Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Ekspor ke Malaysia, Potensi Cuan dari Produk Olahan Ikan

×

Ekspor ke Malaysia, Potensi Cuan dari Produk Olahan Ikan

Sebarkan artikel ini
MGL1512 11zon
Potensi cuan di sektor perikanan (Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melepas ekspor produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Raja Patin Indonesia, ke pasar Malaysia pada Minggu, 7 Juli 2024.

Adapun produk yang diekspor merupakan kerupuk ikan berbahan baku kulit ikan patin. Produk tersebut juga telah memenuhi prosedur dan sertifikasi hazard analysis and critical control point (HACCP).

Sekretaris Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BPPMHKP), Hari Maryadi menyebut, KKP akan terus mendorong kemajuan UMKM dengan memberikan pendampingan pada pemenuhan sertifikat HACCP. Menurutnya, sertifikasi itu menjadi jaminan mutu dan keamanan hasil olahan laut Indonesia.

“BPPMHKP sebagai otoritas kompeten mendorong UMKM atau unit pengolahan ikan (UPI) baik mikro, kecil dan menengah bisa menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan,” kata Hari dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 7 Juli 2024.

Adapun UPI Raja Patin Indonesia telah mengantongi sertifikat HACCP Grade C dan membuka akses pasar ke negara Asia Tenggara atau negara non mitra. Berdasarkan laporan BPPMHKP Medan, Raja Patin Indonesia memiliki semangat dalam membangun usaha.

Dimulai dari menawarkan produk dari pintu ke pintu pada 10 tahun lalu, hingga akhirnya bisa mendapatkan sertifikat HACCP melalui tim penjamin mutu BPPMHKP dan mengekspor 2.500 kilogram produk ke Negeri Jiran.

Hari berharap, Raja Patin bisa terus meningkat tingkat HACCP dan masuk ke pasar internasional, tidak hanya di negara Asia melainkan juga Eropa. “Hari ini adalah hari bersejarah bagi Raja Patin Indonesia, berkat perjuangan dan pengorbanan, mereka dapat melakukan ekspor perdana ke Malaysia,” tuturnya.

Kinerja Sektor Perikanan RI

Sebagai negara yang di dominasi perairan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Apalagi, Indonesia menyandang status sebagai negara kepulauan dengan 65 persen total luas negara berupa laut. Sumber daya perairan Indonesia dapat dioptimalkan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

KKP sendiri telah mencangkan strategi penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan dengan mengusung pendekatan ekonomi biru. Menurut laporan KKP pada hingga triwulan III tahun 2023, ekspor produk perikanan dalam negeri mencapai USD4,1 miliar.

Meski begitu, angka itu baru mencapai 53 persen dari target yang ditetapkan tahun 2023, yakni sebesar USD7,6 miliar. Sementara, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor perikanan sendiri berhasil berkontribusi sebesar Rp1,1 triliun hingga 10 November 2023.

Dari gambaran di atas, capaian indikator kinerja utama KKP tahun 2023 sampai triwulan III-2023 adalah produksi perikanan mencapai 18,5 juta ton, terdiri dari perikanan tangkap 5,76 juta ton dan perikanan budi daya sebesar 12,74 juta ton yang terdiri dari ikan 4,75 juta ton dan rumput laut 7,98 juta ton.

Di sisi lain, rata-rata nilai tukar nelayan (NTN) 105,89 dan rata-rata nilai tukar pembudi daya ikan 105,07. Sementara itu, bila dilihat dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) perikanan nilainya sebesar 6,78 persen, sedangkan kontribusi terhadap PDB Nasional sebesar 2,7 persen. Adapun nilai PDB Rp214,18 triliun.

Sementara target yang dicanangkan tahun 2024, KKP menargetkan produksi perikanan mencapai 30,85 juta ton dengan nilai ekspor USD7,20 miliar. Peningkatan target produksi perikanan ini dilakukan seiring dengan meningkatnya peluang pasar perikanan global. Berdasarkan hasil riset Skyquest, pasar perikanan global diproyeksikan meningkat mencapai 115,75 persen hingga 2030 mendatang.

Sementara rencana kerja pemerintah (RKP) yang dicanangkan KKP pada tahun 2025, produksi di sektor perikanan ditargetkan sebesar 24,58 juta ton dengan NTN di kisaran 104 hingga 105.

Di sisi lain, KKP juga menargetkan pertumbuhan PDB perikanan di kisaran angka 4,00 hingga 5,00 persen di 2025. Sementara nilai ekspor, ditargetkan ada di angka USD6,25 miliar.

Komoditas Perikanan Potensial

Sebelumnya, KKP mencatat peluang investasi di komoditas perikanan, khususnya tuna sebesar Rp1,69 triliun. Adapun peluang itu lahir dari gelaran Indonesia Tuna Investment and Business Forum (ITIBF) 2024 di Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

ITIBF 2024 sendiri diikuti 300 peserta dari Unit Pengolahan Ikan, perusahaan penangkapan ikan, perwakilan dagang negara mitra, kepala daerah. Di samping itu, kegiatan ini juga turut diikuti industri supporting logistik dan cold chain system, jaringan ritel, hotel dan restoran, lembaga sertifikasi terkait tuna, hingga mitra international PT Indonesia Evergreen Agriculture.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo menyebut gelaran ITIBF 2024 mencatat potensi investasi tiga kali lipat lebih tinggi dari yang telah ditargetkan KKP.

“Alhamdulillah, di ITIBF tercatat potensi investasi hingga 3 kali lipat dari yang kami targetkan. Angkanya mencapai Rp1,69 T,” ujar Budi dalam keterangan tertulisnya dikutip Sabtu, 29 Juni 2024.

Budi menuturkan, peluang investasi yang KKP tawarkan dalam gelaran ITIBF 2024 mencakup tiga lini, di bidang industri pengolahan ikan tuna terintegrasi di Desa Waupnor, Biak sebesar Rp190,19 miliar, fasilitas usaha di Pelabuhan Perikanan Numana sebesar Rp36,7 miliar, dan pengalengan ikan tuna dan Integrated Cold Storage (ICS) di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo sebesar Rp324,15 miliar.

Meski begitu, dalam gelaran ITIBF 2024 para investor menunjukkan minat di bidang lain meliputi bidang usaha penangkapan ikan, jual beli hasil perikanan, pengolahan, hingga budidaya ikan kerapu dengan potensi peluang investasi tambahan sebesar Rp1,69 triliun.

“Kami mengapresiasi minat investor yang melihat sektor kelautan dan perikanan begitu menarik, dan ini terlihat saat sesi business matching,” tuturnya. (And/*)