Scroll untuk baca artikel
Infacaft 2025 Kerjasama dengan KabarBursa.com
Market Hari Ini

Laba Bersih Turun Delapan Persen, Apa Strategi Saham LPPF?

×

Laba Bersih Turun Delapan Persen, Apa Strategi Saham LPPF?

Sebarkan artikel ini
Matahari LPPF
Salah satu store Matahari. Foto: Int

KABARBURSA.COM – PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) melaporkan laba bersih sebesar Rp626 miliar untuk enam bulan pertama tahun 2024, mengalami penurunan 8 persen dibandingkan dengan Rp685 miliar pada periode yang sama tahun 2023.

CEO Matahari Monish Mansukhani, mengungkapkan bahwa tantangan yang dihadapi pada semester I-2024, terutama selama periode Lebaran, disebabkan oleh rendahnya daya beli masyarakat.

“Hasil keuangan di paruh pertama menunjukkan lemahnya kemampuan belanja konsumen yang masih terus berlanjut, terutama untuk pakaian dan alas kaki. Meskipun begitu, kami tetap berkomitmen pada rencana-rencana strategis untuk pertumbuhan jangka panjang,” kata Mansukhani, Rabu, 24 Juni 2024.

Penjualan kotor Matahari turun 2,2 persen dari Rp7,4 triliun menjadi Rp7,2 triliun pada semester I-2024, sementara pendapatan bersih terkoreksi 2,6 persen dari Rp3,8 triliun menjadi Rp3,7 triliun.

“Margin kotor mencapai 34,9 persen dari 35,3 persen di periode yang sama tahun lalu akibat pembersihan stok di awal tahun,” tambahnya.

EBITDA Matahari juga turun sekitar 8 persen dari Rp1,07 triliun menjadi Rp988 miliar. Meski demikian, Mansukhani optimistis EBITDA hingga akhir tahun bisa mencapai Rp1,2 triliun berdasarkan capaian pada semester I.

Untuk meningkatkan kinerja di sisa tahun ini, LPPF akan menerapkan berbagai strategi, termasuk perluasan area dan penambahan variasi produk dari merek-merek konsinyasi utama.

“Rebranding merek-merek eksklusif terus dilakukan untuk menarik lebih banyak pelanggan, dan merek in-house SUKO siap untuk memperluas jangkauannya ke lebih banyak gerai,” ujar Mansukhani.

Dalam bidang digital, Matahari juga akan memanfaatkan influencer dan media sosial. Pada semester II, perusahaan akan menggelar kampanye besar dengan fokus pada membangun komunitas dan meningkatkan keterlibatan merek.

Tutup Dua Gerai

PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) baru-baru ini mengumumkan penutupan dua gerai mereka yang berada di Mall Balekota dan WTC Serpong. Dalam keterangan resmi yang dirilis pada 2 Juli 2024, manajemen menjelaskan bahwa langkah ini adalah bagian dari upaya optimalisasi strategis terhadap portofolio usaha. Penutupan ini dilakukan khusus pada gerai-gerai yang tidak berkinerja baik. Sebagai gantinya, manajemen memutuskan untuk membuka gerai baru di area dengan tingkat kunjungan konsumen yang tinggi.

“Keputusan ini diambil setelah melalui proses evaluasi menyeluruh, sejalan dengan strategi bisnis jangka panjang kami dan praktik operasional standar,” tulis manajemen Matahari.

Matahari terus berfokus pada rebranding dan modernisasi gerai utamanya. Tahun lalu, mereka membuka sembilan gerai baru dan berencana untuk membuka lebih banyak lagi pada 2024. Yang terbaru, Matahari membuka gerai di AEON Deltamas pada Maret 2024.

Dampak Produk Impor

Sebelumnya, Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menduga bahwa penutupan gerai Matahari di Tangerang disebabkan oleh banjirnya tekstil impor ilegal. Dugaan ini muncul karena produk yang ditawarkan Matahari merupakan tekstil lokal.

Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah, menjelaskan bahwa peritel di dalam mal terbagi menjadi tiga kelompok: restoran, makanan dan minuman, serta fashion. Menurutnya, hanya sektor fesyen yang belum membaik sejak pandemi Covid-19, sementara sektor restoran dan makanan dan minuman telah pulih.

“Matahari ini kan banyak produk lokalnya. Masalahnya adalah banjirnya barang-barang impor ilegal yang masuk ke Indonesia tanpa bayar pajak dan syarat,” kata Budiharjo, 1 Juli lalu.

Ia menjelaskan bahwa produk lokal di Matahari tidak bisa bersaing karena harga produk impor ilegal lebih murah akibat rendahnya beban impor. Oleh karena itu, Budiharjo mendorong pemerintah untuk memperketat dan memberantas barang-barang impor ilegal. Pada saat yang sama, ia menyarankan agar arus produk fashion bernilai tinggi diperlancar karena produk-produk tersebut belum mampu diproduksi di dalam negeri.

Produk fashion impor bernilai tinggi dapat menarik wisatawan mancanegara ke dalam mal, serta mencegah wisatawan lokal berbelanja ke luar negeri jika produk-produk tersebut tersedia di dalam negeri.

“Produk-produk fashion bernilai tinggi harus dikasih kemudahan untuk masuk ke dalam negeri, karena itu menjadi traffic puller,” ujar Budiharjo.

Produk lokal sering kali kalah bersaing dengan barang-barang impor ilegal yang dijual dengan harga lebih murah. Hal ini disebabkan karena produk impor ilegal biasanya tidak dikenakan pajak dan bea masuk yang seharusnya. Dengan adanya satgas impor ilegal, pengawasan dan penindakan terhadap barang-barang impor ilegal dapat dilakukan lebih efektif, sehingga produk lokal memiliki kesempatan yang lebih adil untuk bersaing di pasar.(*)