KABARBURSA.COM – Emiten alat kesehatan, PT UBC Medical Indonesia Tbk (LABS), akan melakukan penawaran perdana sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 10 Juli 2024. Dengan ini, LABS akan menjadi Perusahaan Tercatat ke-31 di BEI untuk tahun ini.
Harga perdana dalam penawaran awal atau Initial Public Offering (IPO) LABS ditetapkan sebesar Rp102 per saham, berada di tengah kisaran harga Rp100 hingga Rp105 yang ditetapkan saat book building.
Sebanyak 700 juta saham baru atau setara dengan 17,72 persen dari modal disetor penuh LABS akan dilepas dalam IPO ini, menghasilkan dana sebesar Rp71,4 miliar. PT Lotus Andalan Sekuritas (YJ) bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi.
Dana yang berhasil dikumpulkan dari IPO ini akan digunakan untuk modal kerja, termasuk pembelian barang dagangan, biaya angkut, biaya operasional kantor, biaya penjualan, biaya sewa, serta pelunasan hutang usaha kepada pemasok.
Selama tahun lalu, PT UBC Medical Indonesia Tbk (LABS) mencatat laba bersih sebesar Rp2,189 miliar dengan laba per saham Rp0,93.
Direktur Utama PT UBC Medical Indonesia Tbk (LABS) FX Yoshua Raintjung, menjelaskan bahwa seluruh dana hasil Initial Public Offering (IPO) akan digunakan sebagai modal kerja, termasuk untuk biaya operasional.
“Kami akan terus mengembangkan produk alat kesehatan dalam negeri sesuai dengan kebutuhan pasar dengan fokus pada produk molekular,” ujar Yoshua dalam konferensi pers, 21 Juni lalu.
Yoshua menambahkan bahwa pangsa pasar produk molekular adalah salah satu yang terbesar. Namun, di Indonesia, pasar produk molekular masih kecil, tetapi memiliki potensi untuk berkembang dengan cepat.
Tentang UBC Medical
PT UBC Medical Indonesia Tbk (“Perseroan”) adalah perusahaan yang didirikan pada 9 Juni 2014 dan bergerak sebagai distributor alat kesehatan.
Pada 2022, perseroan terus mengembangkan bisnisnya dan meningkatkan intensitas pemasaran produk kepada pelanggan dari segmen Pemerintahan. Dimulai dengan penunjukan Perseroan sebagai pemasok alat screening bayi baru lahir di tujuh Laboratorium Rumah Sakit Vertikal Kementerian Kesehatan.
Setahun kemudian, perseroan melanjutkan peran ini untuk program Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) yang dikelola oleh Direktorat Kesehatan Keluarga. Selain itu, perseroan berhasil menjual alat kesehatan kepada Dirjen P2PTM untuk program screening HPV atau kanker serviks, serta kepada Dirjen P2PML untuk program screening TB dalam rangka mencapai Indonesia bebas TB 2030.
Untuk meningkatkan eksistensinya, perseroan secara aktif bekerja sama dan melakukan edukasi bersama pemerintah, petugas kesehatan, baik dari sektor pemerintah maupun swasta, serta masyarakat umum tentang pentingnya deteksi dini penyakit menular dan penyakit bawaan.
Kegiatan usaha perseroan saat ini berfokus pada penyediaan alat kesehatan diagnostik untuk laboratorium, termasuk sistem immunoassay, molekuler, urinalisis, dan diagnostik cepat yang dikonsolidasikan menjadi solusi terintegrasi. Berkat pengalamannya dalam proyek-proyek kesehatan pemerintah, perseroan kini memiliki reputasi sebagai salah satu pemasok unggulan untuk produk skrining bayi baru lahir dan infeksi tuberkulosis laten (ILTB).
Perseroan telah ditunjuk sebagai distributor berdasarkan Letter of Authorization dari prinsipal-prinsipal yang merupakan produsen bioteknologi ternama dari Amerika Serikat, Jepang, dan Cina. Beberapa perusahaan tersebut antara lain Qiagen GmbH, Nipro Corporation, dan Sansure Biotech Inc., yang semuanya merupakan perusahaan bioteknologi internasional dengan reputasi tinggi.
Sebagai informasi, Qiagen adalah perusahaan pelopor bioteknologi dari Amerika Serikat yang berdiri sejak tahun 1980, Nipro Corporation adalah perusahaan manufaktur peralatan medis dari Jepang yang berdiri sejak tahun 1954 dan terdaftar di Bursa Saham Tokyo dan Osaka Securities Exchange, serta Sansure adalah penyedia jasa diagnostik in vitro terintegrasi dari Cina yang berdiri sejak 2008.
Untuk memanfaatkan kebijakan Pemerintah yang mendorong pemenuhan alat kesehatan dalam negeri melalui produksi lokal dan peningkatan tingkat kandungan dalam negeri, Perseroan mendirikan perusahaan anak yaitu PT Esora Medika Indonesia pada 2023.
Ke depannya, perusahaan anak ini akan memproduksi alat-alat kesehatan untuk kebutuhan laboratorium.
Melalui anak usahanya, PT Estora Medika Indonesia, LABS telah mulai memproduksi alat kesehatan diagnostik dalam negeri. Perusahaan ini akan menjadi tulang punggung LABS.
PT Estora Medika Indonesia memiliki pabrik di Pulo Gadung, Jakarta Timur. Namun, menurut Yoshua, dalam waktu dekat, LABS belum berencana untuk mengembangkan kapasitas pabrik.
“Kami memiliki rencana jangka panjang untuk pengembangan kapasitas pabrik pada tahun 2026 karena saat ini kami sedang berusaha mendapatkan PQ-WHO,” jelasnya. Untuk memperoleh PQ-WHO, dibutuhkan waktu sekitar dua tahun. Jika LABS berhasil mendapatkan sertifikasi PQ-WHO, produk UBC Medical akan mendapatkan rekomendasi dari WHO.
Rekomendasi dari lembaga kesehatan dunia tersebut akan membuka peluang bagi LABS untuk memperluas pangsa ekspor. Meski begitu, LABS tetap akan fokus memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
Sejalan dengan rencana ekspansi ini, LABS menargetkan pendapatan sebesar Rp300 miliar hingga akhir tahun. Selain itu, dari sisi bottom line, LABS mengincar pertumbuhan sekitar 15 persen.(*)