KABARBURSA.COM – PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) tengah menghadapi tantangan keuangan yang cukup serius meskipun mencatatkan perbaikan pada kuartal kedua 2024. Meski ada peningkatan laba bersih yang signifikan, laporan keuangan menunjukkan adanya penurunan pendapatan tahunan dan beberapa indikator keuangan yang masih negatif.
Artikel ini akan mengulas secara mendetail kondisi keuangan RANC, termasuk arus kas, valuasi, dan kinerja saham, untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai situasi perusahaan saat ini di tengah tekanan industri ritel.
Tentang Perusahaan
PT Supra Boga Lestari Tbk adalah perusahaan yang beroperasi di sektor ritel, khususnya dalam kategori Fast Moving Customer Goods (FMCG) dan produk spesial. Perusahaan ini menjalankan bisnisnya melalui format supermarket, seperti Ranch Market dan Farmers Market.
Supermarket ini menjual berbagai produk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan rumah tangga, termasuk beras, minyak goreng, gula pasir, susu, permen, rokok, barang-barang personal care, buah-buahan, sayur-sayuran, daging, dan barang-barang olahan beku seperti es krim dan makanan beku lainnya.
Struktur kepemilikan saham PT Supra Boga Lestari Tbk mencerminkan dukungan yang kuat dari beberapa pemegang saham utama. PT Global Digital Niaga Tbk memegang 70,56 persen saham perusahaan dengan jumlah saham sebesar 1,10 miliar.
PT Wijaya Sumber Sejahtera memiliki 11,83 persen saham dengan jumlah 185,11 juta saham, sementara masyarakat umum (non-warkat) memiliki 11,74 persen saham yang setara dengan 183,76 juta saham. Selain itu, PT Prima Rasa Inti memegang 5,76 persen saham dengan jumlah 90,05 juta saham.
Dewan Direksi dan Komisaris perusahaan ini terdiri dari individu-individu dengan kepemilikan saham yang bervariasi. Suharno Kusumodjojo, salah satu direktur, memiliki 939,95 ribu saham yang setara dengan 0,06 persen dari total saham perusahaan.
Honky Harjo, seorang komisaris, memegang 437,20 ribu saham (0,03 persen), dan Ronny Prasetya memiliki 306,20 ribu saham (0,02 persen). Elsa Dian Trifani juga merupakan anggota dewan direksi dengan kepemilikan saham yang lebih kecil, yakni 24,00 ribu saham atau kurang dari 0,0001 persen.
Jumlah pemegang saham perusahaan ini mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2024. Pada akhir Juni 2024, jumlah pemegang saham tercatat sebanyak 1.370, mengalami penurunan sebanyak 6 pemegang dari bulan sebelumnya yang berjumlah 1.376. Pada akhir Mei 2024, jumlah pemegang saham turun sebanyak 25 dari bulan sebelumnya yang berjumlah 1.401.
Pada akhir April, jumlah pemegang saham adalah 1.401, turun 2 dari bulan sebelumnya yang berjumlah 1.403. Pada bulan Maret 2024, jumlah pemegang saham sempat meningkat sebanyak 8, mencapai 1.403, namun pada bulan Februari dan Januari jumlah pemegang saham masing-masing menurun sebanyak 2 dan 16, menjadi 1.395 dan 1.397.
Laba Bersih
Pada kuartal pertama 2024, PT Supra Boga Lestari Tbk mengalami kerugian sebesar Rp13 miliar. Namun, pada kuartal kedua, perusahaan berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp73 miliar, menandakan perbaikan signifikan dari kerugian sebesar Rp27 miliar pada periode yang sama 2023. Dengan perbaikan ini, laba bersih tahunan perusahaan diharapkan mencapai Rp120 miliar pada akhir tahun, naik dari kerugian tahunan sebesar Rp121 miliar pada tahun sebelumnya.
Valuasi
Rasio PE (Price to Earnings) saat ini berdasarkan kinerja tahunan berada di angka 7,29, yang menunjukkan valuasi yang relatif lebih murah dibandingkan periode TTM (Trailing Twelve Months) yang berada pada angka -48,89. Hal ini menggambarkan adanya pemulihan kinerja keuangan perusahaan yang cukup signifikan. Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) TTM berada di angka 0,32, dan rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) di angka 2,46. Ini menandakan valuasi pasar terhadap pendapatan dan aset perusahaan relatif rendah.
Per Saham
Laba per saham (EPS) untuk periode TTM berada di angka -11,45, menunjukkan kerugian per saham. Namun, jika dihitung secara tahunan, laba per saham mencapai 76,79. Pendapatan per saham (Revenue Per Share) untuk TTM berada di Rp1.776,82. Nilai ini mencerminkan pendapatan yang diperoleh per saham perusahaan selama periode tersebut.
Solvabilitas
Rasio lancar (Current Ratio) kuartal saat ini adalah 0,93, yang menunjukkan bahwa perusahaan hampir dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimiliki. Namun, rasio cepat (Quick Ratio) berada di angka 0,21, menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan tanpa memperhitungkan persediaan masih tergolong rendah. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) berada di angka 0,48, menunjukkan struktur modal yang cukup seimbang antara ekuitas dan utang.
Profitabilitas
Return on Assets (ROA) untuk TTM berada di angka -1,42 persen, dan Return on Equity (ROE) berada di angka -5,04 persen. Margin laba kotor (Gross Profit Margin) untuk kuartal ini adalah 24,65 persen, sedangkan margin laba operasional (Operating Profit Margin) adalah -0,47 persen. Margin laba bersih (Net Profit Margin) untuk kuartal ini berada di angka 10,50 persen, menunjukkan bahwa perusahaan masih dapat mencatatkan laba bersih dari penjualannya.
Laporan Keuangan
Pendapatan (Revenue) untuk TTM adalah Rp2,78 triliun, dengan laba kotor (Gross Profit) sebesar Rp668 miliar. EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) untuk TTM tercatat sebesar Rp107 miliar, sementara laba bersih (Net Income) menunjukkan kerugian sebesar Rp18 miliar. Di sisi neraca, kas perusahaan untuk kuartal ini adalah Rp214 miliar, dengan total aset sebesar Rp1,26 triliun dan total kewajiban sebesar Rp907 miliar. Utang jangka pendek perusahaan tercatat sebesar Rp135 miliar.
Laporan Arus Kas
Pada periode TTM (Trailing Twelve Months), arus kas dari operasi (Cash From Operations) tercatat sebesar Rp144 miliar, yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dari aktivitas operasionalnya. Arus kas dari investasi (Cash From Investing) mencapai Rp101 miliar, sementara arus kas dari pendanaan (Cash From Financing) mengalami defisit sebesar Rp106 miliar. Pengeluaran modal (Capital Expenditure) tercatat sebesar Rp19 miliar, menghasilkan arus kas bebas (Free Cash Flow) sebesar Rp166 miliar.
Pertumbuhan
Pertumbuhan pendapatan kuartalan (Quarter YoY Growth) menunjukkan penurunan sebesar 6,16 persen, sementara pertumbuhan pendapatan tahunan (Annual YoY Growth) turun sebesar 3,26 persen. Namun, pendapatan bersih kuartalan (Net Income Quarter YoY Growth) mengalami peningkatan signifikan sebesar 373,86 persen. Pertumbuhan laba bersih tahunan (Net Income Annual YoY Growth) menunjukkan penurunan sebesar 44,06 persen. Hal ini menggambarkan bahwa meskipun ada peningkatan signifikan dalam laba bersih kuartalan, tantangan masih ada untuk perbaikan jangka panjang.
Kinerja Harga Saham
Kinerja harga saham dalam satu minggu terakhir mengalami penurunan sebesar 1,75 persen. Namun, dalam satu bulan terakhir, harga saham meningkat sebesar 3,70 persen. Kinerja harga saham dalam tiga bulan dan enam bulan terakhir masing-masing mengalami penurunan sebesar 5,08 persen dan 5,88 persen. Dalam satu tahun terakhir, harga saham mengalami penurunan sebesar 15,15 persen.
Kinerja harga saham dalam tiga tahun terakhir turun sebesar 30,00 persen, tetapi dalam lima tahun terakhir meningkat sebesar 39,30 persen. Kinerja harga saham dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan peningkatan sebesar 5,66 persen. Pada tahun ini hingga saat ini, kinerja harga saham turun sebesar 16,42 persen. Harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir adalah Rp700, sementara harga terendah adalah Rp500.(*)