Scroll untuk baca artikel
Infacaft 2025 Kerjasama dengan KabarBursa.com
Market Hari Ini

Peluang Besar di Sektor Pariwisata kala Rupiah Ambruk

×

Peluang Besar di Sektor Pariwisata kala Rupiah Ambruk

Sebarkan artikel ini
MGL0721 11zon
Sejumlah Turis Manca Negara melintas di Torotoar Jalan Merdeka Merdeka Timur JakPus, Kamis (30/5/2024). foto: KabarBursa/abbas sandji

KABARBURSA.COM – Selama satu semester kemarin, Rupiah sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Per 1 Juli 2024, Rupiah berada pada angka Rp16.320 hingga Rp16.410 terhadap Dolar Amerika. Hal ini lantas berpengaruh pada kenaikan harga-harga di pasaran, yang tentunya sangat memberatkan masyarakat.

Tapi, melemahnya Rupiah ternyata membawa dampak positif bagi pariwisata Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia pada Mei 2024 justru naik hingga 7,35 persen, menjadi 1,13 juta orang. Diakui Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Habibullah, murahnya Rupiah menjadi daya tarik tersendiri bagi wsman.

“Penelitian menunjukkan bahwa dampak penetapan harga Dolar AS lebih kuat bagi negara-negara wisman yang memiliki pinjaman Dolar lebih tinggi,” kata Habibullah di Jakarta, kemarin.

Lebih jauh Habibullah memaparkan, jumlah kunjungan wisman pada Mei lalu sudah hampir mendekati masa sebelum merebaknya Pandemi COVID-19. Sebanyak 987,7 juta wisman masuk melalui pintu utama, sedangkan 157,8 juta masuk melalui perbatasan.

“Untuk wisman yang masuk melalui pintu utama jumlahnya telah melampaui masa sebelum COVID-19, per Mei 2019 ada 959,83 juta. Sedangkan yang masuk melalui pintu perbatasan masih jauh di bawahnya, karena pada periode itu jumlahnya 289,71 juta orang,” ujar dia.

Jika dilihat dari asal wisman, per Mei 2024 mayoritas berasal dari Malaysia dengan porsi 17,5 persen dari total yang datang. Diikuti Australia (12 persen), Singapura (9,7 persen), China (8,6 persen), India (7,1 persen), Timor Leste (5,2 persen), Amerika Serikat (3,2 persen), Inggris (3 persen), Prancis (2,9 persen), dan Korea Selatan sebanyak 2,8 persen.

Dampak lain dari melemahnya Rupiah terhadap Dolar adalah berkurangnya orang Indonesia yang melancong ke negara lain. Pada akhirnya, mereka memilih berlibur di Indonesia saja.

Masih berdasarkan data BPS, jumlah wisatawan nasional (wisnas) yang pergi ke luar negeri merosot tajam. Mei lalu, jumlah perjalanan wisnas hanya sebanyak 626,67 persen. Padahal per April 2024, jumlahnya sangat tinggi, yaitu sebanyak 756,31 juta.

Namun, apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, jumlah wisnas masih tinggi, yaitu sebanyak 593,24 juta jiwa. Dan jika dibandingkan periode Januari-Mei 2024 dengan Januari-Mei 2023, total kenaikan perjalanan sebanyak 17,04 persen, dari 3,04 juta perjalanan menjadi 3,56 juta perjalanan.

Hingga Mei 2024, sepuluh negara utama tujuan wisatawan asing (wisnas) masih didominasi oleh Malaysia, yang menyumbang 35,64 persen dari total. Di posisi kedua adalah Singapura dengan 15,24 persen, diikuti oleh Arab Saudi dengan 7,85 persen. Negara-negara lainnya adalah Thailand (6,14 persen), Timor Leste (5,68 persen), Tiongkok (4,65 persen), Kamboja (3,99 persen), Jepang (3,11 persen), Vietnam (1,78 persen), dan Australia (1,71 persen).

Berdasarkan pintu masuk, jumlah perjalanan wisnas pada Mei 2024 melalui pintu utama tercatat sebanyak 607,44 ribu perjalanan, sedangkan melalui pintu perbatasan sebanyak 19,23 ribu perjalanan.

Sebagian besar perjalanan wisnas kembali melalui pintu udara, yaitu sebanyak 477,51 ribu perjalanan pada Mei 2024. Sementara itu, yang melalui pintu laut dan darat masing-masing tercatat 98,86 ribu perjalanan dan 31,07 ribu perjalanan.

Sementara, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, menyatakan bahwa meskipun Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) diretas dan menyebabkan gangguan pada sistem imigrasi, hal ini belum berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan. Hanya saja, gangguan tersebut sempat menyebabkan antrean panjang di beberapa bandara internasional.

“Hingga hari ini, kunjungan wisatawan dari tiga pintu utama masih menunjukkan pertumbuhan yang baik. Data terakhir dari Bali menunjukkan angka 20.000 kunjungan per hari, yang berarti peningkatan lebih dari 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” ungkap Sandiaga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 1 Juli 2024.

Sandiaga menambahkan, sistem pelayanan publik di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pun masih beroperasi normal. Namun, ia memperingatkan bahwa jika masalah ini tidak segera ditangani, dampaknya bisa dirasakan dalam jangka panjang. Seperti tingginya harga tiket pesawat sebagai isu yang memerlukan perhatian, terutama untuk tiga pintu utama di Indonesia, yaitu Jakarta, Bali, dan Kepulauan Riau.

“Untuk wisatawan mancanegara, tidak ada kekhawatiran yang signifikan. Namun, bagi wisatawan domestik, harga tiket yang mahal bisa menjadi penghambat kunjungan ke destinasi utama. Oleh karena itu, kami ingin mendorong wisatawan domestik untuk tetap mengunjungi destinasi utama,” jelasnya.

Jadi, anjloknya Rupiah terhadap Dolar memang memberikan pengaruh luar biasa di berbagai sektor, terutama kenaikan harga kebutuhan pokok dan jasa. Namun di sisi lain, jumlah wisatawan mancanegara meningkat.

Tidak hanya itu, meskipun terjadi peretasan pada Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) yang mengakibatkan gangguan sistem imigrasi dan antrean panjang di bandara, jumlah kunjungan wisatawan tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif.

Sandiaga pun menegaskan, kunjungan wisatawan dari tiga pintu utama, terutama Bali, terus meningkat. Namun, ia memberikan catatan pada tingginya harga tiket pesawat yang menjadi tantangan untuk segera dicarikan solusinya, untuk mendorong kunjungan wisatawan domestik ke destinasi utama di Indonesia. Sandiaga mengingatkan pentingnya penanganan cepat atas gangguan sistem untuk mencegah dampak jangka panjang.(*)