Scroll untuk baca artikel

Cetak Kinerja Impresif, Peluang Investasi BNI Menjanjikan

×

Cetak Kinerja Impresif, Peluang Investasi BNI Menjanjikan

Sebarkan artikel ini
IMG 20240707 115000
BNI - Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar. (Foto: Dok BNI)

KABARBURSA.COM – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) berhasil menunjukkan kinerja yang solid di kuartal pertama 2024. Berbagai data yang dipaparkan dalam dokumen Makro Ekonomi dan Kinerja BBNI, menunjukkan pencapaian yang mengesankan di tengah berbagai tantangan ekonomi global.

Total aset BNI tercatat mencapai Rp1.067 triliun pada Maret 2024, meningkat 5,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp1.012 triliun. Peningkatan ini mencerminkan ekspansi bisnis yang agresif namun tetap sehat.

Total kredit yang disalurkan BNI juga mengalami pertumbuhan yang signifikan, mencapai Rp695 triliun, naik 9,6 persen dari Rp634 triliun pada Maret 2023.

“Peningkatan kredit ini sejalan dengan peningkatan Loan to Deposit Ratio atau LDR menjadi 89 persen, menunjukkan efisiensi dalam pengelolaan likuiditas,” tulis BNI dalam dokumennya yang diterima KabarBursa, Selasa, 9 Juli 2024.

Dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) BNI juga tumbuh 6,0 persen YoY, mencapai Rp544 triliun pada Maret 2024, dibandingkan Rp513 triliun pada Maret 2023. Pertumbuhan dana CASA ini penting karena memberikan biaya dana yang lebih rendah bagi bank.

Sementara itu, laba bersih BNI meningkat sebesar 2,0 persen YoY, dari Rp5,2 triliun pada kuartal pertama 2023 menjadi Rp5,3 triliun pada kuartal pertama 2024.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan atau NPL BNI berhasil ditekan menjadi 2,0 persen pada kuartal pertama 2024, turun dari 2,8 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini menunjukkan peningkatan kualitas kredit yang disalurkan oleh BNI.

“Rasio keuangan lainnya juga mencatatkan performa yang baik, dengan Loan at Risk (LaR) sebesar 13,3 persen, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kuat di level 20,5 persen,” catat BNI.

Likuiditas Ketat

Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI Senin, 8 Juli 2024, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menjelaskan suku bunga Amerika Serikat atau Fed Fund Rate (FFR) yang tetap tinggi di level 5,5 persen berdampak pada pelemahan nilai tukar Rupiah.

Hingga 21 Juni 2024, Rupiah terdepresiasi mencapai Rp16.450 year to date, dan melemah 6,4 persen hingga akhir Juni, lebih dalam dibandingkan rata-rata negara berkembang lainnya yang 5,3 persen.

“Implikasinya ke Indonesia rupiah pun tidak imun,” kata Royke.

Meskipun Rupiah terdepresiasi, kata Royke, investor asing mulai masuk ke Indonesia. Pada semester pertama 2024, tercatat portofolio net inflow sebesar USD2 miliar ke pasar finansial. SRBI menjadi tujuan utama investasi asing dengan net inflow sebesar USD4,1 miliar ytd, meskipun terdapat outflow dari pasar obligasi dan pasar saham sebesar USD2,1 miliar.

Dengan adanya tekanan terhadap Rupiah, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada RDG April 2024 menjadi 6,25 persen. Hal ini juga berdampak pada kenaikan suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar 65 basis poin.

Kebijakan ini berhasil menarik foreign inflow dan menstabilkan Rupiah, namun juga menyebabkan penyerapan likuiditas Rupiah yang signifikan melalui instrumen operasi pasar terbuka, mencapai Rp890 triliun atau tiga kali lipat dari posisi pra-pandemi, dengan SRBI menyumbang 70 persen dari total operasi pasar terbuka.

“Kesimpulannya, likuiditi agak ketat,” kata Royke.

Pengelolaan likuiditas yang prudent menjadi kunci keberhasilan BNI dalam menjaga stabilitas dan efisiensi operasional. Mengutip data BNI yang sama, dana pihak ketiga tumbuh sehat didorong oleh peningkatan CASA, mencapai Rp780 triliun pada Maret 2024, naik 4,9 persen dari Rp744 triliun pada Maret 2023.

Deposito juga mengalami peningkatan sebesar 2,4 persen, dari Rp231 triliun menjadi Rp237 triliun pada periode yang sama.

Restrukturisasi Kredit Covid-19

BNI terus melakukan upaya restrukturisasi kredit untuk membantu debitur yang terdampak pandemi Covid-19. Tren restrukturisasi kredit Covid-19 menunjukkan penurunan signifikan dari Desember 2020 yang sebesar 18,56 persen menjadi 3,76 persen pada Maret 2024. Ini mencerminkan keberhasilan BNI dalam memitigasi risiko kredit dan membantu pemulihan ekonomi para debitur.

BNI juga mendapatkan dukungan kuat dari investor global terhadap proses transformasi digital yang tengah dilakukan. Klasifikasi investor menunjukkan bahwa 28,8 persen saham BNI dimiliki oleh investor asing pada Mei 2024, meningkat dari 24,8 persen pada Desember 2022.

Kepercayaan ini didukung oleh berbagai inovasi digital yang dilakukan BNI untuk meningkatkan pelayanan dan efisiensi operasional.

Volume perdagangan saham BNI tetap tinggi, dengan peningkatan 26,3 persen YoY hingga mencapai 335 miliar rupiah pada tahun 2024. Kinerja saham BNI juga menunjukkan tren positif, dengan kenaikan 1,9 persen YTD, lebih baik dibandingkan indeks LQ-45 dan sektor keuangan (IDXFIN) yang menunjukkan performa lebih rendah.(pin/*)