KABARBURSA.COM – Harga minyak dunia turun pada Senin 15 Juli 2024 karena kekhawatiran akan pelemahan permintaan dari China.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2024 turun 30 sen, atau sekitar 0,4 persen, menjadi USD81,91 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman September 2024 merosot 18 sen, atau sekitar 0,2 persen, menjadi USD84,85 per barel di London ICE Futures Exchange.
Penurunan ini dipicu oleh data yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi China melambat lebih dari yang diharapkan pada kuartal kedua, terutama karena sektor properti yang terpuruk dan minimnya pertumbuhan lapangan pekerjaan.
Selain itu, produksi kilang minyak China turun 3,7 persen year-on-year pada bulan Juni, menandai penurunan selama tiga bulan berturut-turut. Penurunan permintaan bahan bakar minyak ini memaksa kilang minyak independen di China untuk memangkas produksi mereka, yang turut berkontribusi pada penurunan harga minyak global.
Tekanan Inflasi AS
Harga minyak dunia mengalami sedikit peningkatan dalam perdagangan dunia, setelah mencatat kenaikan selama dua hari berturut-turut sebelumnya. Kenaikan ini terjadi di tengah tanda-tanda meredanya tekanan inflasi di Amerika Serikat (AS).
Menurut laporan dari Reuters, pada Jumat, 12 Juli 2024, minyak mentah berjangka Brent naik 49 sen atau 0,6 persen menjadi USD85,89 per barel pada pukul 06.30 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 58 sen atau 0,7 persen menjadi USD83,20 per barel.
Meskipun terjadi kenaikan ini, Brent diperkirakan akan mengalami penurunan secara mingguan. Harga Brent berjangka diprediksi turun sekitar 1 persen dibandingkan minggu sebelumnya setelah mencatat kenaikan selama empat minggu berturut-turut. Di sisi lain, kontrak berjangka WTI cenderung stabil setiap minggunya.
Kepercayaan investor meningkat setelah data pada hari Kamis kemarin menunjukkan harga konsumen AS turun pada bulan Juni, yang memicu harapan bahwa Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed), akan segera menurunkan suku bunga.
Suku bunga yang lebih rendah diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya meningkatkan konsumsi bahan bakar. Namun, pasar masih menunggu tanda-tanda yang lebih jelas mengenai langkah-langkah yang akan diambil.
Meskipun Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, mengakui adanya tren peningkatan tekanan harga baru-baru ini, ia menyatakan kepada anggota parlemen bahwa diperlukan lebih banyak data untuk memperkuat alasan penurunan suku bunga.
“Angka inflasi AS yang menurun mungkin mendukung upaya The Fed untuk memulai proses pelonggaran kebijakannya lebih awal. Namun, ini juga menambah serangkaian kejutan negatif dalam data ekonomi AS, yang menunjukkan melemahnya perekonomian AS,” ujar Ahli Strategi Pasar, Yeap Jun Rong.
Indikasi meningkatnya permintaan bahan bakar musim panas di AS juga mendukung harga minyak. Data pemerintah menunjukkan bahwa permintaan bensin AS mencapai 9,4 juta barel per hari (bph) pekan lalu, tertinggi sejak minggu yang mencakup libur Hari Kemerdekaan tahun 2019. Permintaan bahan bakar jet dalam rata-rata empat minggu juga berada pada titik terkuat sejak Januari 2020.
“Pasar akan tetap berada dalam kisaran yang terbatas, dilumpuhkan oleh kekuatan yang berlawanan antara perkiraan pemulihan permintaan yang dipicu oleh antisipasi musim panas yang kuat untuk konsumsi bahan bakar, namun sentimen tetap terikat oleh pelemahan ekonomi yang sedang berlangsung dan pemulihan permintaan yang tidak menentu,” kata Analis Minyak Senior di LSEG, Emril Jamil.
Permintaan bahan bakar yang kuat mendorong penyulingan AS untuk meningkatkan aktivitas dan memanfaatkan stok minyak mentah. Data pemerintah menunjukkan bahwa input bersih minyak mentah dari penyulingan di Pantai Teluk AS naik pekan lalu menjadi lebih dari 9,4 juta barel per hari untuk pertama kalinya sejak Januari 2019.
Harga Pekan Lalu
Harga minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) menunjukkan pergerakan positif, didukung oleh penurunan persediaan minyak di Amerika Serikat yang lebih besar dari perkiraan.
Harga Brent untuk kontrak pengiriman September 2024 naik 0,1 persen menjadi USD87,43 per barel, sementara WTI untuk kontrak pengiriman Agustus 2024 mencapai USD84,06 per barel, meskipun perdagangan relatif sepi karena libur Hari Kemerdekaan AS.
Penurunan stok minyak mentah AS sebesar 12,2 juta barel, jauh di atas perkiraan analis yang hanya 680.000 barel, menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga ini.
Brent sebelumnya juga mengalami kenaikan 1,3 persen ke USD87,34 per barel, yang merupakan penutupan tertinggi sejak 30 April. WTI juga mencatatkan penutupan tertinggi dalam 11 minggu di USD83,88 per barel.
Selain faktor persediaan, pasar juga dipengaruhi oleh situasi geopolitik, seperti perang di Gaza dan pemilu di Perancis dan Inggris, serta perdagangan yang sepi. Analis RBN Energy, Martin King, menyatakan bahwa para pedagang memperhatikan pasar fisik dan kondisi geopolitik saat ini.