potensi dan skala siklus investasi AI terus mendorong aktivitas ekonomi global, lanjut Ghosh. Ia menjelaskan bahwa dampak investasi AI meluas ke sektor-sektor seperti industri, material, dan utilitas.
Indeks saham Jepang Nikkei 225 berada di peringkat kedua indeks saham terbaik di Asia Pasifik, setelah berulang kali melampaui angka tertinggi sepanjang masa pada awal tahun ini. Dalam enam bulan pertama tahun ini, Nikkei telah menguat sekitar 18 persen. Nikkei melampaui rekor 34 tahun pada Februari 2024, melampaui rekor tertinggi sebelumnya di 38.915,87, yang dicapai pada 29 Desember 1989. Setelah itu, Nikkei melonjak melewati ambang psikologis 40.000 dan mencapai penutupan tertinggi baru di 40.888,43 pada 22 Maret 2024.
“Meskipun Taiwan mungkin memimpin pasar Asia, Jepang tampaknya menjadi pasar yang diunggulkan di masa depan,” ujar para analis.
Ghosh mengatakan, peningkatan standar tata kelola perusahaan terus memberikan dampak nyata terhadap kinerja perusahaan di Jepang, negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia. Selain itu, catatan pada 14 Juni 2024 dari Ben Powell, kepala strategi investasi APAC di BlackRock Investment Institute, menunjukkan bank sentral Jepang, Bank of Japan, semakin yakin akan memenuhi target inflasi dan menormalisasi kebijakan moneter secara bertahap dan terukur.
Powell mengatakan latar belakang makroekonomi Jepang menguntungkan bagi aset berisiko. “Kami tetap melebih-lebihkan saham Jepang, didorong oleh momentum reformasi perusahaan yang kuat, pendapatan yang sehat, dan dukungan penilaian dari suku bunga riil yang masih negatif,” ujarnya.
Meskipun sebagian besar pasar Asia berada di wilayah positif sepanjang tahun ini, tiga indeks saham, yaitu Thailand, Indonesia, dan Filipina, jatuh ke zona negatif. Indeks SET Thailand anjlok 8 persen dalam enam bulan pertama, menjadi indeks dengan kinerja terburuk di Asia. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 2,88 persen, dan indeks saham Filipina melemah sekitar 0,6 persen pada periode yang sama.
Berikut adalah indeks saham terbaik dan terburuk di Asia Pasifik sepanjang semester I 2024:
– Indeks Taiex (Taiwan): naik 28,45 persen
– Indeks Nikkei 225 (Jepang): naik 17,56 persen
– Indeks Nifty 50 (India): naik 10,49 persen
– Indeks BSE Sensex (India): naik 9,4 persen
– Indeks Kuala Lumpur Composite (Malaysia): naik 9,31 persen
– Indeks Kospi (Korea Selatan): naik 5,37 persen
– Indeks Hang Seng (Hong Kong): naik 3,94 persen
– Indeks Straits Times (Singapura): naik 2,89 persen
– Indeks ASX 200 (Australia): naik 2,33 persen
– Indeks CSI 300 (China): naik 0,89 persen
– Indeks PSI (Filipina): turun 0,51 persen
– Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Indonesia): turun 2,88 persen
– Indeks SET (Thailand): turun 8,11 persen (*)