Scroll untuk baca artikel

Daftar 10 Saham Net Sell Tertinggi, BBRI Tertinggi

×

Daftar 10 Saham Net Sell Tertinggi, BBRI Tertinggi

Sebarkan artikel ini
MGL7300 11zon scaled
Pengunjung memperhatikan Papan Pantau Saham yang menghijau di Main Hal Bursa Efek Indonesia (BEI) (foto: KabarBursa/abbas sandji)

KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir pekan ini, Jumat 26 Juli 2024 lalu ditutup menguat 47,89 poin atau setara 0,66 persen ke level 7.288,17.

Kenaikan ini, meskipun menggembirakan, belum cukup membuat indeks surplus selama satu pekan perdagangan terakhir. Sepanjang periode ini, indeks justru mencatatkan penurunan tipis sebesar 0,09 persen.

Pada tanggal 26 Juli 2024, pasar saham mengalami fluktuasi yang signifikan dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan yang dinamis, mencerminkan sentimen pasar yang beragam.

pasar saham Indonesia menunjukkan performa yang cukup beragam. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan kenaikan yang moderat, mencerminkan sentimen pasar yang masih berhati-hati namun optimis terhadap beberapa sektor.

Analisis

Sentimen terhadap IHSG pada tanggal 26 Juli 2024 cenderung beragam dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Beberapa sumber berita memberikan gambaran sebagai berikut:

Riset harian FAC Sekuritas menyebutkan bahwa IHSG diperkirakan cenderung tertekan pada tanggal 26 Juli 2024. Hal ini disebabkan oleh minimnya katalis positif yang kuat dan adanya wait & see terhadap rilis kinerja emiten Q2-2024.

IHSG dibuka menguat pada pagi hari tanggal 26 Juli 2024, namun kemudian mengalami fluktuasi. Sentimen pasar saat itu masih menantikan data ekonomi AS.

Perlambatan ekonomi global dapat mengurangi permintaan terhadap produk-produk Indonesia dan menekan kinerja perusahaan, sehingga berdampak negatif pada IHSG.

Pertumbuhan ekonomi global yang kuat dapat meningkatkan permintaan terhadap produk-produk Indonesia dan mendorong pertumbuhan perusahaan, sehingga berdampak positif pada IHSG.

Kenaikan harga komoditas seperti minyak dan batu bara dapat meningkatkan pendapatan perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor tersebut dan mendorong IHSG naik.

Sebaliknya, penurunan harga komoditas dapat menekan kinerja perusahaan-perusahaan tersebut dan menyebabkan IHSG turun.

Konflik geopolitik seperti perang dagang atau ketegangan geopolitik lainnya dapat meningkatkan ketidakpastian dan membuat investor cenderung menghindari risiko, sehingga berdampak negatif pada IHSG.

Tingkat toleransi risiko investor terhadap pasar saham secara global dapat mempengaruhi aliran dana masuk dan keluar dari IHSG.

Secara umum, sentimen terhadap IHSG pada tanggal 26 Juli 2024 cenderung bersifat wait and see. Investor masih menunggu kepastian dari berbagai faktor, seperti:

  • Rilis kinerja emiten Q2-2024: Kinerja keuangan perusahaan pada kuartal kedua tahun 2024 akan sangat mempengaruhi pergerakan harga saham.
  • Data ekonomi AS: Data ekonomi AS yang akan dirilis dapat memberikan sentimen positif atau negatif terhadap pasar saham global, termasuk IHSG.
  • Keadaan geopolitik global: Ketidakpastian geopolitik dapat meningkatkan volatilitas pasar.
  • Suku bunga: Kebijakan moneter bank sentral, terutama kenaikan suku bunga, dapat mempengaruhi daya tarik investasi di pasar saham.

Faktor-Faktor Penggerak Pasar

Keputusan bank sentral utama dunia mengenai suku bunga menjadi sorotan utama. Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) memberikan sinyal akan mempertahankan suku bunga acuan di level yang tinggi untuk menekan inflasi. Hal ini berdampak pada aliran modal asing dan nilai tukar rupiah.

Laporan keuangan kuartalan dari berbagai emiten besar, terutama sektor perbankan dan teknologi, memberikan pengaruh signifikan. Beberapa perusahaan melaporkan kinerja yang lebih baik dari perkiraan, sementara yang lain mengalami penurunan laba, mempengaruhi sentimen investor.

Fluktuasi harga minyak mentah dan komoditas lain seperti batu bara dan kelapa sawit turut mempengaruhi pergerakan saham. Harga minyak yang relatif stabil memberikan sentimen positif bagi sektor energi.

Data makroekonomi Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonomi dan inflasi, juga mempengaruhi pasar. Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang positif dan inflasi yang terkendali memberikan dorongan bagi IHSG.

Investor cenderung berhati-hati dalam mengambil posisi, dengan beberapa memilih untuk melakukan profit taking setelah reli yang terjadi beberapa waktu sebelumnya. Meskipun ada beberapa aksi beli yang didorong oleh laporan keuangan yang positif, aksi jual oleh investor asing memberikan tekanan pada indeks.

Sektor yang Menonjol

Saham-saham perbankan menjadi pusat perhatian, dengan beberapa bank besar melaporkan kenaikan laba yang signifikan, sementara yang lain menghadapi tekanan dari peningkatan biaya operasional.

Saham teknologi mengalami volatilitas tinggi, dipengaruhi oleh laporan pendapatan dan prospek pertumbuhan yang beragam di tengah persaingan yang ketat.

Harga minyak yang stabil memberikan dorongan bagi saham-saham di sektor energi, meskipun investor tetap waspada terhadap risiko geopolitik yang bisa mempengaruhi pasokan dan harga.

Di tengah dinamika ini, aksi jual investor asing atau net sell mencapai Rp327,25 miliar. Berikut adalah daftar 10 saham dengan nilai net sell terbesar selama satu pekan terakhir, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI):

  1. BBRI: Rp449,3 miliar
  2. BMRI: Rp249,5 miliar
  3. BREN: Rp210,4 miliar
  4. GOTO: Rp156,1 miliar
  5. TLKM: Rp136,1 miliar
  6. ICBP: Rp69,7 miliar
  7. BBNI: Rp69,7 miliar
  8. UNVR: Rp56,2 miliar
  9. TOWR: Rp55,3 miliar
  10. TPIA: Rp42 miliar. (*)