Scroll untuk baca artikel

Serikat Pekerja Samsung Korsel Mogok Massal, Saham Goyang?

×

Serikat Pekerja Samsung Korsel Mogok Massal, Saham Goyang?

Sebarkan artikel ini
samsung mogok
Aksi unjuk rasa para serikat kerja Samsung Electronics di Korea Selatan, hari ini. Foto: Int

 

KABARBURSA.COM – Serikat pekerja Samsung Electronics yang ada di Korea Selatan melakukan aksi mogok selama tiga hari. Mereka menuntut kenaikan gaji dan adanya cuti tambahan. Aksi mogok dilakukan pada Senin, 8 Juli 2024. Mereka mengancam akan ada aksi lebih jika tuntutan tidak dipenuhi.

Serikat Pekerja Samsung Electronics Nasional (NSEU), memiliki sekitar 30.000 anggota yang membentuk lebih dari sekitar 34 persen tenaga kerja Samsung di Korea Selatan. Namun para analis memperkirakan, aksi unjuk rasa tersebut tidak akan berdampak besar pada output pembuat chip memori terbesar di dunia ini. Apalagi partisipas sangat rendah dan produksi otomatis.

Ini adalah kali kedua serikat melakukan aksi industrial. Mereka mengkoordinasikan cuti tahunan untuk secara efektif mengadakan aksi walkout massal. Dan sekali lagi, Samsung juga menegaskan tidak aka nada dampak besar dari aktivitas bisnis. Namun, Perusahaan menolak berkomentar lebih lanjut terkait pemogokan hari ini.

Presiden serikat pekerja Son Woo-mok membantah adanya laporan yang mengatakan aksi ini minim partisipasi dan tidak membawa dampak besar pada perusahaan.

“Edukasi tentang serikat pekerja bagi anggota serikat dan karyawan belum cukup. Tapi saya tdak berpikir partisipasi ini rendah, karena serikat pekerja kami masih muda dibandingkan dengan serikat pekerja lainnya,” kata Woo-mok.

Keanggotaan serikat pekerja di Samsung telah tumbuh sejak raksasa teknologi tersebut berjanji untuk berhenti mencegah pertumbuhan tenaga kerja terorganisir. Pertumbuhannya menunjukkan penurunan loyalitas staf dan menjadi masalah tambahan bagi Samsung, saat Perusahaan menghadapi persaingan dalam chip yang digunakan utuk aplikasi kecerdasan buatan.

Kenaikan Laba Operasional Kuartal Kedua Melonjak

Samsung Electronics memperkirakan kenaikan laba operasional kuartal kedua (Q2) lebih dari 15 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh lonjakan keuntungan dari penjualan semikonduktor (chipset). Harga chip dilaporkan meroket seiring dengan meningkatnya tren kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), yang pada gilirannya mengangkat pendapatan perusahaan dari titik terendah tahun lalu.

Sebagai produsen chip memori, smartphone, dan TV terbesar di dunia, Samsung memperkirakan laba operasionalnya meningkat menjadi 10,4 triliun Won (USD7,54 miliar) atau sekitar Rp121,3 triliun pada kuartal yang berakhir pada 30 Juni. Laba ini jauh lebih besar dari yang dikantongi Samsung pada 2023, sebesar 670 miliar Won atau sekitar Rp7,9 triliun.

Laba tersebut mengalahkan LSEG SmartEstimate sebesar 8,8 triliun Won, yang didasarkan pada perkiraan analis yang lebih akurat secara konsisten. Kuartal ini menjadi musim yang paling menguntungkan sejak Q3 2022. Para analis menyebutkan bahwa selain harga chip yang lebih tinggi, laba yang lebih baik dari perkiraan kemungkinan mencerminkan Samsung membalikkan penurunan persediaan sebelumnya dalam pembukuannya, karena nilai persediaan chip-nya telah pulih secara akuntansi.

Samsung juga mengklaim bahwa pendapatan perusahaan kemungkinan naik 23 persen pada Q2 dari periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 74 triliun Won. Saham Samsung dibuka naik 1,2 persen setelah perusahaan mengumumkan informasi tersebut. Perusahaan disebut akan merilis rincian pendapatan dan laba Q2 pada 31 Juli.

Divisi semikonduktor utama Samsung kemungkinan akan membukukan laba kuartalan kedua berturut-turut, membaik dibandingkan kuartal pertama. Hal ini karena harga chip memori terus meningkat dari titik terendah pertengahan 2022 hingga akhir 2023 yang disebabkan lemahnya permintaan pasca-pandemi untuk gadget yang menggunakan chip tersebut.

“Permintaan yang sangat besar terhadap chip DRAM kelas atas seperti chip high bandwidth memory (HBM) yang digunakan dalam chipset AI, serta chip yang digunakan di server pusat data dan gadget yang menjalankan layanan AI telah mendorong menaikkan harga chip,” tutur para analis.

Menurut penyedia data TrendForce, selama Q2, harga chip memori melonjak sekitar 13 persen hingga 18 persen dibandingkan kuartal sebelumnya untuk chip DRAM yang digunakan pada perangkat teknologi dan 15 persen hingga 20 persen untuk chip NAND Flash yang digunakan untuk penyimpanan data.

Namun, kenaikan harga chip memori mungkin melambat pada Q3, di mana TrendForce memperkirakan kenaikan harga sebesar 5 persen hingga 10 persen untuk chip DRAM konvensional dan NAND Flash, karena permintaan untuk chip lama dari pasar elektronik konsumen masih lesu.

“Pada laporan pendapatan di akhir bulan, kami akan tertarik dengan prospek Samsung terhadap chip lama, yang akan menjadi tanda apakah pemulihan industri chip ini dapat bertahan hingga tahun depan,” kata analis di Daol Investment & Securities, Ko Yeongmin.

Samsung juga mengklaim bahwa pendapatan perusahaan kemungkinan naik 23 persen pada Q2 dari periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 74 triliun won. Saham Samsung dibuka naik 1,2 persen setelah perusahaan mengumumkan informasi tersebut. Perusahaan disebut akan merilis rincian pendapatan dan laba Q2 pada 31 Juli.(*)