KABARBURSA.COM – PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY), emiten di bidang aktivitas perusahaan holding, konsultasi manajemen, dan jasa pelayanan kesehatan melalui Perusahaan Anak, menyampaikan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum saham perdana (IPO) per 30 Juni 2024.
Yoshen Danun, Direktur Keuangan PRAY menyatakan bahwa Perseroan memperoleh IPO efektif pada 28 Oktober 2022 sebesar Rp272.000.070.000 dengan biaya Rp6,003 miliar. Dengan demikian, PRAY mendapatkan hasil bersih IPO sebesar Rp265,9 miliar. Seperti dalam keterangan tertulisnya pada Selasa 9 Juli 2024.
Selanjutnya, PRAY menggunakan dana IPO sebesar Rp132,9 miliar untuk tambahan perolehan tanah guna pembangunan rumah sakit baru, Rp46,5 miliar untuk pengembangan gedung dan layanan rumah sakit yang sudah ada, serta Rp47,2 miliar untuk pembangunan gedung rumah sakit baru. Dengan demikian, PRAY telah merealisasikan penggunaan dana IPO sebesar Rp226,76 miliar.
PRAY masih menyimpan dana IPO sebesar Rp39,23 miliar sebagai deposito di Bank KB Bukopin dengan bunga 6,25 persen per tahun. Sebagai informasi, PRAY resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia pada 8 November 2022 dengan melepas sebanyak 302.222.300 lembar saham pada harga pelaksanaan Rp900 per saham, dan memperoleh dana IPO sebesar Rp272 miliar.
Langkah Ekspansi
PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY) atau yang lebih dikenal sebagai Primaya Hospital Group, mengarahkan langkahnya ke ekspansi dengan rencana penambahan rumah sakit sepanjang tahun 2024. Targetnya, Primaya akan menambah dua rumah sakit baru. Untuk memuluskan rencana ambisius ini, perseroan telah mengalokasikan belanja modal (capex) senilai Rp 1,1 triliun.
Chief Executive Officer Primaya Hospital Leona A. Karnali mengungkapkan bahwa penggunaan capex ini diperkirakan akan meningkat sekitar 50 persen menjadi sekitar Rp 1,1 triliun dalam tahun ini. Capex tersebut akan digunakan untuk pengembangan rumah sakit yang sudah ada dan juga untuk ekspansi agar layanan Primaya menjadi lebih canggih. “Sampai akhir kuartal I-2024, realisasi capex mencapai 8 persen, yang sejalan dengan tren realisasi tahun-tahun sebelumnya. Kami optimis target tahunan capex dapat tercapai, dengan beberapa proyek yang sudah dimulai,” ungkap Leona, Selasa 7 Mei 2024.
PRAY kini telah mengoperasikan 16 rumah sakit yang terbagi dalam 4 klaster wilayah. Dua di antaranya berada di Jakarta, tujuh di Bekasi, empat di Tangerang, dan dua di Makassar.
Leona melihat prospek bisnis rumah sakit tetap positif sejalan dengan perkembangan ekonomi domestik dan kebutuhan layanan kesehatan di Indonesia. Namun, PRAY juga memperhatikan kemampuan daya beli masyarakat dan peningkatan klaim kesehatan yang berdampak pada pengetatan klaim jaminan kesehatan.
“Kami juga terus memperkuat fundamental Primaya Hospital Group dalam hal sumber daya manusia dan sistem teknologi sejalan dengan rencana Kementerian Kesehatan untuk implementasi Satu Sehat,” ungkapnya.
Dengan ekspansi yang dilakukan, PRAY memproyeksikan pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 20-25 persen dengan target margin EBITDA sebesar 25 – 30 persen dari total pendapatan bersih. Pada tahun 2023, EBITDA PRAY tumbuh 77 persen dari margin EBITDA sebesar 18 persen di tahun 2022, menjadi 26 persen di tahun 2023.
“Strategi kami tidak hanya fokus pada pertumbuhan pendapatan, tetapi juga pada pertumbuhan yang efisien tanpa mengurangi kualitas layanan, dengan terus mengembangkan rumah sakit yang sudah ada dan membuka rumah sakit baru,” tutupnya.
Emiten Rumah Sakit
Saham-saham sektor kesehatan mengalami penguatan 0,42 persen atau 5,95 poin ke level 1.431,08 pada penutupan perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Rabu, 26 Juni 2024. Sektor ini menyentuh level terendah di 1.419,4 dan level tertinggi di 1.438,64 sepanjang perdagangan harian.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDXHealth mencatatkan volume perdagangan mencapai 280.159,163 lembar saham, sedangkan nilainya menyentuh Rp119.773.480.420. Sementara frekuensinya sebanyak 38.719 serta memiliki kapitalisasi pasar sebesar 278.812.
Apalagi, sektor kesehatan masuk dalam 5 sektor yang menjadi fokus Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024 dengan total Rp186,4 triliun. Hasilnya, terjadi peningkatan 8,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp187,5 triliun.
Adapun hal tersebut diprediksi memberi pengaruh positif terhadap kinerja emiten rumah sakit. Praska Putrantyo, CEO Edvisor Profina Visindo, mengatakan, emiten-emiten rumah sakit masih mampu mencetak kinerja positif atau membaik sepanjang 2023 lalu, lewat peningkatan pertumbuhan pendapatan dan laba. “Untuk tahun ini, emiten-emiten di sektor jasa kesehatan tersebut diperkirakan masih mampu bertumbuh positif, namun tidak sebesar akselerasi tahun lalu,” kata Praska.
Adapun sentimen yang diprediksi bisa mendorong kinerja emiten rumah sakit yakni adanya permintaan kebutuhan rawat inap beserta keperluan lainnya, seperti poliklinik, laboratorium, hingga pemeriksaan medis. “Di samping itu, kemampuan emiten menjaga margin juga dapat mendorong perbaikan laba,” tuturnya.