KABARBURSA.COM – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat kembali ditutup menguat pada Rabu, 10 Juli 2024. Penguatan ini terjadi di tengah laju
greenback yang juga meningkat plus komentar Ketua The Fed Jerome Powell yang memicu spekulasi terkait kapan bank sentral akan memangkas suku bunga setelah adanya perlambatan pasar tenaga kerja dan kemajuan dalam penurunan inflasi.
Rupiah sore ini menyentuh level Rp16.240,5, menguat 10,50 poin atau 0,06 persen. Indeks Dolar AS juga meningkat sebesar 0,01 persen ke posisi 105,14. Sementara, mata uang lain di Asia mayoritas ditutup bervariasi.
Yen Jepang, misalnya, melemah sebesar 0,08 persen bersamaan dengan Won Korea yang juga melemah 0,12 persen.
Sementara, Yuan China juga ikut menemani, turun 0,05 persen. Ringgit Malaysia dan Baht Thailand justru menguat, masing-masing 0,03 persen dan 0,14 persen.
“Namun, Ketua Fed menegaskan kembali komitmen bank sentral terhadap target inflasi 2 persen dan tidak memberikan petunjuk langsung kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya,” ungkapnya dalam keterangan resmi hari ini.
Sementara itu, sebagian besar pedagang tetap mempertahankan prediksi mereka terkait penurunan suku bunga pada September mendatang. Hal ini didorong oleh kesaksian Powell yang mendorong kehati-hatian tambahan menjelang rilis data inflasi indeks harga konsumen utama pada Kamis, 11 Juli 2024.
“Data tersebut diperkirakan akan menunjukkan penurunan inflasi pada bulan Juni, meskipun sedikit. Dolar menguat setelah kesaksian Powell. Ketua Fed juga akan memberikan kesaksian di depan DPR pada Rabu mendatang,” katanya.
Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa penjualan eceran pada Juni 2024 diperkirakan meningkat baik secara tahunan maupun bulanan. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Juni 2024 yang mencatatkan angka 232,8 atau tumbuh 4,4 persen year-on-year (YoY), naik dari 2,1 persen YoY pada April 2024.
Peningkatan penjualan eceran didorong oleh kategori perlengkapan rumah tangga lainnya sebesar 0,8 persen YoY, sandang 5,6 persen YoY, serta makanan, minuman, dan tembakau 5,1 persen secara tahunan. Namun, kelompok barang budaya dan rekreasi mengalami kontraksi sebesar 5,9 persen YoY, sementara peralatan informasi dan komunikasi turun 4,3 persen YoY, meskipun menunjukkan perbaikan dari fase kontraksi sebelumnya.
“Secara bulanan, penjualan eceran pada Juni 2024 diperkirakan tumbuh sebesar 2,1 persen month-to-month [MtM], setelah mengalami kontraksi sebesar 3,5 persen MtM pada periode sebelumnya,” ujarnya.
Menyikapi perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah akan mengalami fluktuasi namun kemungkinan akan ditutup menguat dalam kisaran Rp16.190 hingga Rp16.280 per dolar AS.
Berkah Spekulasi Powell
Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell, dalam testimoni di depan Komite Senat Perbankan, Perumahan, dan Urusan Perkotaan AS akan menjadi pertimbangan penting bagi pelaku pasar dalam waktu mendatang.
Powell menyampaikan kekhawatiran bahwa mempertahankan tingkat suku bunga yang terlalu tinggi terlalu lama dapat membahayakan pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada sedikit penurunan inflasi yang konsisten mendekati target The Fed sebesar 2 persen, Powell mengakui adanya kemajuan moderat dalam data inflasi terbaru.
“Dengan kemajuan moderat dalam data inflasi terbaru, kami semakin yakin bahwa inflasi akan bergerak menuju target 2 persen secara berkelanjutan,” ujar Powell.
Namun, Powell juga mengingatkan bahwa inflasi bukanlah satu-satunya risiko yang dihadapi ekonomi AS saat ini. Dia menyoroti potensi risiko jika suku bunga tetap tinggi dalam jangka waktu yang panjang.
Meskipun demikian, The Fed masih membutuhkan data tambahan untuk memastikan langkah-langkah selanjutnya terkait potensi penurunan suku bunga yang diperkirakan akan terjadi dalam tahun ini.
Jika penurunan suku bunga dilakukan tahun ini, hal ini diharapkan akan memberikan dorongan positif bagi pasar keuangan domestik, termasuk untuk mata uang Rupiah dengan potensi tekanan yang lebih rendah.
Penjualan Eceran Meningkat
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa kinerja penjualan eceran pada Juni 2024 menunjukkan peningkatan baik secara tahunan maupun bulanan. Indeks Penjualan Riil (IPR) Juni 2024 mencatat angka 232,8, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 4,4 persen year-on-year (YoY), naik dari 2,1 persen YoY pada April 2024.
Peningkatan ini didorong oleh kategori perlengkapan rumah tangga lainnya yang tumbuh 0,8 persen YoY, sandang 5,6 persen YoY, serta makanan, minuman, dan tembakau 5,1 persen YoY. Di sisi lain, kelompok barang budaya dan rekreasi mengalami kontraksi 5,9 persen YoY, sedangkan peralatan informasi dan komunikasi turun 4,3 persen YoY, meski menunjukkan perbaikan dari fase kontraksi sebelumnya.
Kondisi menguatnya Rupiah dipengaruhi oleh prospek penurunan suku bunga yang diprediksi oleh The Fed dalam tahun ini. Pernyataan Jerome Powell menunjukkan kecenderungan untuk mengurangi suku bunga guna mendukung pertumbuhan ekonomi AS yang lebih stabil.
Prospek ini memberikan angin segar bagi pasar keuangan domestik, termasuk Rupiah, dengan harapan bahwa tekanan terhadap mata uang Garuda dapat berkurang. Namun, keputusan final masih tergantung pada data ekonomi yang akan datang, yang akan mempengaruhi keputusan The Fed dalam waktu mendatang.(*)