KABARBURSA.COM – Nilai tukar rupiah di pasar spot mengalami pelemahan sebesar 0,26% ke level Rp 15.695 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (10/11). Meski demikian, dalam sepekan, rupiah masih menunjukkan kekuatan dengan penguatan sebesar 0,21% dari level penutupan pekan sebelumnya di Rp 15.728.
Berdasarkan kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), rupiah melemah 0,28% ke level Rp 15.693 per dolar pada Jumat (10/11). Namun, dalam rentang satu minggu, rupiah mampu menguat sebesar 0,49% dari level penutupan akhir pekan sebelumnya di Rp 15.771.
Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, pelemahan rupiah pada akhir pekan ini dipicu oleh pidato terbaru Gubernur The Fed Jerome Powell. Powell menyatakan bahwa The Fed masih belum yakin apakah kebijakan moneternya sudah cukup ketat.
Peringatan Powell tentang kesiapan The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut jika diperlukan memicu kembali pertimbangan pasar terkait ekspektasi kenaikan suku bunga. Dengan inflasi yang tinggi dan ketahanan perekonomian AS yang kuat, The Fed diperkirakan akan mengambil sikap hawkish dalam beberapa bulan mendatang.
Lebih lanjut, prospek suku bunga AS yang tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama dianggap sebagai sinyal negatif bagi mata uang Asia. Hal ini disebabkan oleh menyempitnya kesenjangan antara imbal hasil aset berisiko dan aset berisiko rendah.
Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi di China juga mempengaruhi sentimen pasar Asia, seiring serangkaian data lemah pada bulan Oktober 2023. Namun, data tersebut juga memicu harapan akan langkah-langkah stimulus tambahan dari pemerintah China.
Menurut analis mata uang, Lukman Leong, sentimen utama pergerakan rupiah pekan ini dipengaruhi oleh data ekonomi dari China dan Indonesia. Faktor seperti data perdagangan China Oktober 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2023, dan cadangan devisa Indonesia Oktober 2023 yang lebih lemah dari perkiraan, memainkan peran utama.
Sementara itu, dalam prospek ke depan, Lukman memperkirakan bahwa rupiah akan terus mengalami tekanan. Investor mengantisipasi data inflasi AS yang diperkirakan stagnan, sementara dari domestik, data perdagangan Indonesia diharapkan kembali menurun meskipun masih mencatatkan surplus pada Oktober 2023.
Leong dan Assuaibi memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp 15.600-Rp 15.850 per dolar AS pada pekan mendatang. Adapun untuk perdagangan awal pekan depan, Assuaibi memprediksi mata uang rupiah akan mengalami fluktuasi namun kemungkinan ditutup dengan pelemahan di kisaran Rp 15.680-Rp 15.770 per dolar AS.