KABARBURSA.COM – Secara tahunan atau year on year (yoy), kerugian yang dialami PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) meningkat sebesar 60 persen hingga kuartal I 2024. Efeknya, harga saham dari perusahaan pelat merah ini bertahan di zona merah.
Menurut laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 1 Juli 2024, PT Krakatau Steel mengalami kerugian sebesar USD29,14 juta atau setara dengan Rp462,58 miliar. Ini mencerminkan peningkatan kerugian bersih perusahaan sebesar 60 persen dari kuartal I 2023 yang hanya mencatat kerugian sebesar USD18,27 juta.
Selain kerugian bersih yang meningkat, pendapatan usaha PT Krakatau Steel juga mengalami penurunan signifikan menjadi USD231,79 juta atau sekitar Rp3,67 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, pendapatan usaha perusahaan mencapai USD689,83 juta. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penjualan produk baja di pasar domestik yang turun dari USD574,90 juta menjadi USD185,87 juta.
Selain itu, PT Krakatau Steel juga tidak melakukan ekspor produk bajanya selama tiga bulan pertama tahun ini, berbeda dengan tahun sebelumnya yang mencatat penjualan ekspor sebesar USD33,35 juta.
Pendapatan dari produk non-baja PT Krakatau Steel juga mengalami penurunan, dengan pendapatan dari sarana infrastruktur sebesar USD40,43 juta, rekayasa dan konstruksi sebesar USD2,05 juta, dan jasa lainnya sebesar USD3,43 juta.
Meskipun beban pokok pendapatan turun menjadi USD211,85 juta dari USD637,39 juta pada kuartal I-2023, penurunan pendapatan tersebut mengakibatkan laba bruto menurun dari USD52,44 juta menjadi USD19,94 juta pada akhir Maret 2024.
Dari segi neraca keuangan, per 31 Maret 2024, total aset PT Krakatau Steel mencapai USD2,79 miliar, mengalami penurunan dari posisi sebelumnya sebesar USD2,84 miliar per 31 Desember 2023. Aset lancar perusahaan mencapai USD631 juta, sementara aset tidak lancar mencapai USD2,16 miliar.
Total liabilitas PT Krakatau Steel per 31 Maret 2024 mencapai USD2,33 miliar, dengan sebagian besar merupakan liabilitas jangka pendek atau utang yang harus dilunasi dalam satu tahun, mencapai USD2,10 miliar.
Keadaan ini menimbulkan kekhawatiran karena aset lancar yang bisa dicairkan dalam waktu dekat hanya mencapai separuh dari total liabilitas jangka pendek. Aset lancar yang likuid, seperti kas dan setara kas, hanya sebesar USD97,85 juta.
Pada tiga bulan pertama tahun ini, modal atau ekuitas PT Krakatau Steel berada pada level USD459,73 juta, mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi USD496,80 juta pada 31 Desember 2023.
Kerugian Sepanjang 2023
Lebih lanjut, manajemen KRAS mengungkapkan bahwa kerugian sepanjang tahun 2023 disebabkan oleh tidak beroperasinya pabrik Hot Strip Mill 1. Pemicunya adalah kerusakan pada switch house finishing mill.
Direktur Utama Krakatau Steel, Purwono Widodo, menjelaskan bahwa kerugian tersebut merupakan dampak dari tidak beroperasinya fasilitas Hot Strip Mill 1 (HSM#1), yang merupakan penghasil produk utama Hot Rolled Coil (HRC), akibat kerusakan pada switch house finishing mill.
“Perseroan saat ini terus berupaya semaksimal mungkin menjaga performa kinerja selama recovery pabrik HSM#1,” kata Purwono dalam keterangan resmi, dikutip pada Kamis, 6 Juni 2024.
Lebih lanjut, Purwono menjelaskan bahwa perbaikan fasilitas HSM#1 akan selesai tahun ini. Adapun produksi pertama produk HRC pasca perbaikan diharapkan dapat dimulai pada kuartal keempat mendatang.
Selain terkait dengan pabrik, laporan keuangan 2023 juga dipengaruhi oleh aksi korporasi divestasi saham beberapa anak usaha di Subholding Krakatau Sarana Infrastruktur untuk pembayaran utang Tranche B.
Hal tersebut berkaitan dengan laporan keuangan yang sudah tidak lagi dikonsolidasikan ke Krakatau Steel Grup. Kemudian KRAS juga mengklaim sedang menyelesaikan restrukturisasi lanjutan atas sisa utang dengan para kreditur dan pemegang saham.
Kinerja Saham KRAS
Saham PT Krakatau Steel, pada penutupan perdagangan Senin, 1 Juli 2024, tercatat melemah ke level Rp93 per saham. Secara mingguan dan tiga bulan terakhir, saham ini mengalami penurunan masing-masing sebesar 7,00 persen dan 35,42 persen.
Secara year-to-date atau ytd dan dalam lima tahun terakhir, saham PT Krakatau Steel juga mengalami pelemahan sebesar 34,45 persen dan 81,33 persen secara berturut-turut. Menurut data RTI Business per 31 Mei 2024, jumlah pemegang saham perusahaan ini mencapai 27.900 orang, mengalami penurunan 312 orang dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
PT Krakatau Steel melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada November 2010 dengan harga penawaran umum perdana (IPO) sebesar Rp850 per saham, mengumpulkan dana sebesar Rp2,68 triliun. (*)