KABARBURSA.COM – Pertumbuhan kredit tahun ini diperkirakan akan lebih baik dibandingkan capaian tahun lalu meskipun kondisi likuiditas lebih ketat akibat ketidakpastian global yang mempengaruhi tingkat bunga pasar.
Hasil Survei Perbankan terbaru yang dilansir oleh Bank Indonesia hari ini menunjukkan, pertumbuhan kredit perbankan nasional pada 2024 diprediksi menyentuh 11,8 persen, lebih tinggi dibanding capaian 2023 dengan pertumbuhan 10,4 persen. Optimisme para bankir ini didasari oleh prospek kondisi moneter dan ekonomi serta terjaganya risiko penyaluran kredit.
Tingkat suku bunga global diprediksi akan turun mulai akhir kuartal tiga, sehingga diyakini akan berdampak pada kondisi likuiditas yang lebih longgar dan peningkatan minat kredit untuk mendukung ekspansi dunia usaha.
Hasil survei yang sama menunjukkan, penyaluran kredit baru pada kuartal II-2024 lebih tinggi dibanding periode sebelumnya, tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 89,1 persen dibanding 60,8 persen pada kuartal sebelumnya.
Kredit modal kerja dan kredit investasi membukukan pertumbuhan lebih tinggi dengan SBT 7,6 persen dan 88,5 persen. Sedangkan kredit konsumsi terindikasi lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya dengan SBT 60,8 persen.
Kredit konsumsi yang masih mencatat pertumbuhan positif meliputi kredit kendaraan bermotor, kartu kredit, kredit multiguna, dan kredit tanpa agunan. Namun, kredit pemilikan rumah tercatat melambat.
Berdasarkan sektor industri, penyaluran kredit baru tertinggi dicatat oleh sektor konstruksi, industri pengolahan, transportasi, pergudangan, dan komunikasi.
Secara kuartalan, penyaluran kredit baru pada kuartal III diperkirakan meningkat dengan SBT mencapai 93,6 persen dengan fokus pada penyaluran kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi.
Bank Perketat Penyaluran
Para bankir juga terindikasi memperketat penyaluran kredit pada kuartal III, tercermin dari Indeks Lending Standard yang positif 2,6 persen.
Standar penyaluran kredit yang lebih ketat ini diperkirakan terjadi pada hampir seluruh jenis kredit, kecuali kredit konsumsi lainnya. Sebagian besar aspek kebijakan penyaluran kredit diprakirakan lebih ketat dibandingkan kuartal sebelumnya, terutama biaya persetujuan kredit. Sementara itu, suku bunga kredit diperkirakan lebih longgar.
Laju penghimpunan dana pihak ketiga bank pada kuartal III masih diprediksi meningkat tetapi lebih kecil dibanding proyeksi pertumbuhan kredit.
Prakiraan peningkatan DPK tersebut terindikasi dari SBT pertumbuhan DPK sebesar 84,5 persen, lebih tinggi dibandingkan 79,1 persen pada kuartal sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan DPK diperkirakan terjadi pada seluruh jenis instrumen, yaitu giro, tabungan, dan deposito.
Namun, pertumbuhan DPK hingga akhir 2024 diperkirakan lebih lambat dibanding tahun lalu. Hasil survei mencatat, DPK perbankan tahun ini tumbuh dengan SBT 84,5 persen, lebih rendah dibanding tahun sebelumnya dengan SBT 93,7 persen.
Likuiditas perbankan dikhawatirkan mengetat seiring dengan tren penyusutan simpanan nasabah di bank saat ini. Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan likuiditas perbankan masih terjaga pada tahun depan didorong oleh sejumlah faktor.
Berdasarkan data dari OJK, terjadi pelambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan. Pada Oktober 2023, DPK tumbuh 3,43 persen dibandingkan bulan sebelumnya, di mana pada September 2023, DPK tumbuh 6,54 persen. Saat DPK melambat, laju kredit justru kian menanjak pada Oktober 2023. Kredit perbankan pada bulan tersebut tercatat tumbuh 8,99 persen yoy setelah bulan sebelumnya, September 2023, tumbuh 8,96 persen.
Alhasil, rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) mengetat dari 83,92 persen pada September 2023 menjadi 84,19 persen pada Oktober 2023. Sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), telah terjadi kenaikan LDR sebesar 541 basis poin (bps).
Kinerja Likuiditas Perbankan 2024
Likuiditas perbankan Indonesia pada tahun 2024 menunjukkan tanda-tanda stabil meskipun terdapat beberapa tantangan. Berikut beberapa poin pentingnya:
Rasio Likuiditas:
- Rasio Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK):
- Mei 2024: 25,78 persen (lebih tinggi dari ambang batas 10 persen)
- April 2024: 25,6 persen
- Maret 2024: 27,18 persen
- Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD):
- Mei 2024: 114,58 persen (jauh di atas ambang batas 50 persen)
- April 2024: 113,9 persen
- Maret 2024: 121,05 persen
Kondisi Stabil:
- Rasio likuiditas di atas menunjukkan bahwa bank-bank memiliki aset likuid yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada nasabah.
- Hal ini mendukung stabilitas sistem perbankan dan menunjukkan kemampuan bank untuk menghadapi penarikan dana secara tiba-tiba.
Tantangan:
- Pertumbuhan Kredit:
- Kredit bank tumbuh 11,28 persenyoy per Februari 2024.
- DPK tumbuh 5,66 persen yoy per Februari 2024.
- Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan DPK dapat menekan likuiditas dalam jangka menengah.
- Kenaikan Suku Bunga:
- BI menaikkan suku bunga acuan (BI-7DRR) 25 bps pada Oktober 2023.
- Kenaikan suku bunga dapat mendorong penabung untuk menempatkan dananya di deposito berjangka, sehingga memangkas likuiditas bank.
Proyeksi OJK:
- OJK memproyeksikan likuiditas perbankan akan tetap terjaga pada tahun 2024.
- Faktor yang mendukung proyeksi ini antara lain:
- Penurunan suku bunga di negara maju pada kuartal II/2024.
- Pertumbuhan DPK yang stabil.
- Upaya bank untuk meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan pengelolaan likuiditas. (*)