KABARBURSA.COM – Meskipun hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang saat ini sudah baik, ada potensi untuk ditingkatkan lebih lanjut.
Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga menyebut salah satu cara yang akan ditempuh untuk meningkatkan kerja sama dengan Jepang adalah melakukan terobosan baru dalam kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan memanfaatkan perjanjian Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).
Jerry menjelaskan, Indonesia mengapresiasi dukungan JCCI dalam meningkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan Indonesia-Jepang yang semakin kuat dan berlanjut.
Dalam waktu dekat, ungkap Jerry Sambuaga, kedua negara ini akan menandatangani Protokol Perubahan IJEPA setelah lima tahun perundingan atau General Review IJEPA pada 2019 silam.
“Dengan melihat perjuangan perundingan yang cukup panjang, diharapkan pelaku usaha dapat memanfaatkan IJEPA karena banyak peluang akses pasar dari kedua negara yang bisa ditingkatkan dan dikembangkan,” ujar Jerry.
Adapun total nilai perdagangan antara Indonesia dan Jepang pada 2023 mencapai USD37,3 miliar. Indonesia mencatatkan surplus USD4,2 miliar. Angka ini melampaui situasi sebelum pandemi COVID-19 yang hanya mencapai USD341 juta.
Kemajuan perundingan Protokol Perubahan IJEPA saat ini dalam tahap kajian hukum (legal scrubbing) dan finalisasi teks draf. Perubahan dan peningkatan dalam Protokol Perubahan IJEPA meliputi bab Trade in Goods, Trade in Services, Electronic Commerce, Movement of Natural Persons, Cooperation, Intellectual Property, dan Government Procurement.
Protokol perubahan IJEPA ditargetkan akan selesai pada minggu kedua Juli 2024, yang dilanjutkan dengan proses administratif di internal pemerintah.
Kedua negara menargetkan penandatanganan oleh Menteri Perdagangan dan Menteri Luar Negeri Jepang pada September 2024 mendatang.
Jerry menuturkan, perjanjian bilateral IJEPA merupakan kesepakatan bilateral pertama yang dimiliki Indonesia. IJEPA ditandatangani pada 20 Agustus 2007 di Jakarta dan diimplementasikan pada 1 Juli 2008 (entry into force). Hal ini membuktikan, Jepang adalah mitra dagang dan investasi yang penting bagi Indonesia.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengulas berbagai potensi kolaborasi ekonomi dengan Duta Bisnis Australia untuk Indonesia, Jennifer Westacott. Salah satu yang dibahas adalah peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia untuk pengembangan industri semikonduktor.
“Indonesia membuka peluang kerja sama bilateral, terutama untuk mempersiapkan SDM untuk industri semikonduktor,” ujar Airlangga Hartarto dalam keterangannya di Jakarta, Jumat 28 Juni 2024.
Rencana ini, lanjut Airlangga, diharapkan menjadi bagian dari dukungan Technical and Further Education (TAFE) atau pendidikan vokasi dari pemerintah Australia.
Airlangga juga menyampaikan bahwa diskusi mencakup berbagai peluang kolaborasi di sektor energi dan mineral, seperti pengembangan Carbon Capture Storage (CCS), proses transisi dan transmisi energi, praktik pertambangan ramah lingkungan, teknologi batubara hijau, dan amonia biru.
Selain itu, potensi kerja sama di sektor informatika, pertanian, pendidikan, dan kesehatan turut dibahas dalam pertemuan tersebut.
Airlangga menekankan perhatian pemerintah Indonesia untuk segera menyelesaikan regulasi mengenai CCS guna mendorong kolaborasi yang lebih intensif antara kedua negara.
Dia juga menekankan pentingnya keberlanjutan dari berbagai komitmen kerja sama yang telah terjalin, seperti kerja sama produk susu dan olahannya, serta ternak unggas.
Airlangga berharap hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia akan terus erat untuk mendukung dan menyukseskan transisi pemerintahan baru pada Oktober mendatang.
Sementara itu, Westacott menyambut baik berbagai potensi kolaborasi kedua negara dan menawarkan kerja sama joint venture di industri semikonduktor, khususnya dalam lini industri packaging.
“Kunjungan ini bertujuan membahas berbagai potensi kerja sama Indonesia dan Australia, termasuk sektor pertanian, pendidikan, transisi energi, serta bidang kesehatan,” ujar Westacott.
Dari 2010-2023 Nilai Investasi Jepang di RI USD18,3 Miliar
Nilai investasi Jepang ke Indonesia antara tahun 2019 hingga 2023 mencapai USD18,3 miliar, dengan sektor-sektor utama mencakup energi, otomotif, dan properti.
Saat ini, Indonesia juga mendorong masuknya investasi asing ke sektor energi terbarukan sebagai bagian dari komitmen untuk mencapai emisi nol bersih (net zero emission) pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, menyatakan bahwa Indonesia dan Jepang perlu memperkuat kerja sama dalam menghadapi krisis global. Peluang kerja sama di sektor energi terbarukan sangat penting bagi kebutuhan energi Jepang.
“Salah satunya adalah penyediaan produk biomassa, seperti cangkang sawit (palm kernel shell) dan pelet kayu (wood pellet) dari Indonesia,” tambah Jerry dalam keterangannya pada Jumat, 5 Juli 2024.
Pada tahun 2023, nilai ekspor cangkang sawit Indonesia ke Jepang mencapai USD550,98 juta, meningkat 40 persen dibandingkan tahun 2022. Selain itu, ekspor pelet kayu Indonesia ke Jepang mencapai USD10,2 juta, meningkat 45 persen dibandingkan tahun 2022.
Selain sektor energi, Indonesia juga ingin berperan sebagai mitra penyedia pangan di Jepang, mengingat 60 persen kebutuhan pangan di Jepang masih dipenuhi dari impor.
Jerry menegaskan bahwa sebagai negara produsen pangan dan produk pertanian, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi mitra Jepang dalam memastikan ketersediaan produk tersebut. Namun, diperlukan kerja sama yang saling menguntungkan dengan mematuhi standar yang ditetapkan Jepang.
Lebih lanjut, Indonesia selalu berpartisipasi dalam promosi makanan dan minuman terbesar di Jepang, Foodex Japan. Pada tahun 2024, partisipasi Indonesia berhasil mencatatkan transaksi dagang sebesar USD10,6 juta untuk pembelian produk ubi, terung, olahan unggas, camilan, bumbu masak, dan rempah.
Sebelumnya diberitakan bahwa Indonesia berharap dapat memperkuat kerja sama ekonomi industri dengan Jepang melalui forum internasional dan perjanjian strategis.
Untuk membahas program kerja sama kedua negara, Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita, bertemu dengan Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Hayashi Yoshimasa, di Tokyo.
“Kami mengharapkan dukungan dari Kepala Sekretaris Kabinet dalam kerja sama ekonomi industri kedua negara,” kata Agus dalam siaran pers Kemenperin di Jakarta, Senin 24 Juni 2024.
Dalam pertemuan tersebut, Menperin dan Yoshimasa menyambut baik selesainya perundingan substantif Protokol Perubahan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), yang telah berlangsung sejak 2019, dan mengharapkan implementasinya segera dilakukan.
Menperin juga menyampaikan apresiasi atas kesiapan Jepang dalam mendukung aksesi Indonesia ke dalam Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), yang akan membuka peluang bagi Indonesia untuk belajar dari pengalaman Jepang di sektor industri.
Saat ini, Indonesia sedang dalam proses aksesi dan menyusun nota kesepahaman awal yang menguraikan bagaimana kebijakannya selaras dengan standar OECD. Nota kesepahaman ini diharapkan rampung pada akhir 2024 melalui proses penilaian mandiri.
Untuk meningkatkan kerja sama di kawasan, Agus juga mengundang Jepang untuk berpartisipasi dalam ASEAN Statespersons’ Forum di Bali pada 29 Juli mendatang. Kegiatan ini menyediakan kerangka kerja sama melalui pertemuan tatap muka antara para pemimpin saat ini dan masa depan di kawasan.
Selain itu, Kemenperin juga menjalin kemitraan untuk penguatan sumber daya manusia (SDM) industri dengan dua perusahaan Jepang, yaitu Morimitsu Industry dan Asia Africa Research Consulting and Investment (AAI).
Kemitraan ini diresmikan melalui nota kesepahaman (MoU) antara Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin RI, Masrokhan, dengan CEO Morimitsu Industry, Mitsusaki Shunji, serta Chairman AAI, Nakamura Hirohide, di Nagasaki, Jepang, pada hari Selasa.
“Kami sangat mengapresiasi dan merasa sangat senang karena Morimitsu dan AAI telah menjadi bagian dari pengembangan SDM industri di Indonesia,” ujar Masrokhan dalam keterangannya di Jakarta, Rabu 26 Juni 2024.
Ia menjelaskan bahwa Morimitsu Industry bergerak di sektor energi dan manufaktur permesinan, sementara AAI fokus pada konsultasi pengembangan bisnis dan energi terbarukan.
Menurut Masrokhan, dalam implementasinya, kerja sama ini akan melibatkan unit pendidikan vokasi milik Kemenperin, yaitu Politeknik ATI Makassar. Mahasiswa akan mendapatkan kesempatan untuk melakukan praktik kerja di kedua perusahaan tersebut dan setelah lulus, mereka berpotensi untuk bekerja di Jepang.
“Kami yakin bahwa kunjungan kerja ini akan memberi kami wawasan berharga yang dapat diterapkan dalam pengembangan SDM industri di Indonesia,” tambah Masrokhan.
Saat ini, Kemenperin memiliki 13 perguruan tinggi dan sembilan SMK yang menyelenggarakan pendidikan vokasi. Jumlah lulusan SMK dan perguruan tinggi milik Kemenperin mencapai 6.000 orang per tahun.
Semua unit pendidikan vokasi Kemenperin telah membuka penerimaan mahasiswa dan siswa baru melalui Jalur Penerimaan Vokasi Industri (JARVIS) pada 2-31 Mei 2024, dengan total pendaftar sebanyak 50.737 orang.
Dalam waktu dekat, Kemenperin akan membuka JARVIS gelombang kedua yang berlangsung hingga 31 Juli 2024. Ini bertujuan untuk memberikan akses kepada calon mahasiswa dan siswa agar dapat menjadi bagian dari pendidikan tinggi vokasi industri yang akan mencetak lulusan siap kerja dan menjadi wirausaha baru. (yog/*)