KABARBURSA.COM – Volume impor mobil Indonesia secara keseluruhan atau completely built up (CBU) tercatat sebesar 36.302 unit pada semester I-2024.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), volume impor tersebut turun 32,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni 53.806 unit.
Ada pun, Juni merupakan bulan dengan volume impor CBU paling banyak pada semester I-2024 yakni sebesar 6.138 unit. Sebaliknya, Januari menjadi bulan dengan volume impor CBU paling sedikit pada semester I-2024 yakni sebesar 4.622 unit.
Toyota menjadi agen tunggal pemegang merek (ATPM) dengan volume impor paling besar pada semester I-2024, yakni 13.199 unit atau 36,4 persen dari keseluruhan volume impor. Namun, volume impor Toyota turun 39,8 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan dengan semester I-2023 sebesar 21.908 unit.
ATPM yang berada pada peringkat kedua dengan volume impor paling besar pada semester I-2024 adalah Suzuki, yakni sejumlah 5.494 unit atau 15,1 persen dari keseluruhan. Serupa dengan Toyota, volume impor Suzuki juga mengalami penurunan yoy sebesar 14,5 persen dibandingkan dengan 6.427 unit pada semester I-2023.
Mitsubishi Motors menjadi ATPM yang berada pada peringkat ketiga dengan volume impor paling besar pada semester I-2024, yakni sebanyak 3.927 unit atau 10,8 persen dari keseluruhan. Volume impor Mitsubishi Motors anjlok 65,8 persen secara yoy dibandingkan dengan 11.479 unit pada semester I-2023.
Secara keseluruhan, sentimen pasar mobil cukup positif saat ini, dengan prediksi pertumbuhan di tahun 2024. Meskipun terdapat beberapa tantangan, optimisme terhadap pasar mobil masih cukup kuat. Hal ini didukung oleh berbagai faktor pendorong seperti penurunan suku bunga, meningkatnya mobilitas, dan potensi pasar yang besar.
Sektor otomotif Indonesia diramalkan bakal menorehkan kinerja gemilang di tahun 2024. Usainya era suku bunga tinggi, lonjakan mobilitas, serta perkembangan pesat kendaraan listrik menjadi katalis utama yang memacu optimisme ini.
Kiswoyo Adi Joe, Kepala Investasi Reswara Gian Investa, menyatakan bahwa kinerja sektor otomotif memiliki keterkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan ekspektasi penurunan suku bunga oleh the Fed dan Bank Indonesia (BI) tahun ini, pertumbuhan ekonomi diharapkan bisa lebih optimal. Mengingat konsumsi domestik yang besar, sektor otomotif memiliki peluang besar untuk berkembang.
Robertus Hardy dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia menambahkan bahwa pemilu 2024 yang melibatkan beberapa tahapan diprediksi akan mendorong peningkatan mobilitas masyarakat. Data menunjukkan, hingga tahun 2022, volume penjualan mobil di Indonesia masih relatif rendah, hanya 0,4 unit per 100 penduduk. Ini dibandingkan dengan Malaysia (1,8 unit), Thailand (1 unit), Korea Selatan (2,4 unit), dan Jepang (3,1 unit). Dengan penetrasi pasar yang masih rendah, industri otomotif Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang sangat besar.
Muhamad Rudy Setiawan dari MNC Sekuritas melihat perkembangan kendaraan listrik sebagai pendorong tambahan. Pemerintah berencana memperpanjang program insentif kendaraan listrik, termasuk insentif Rp 7 juta per unit untuk kendaraan baru dan konversi dari konvensional ke listrik, yang akan berlanjut hingga akhir 2024. Kebijakan akomodatif lainnya, seperti insentif fiskal dan pembebasan bea masuk, juga akan diterapkan untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik dalam negeri.
Namun, perkembangan ini tidak lepas dari tantangan. Larangan ekspor galium dan germanium dari China, komponen penting untuk semikonduktor dalam mobil listrik, dapat mempengaruhi rantai pasokan. Potensi kenaikan harga logam-logam tersebut bisa terjadi akibat hambatan produksi dan logistik.
MNC Sekuritas tetap optimis, memberikan pandangan overweight untuk sektor otomotif. Target penjualan mobil sebanyak 1 juta unit dan sepeda motor 6,2-6,5 juta unit pada 2024 dipandang realistis. PT Astra International Tbk (ASII) menjadi saham unggulan, dengan proyeksi pembagian dividen yang menarik, didukung oleh segmen otomotif dan jasa keuangannya yang kuat. Robertus Hardy memproyeksikan bahwa kedua segmen ini akan menyumbang 67 persen dari laba bersih konsolidasi ASII pada tahun 2024.
Berikut beberapa indikatornya:
Faktor Pendukung:
- Penurunan Suku Bunga: Diharapkan mendorong daya beli masyarakat, termasuk untuk pembelian mobil.
- Meningkatnya Mobilitas: Pemulihan dari pandemi dan aktivitas ekonomi yang menggeliat kembali meningkatkan kebutuhan akan transportasi pribadi.
- Pemilu 2024: Diperkirakan meningkatkan aktivitas dan konsumsi masyarakat, termasuk pembelian mobil.
- Penetrasi Pasar Rendah: Dibandingkan negara tetangga, menunjukkan potensi besar untuk pertumbuhan di masa depan.
- Perkembangan Kendaraan Listrik: Semakin diminati dan menjadi pendorong pertumbuhan baru di industri otomotif.
- Kinerja Emiten Otomotif: Saham-saham di sektor otomotif menunjukkan performa positif dengan potensi peningkatan.
Tantangan:
- Kenaikan Harga Bahan Bakar: Dapat menghambat daya beli konsumen.
- Gangguan Rantai Pasokan: Masih menjadi kendala yang dapat berimbas pada harga dan ketersediaan mobil.
- Ketidakpastian Ekonomi Global: Bisa berdampak negatif pada iklim investasi dan konsumsi.
Data impor Indonesia 2024
Secara Keseluruhan:
- Nilai impor Indonesia pada bulan April 2024 tercatat sebesar USD16,06 miliar. Angka ini menunjukkan penurunan 10,60 persen dari Maret 2024, namun naik 4,62 persen dibandingkan April 2023.
- Secara kumulatif (Januari-April 2024), nilai impor mencapai USD70,95 miliar. Angka ini naik 0,93 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2023.
- Barang-barang impor utama pada bulan April 2024 termasuk mesin/perlengkapan elektrik, plastik dan barang dari plastik, bahan kimia organik, serta gula dan kembang gula.
- Peningkatan impor ini dikontribusikan oleh peningkatan aktivitas manufaktur di Indonesia, yang tercermin dari indeks PMI manufaktur yang mencapai 52,9 pada April 2024.
Bulan per Bulan:
- Januari: Nilai impor Januari 2024 mencapai USD18,51 miliar, turun 3,13 persen dibandingkan Desember 2023, namun naik 0,36 persen dibandingkan Januari 2023.
- Februari: Nilai impor Februari 2024 mencapai USD18,42 miliar, turun 3,01 persen dibandingkan Januari 2024.
- Maret: Nilai impor Maret 2024 mencapai USD17,96 miliar, turun 2,60 persen dibandingkan Februari 2024, namun turun 12,76 persen dibandingkan Maret 2023.
- April: Nilai impor April 2024 mencapai USD16,06 miliar, turun 10,60 persen dibandingkan Maret 2024, namun naik 4,62 persen dibandingkan April 2023.
- Mei: Nilai impor Mei 2024 mencapai USD16,65 miliar.
- Juni: Nilai impor Juni 2024 mencapai USD18,45 miliar, turun 4,89 persen dibandingkan Mei 2024, namun naik 7,58 persen dibandingkan Juni 2023.
Daftar 10 ATPM dengan Impor Mobil Paling Banyak Semester I-2024:
1. Toyota: 13.199 unit
2. Suzuki: 5.494 unit
3. Mitsubishi Motors: 3.927 unit
4. Honda: 3.912 unit
5. Mazda: 2.107 unit
6. Lexus: 1.477 unit
7. BMW: 905 unit
8. Hyundai-HMID: 782 unit
9. Morris Garage: 738 unit
10. KIA: 693 unit. (*)