Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Saham di Jepang Turun, Wall Street Rontok

×

Saham di Jepang Turun, Wall Street Rontok

Sebarkan artikel ini
Bursa Nikkei

KABARBURSA.COM – Saham-saham Jepang tampak memasuki tren bearish (penurunan), dengan indeks Nikkei 225 mengalami penurunan lebih dari 5 persen. Sementara itu, aksi jual di pasar Asia Pasifik terjadi sejak Jumat, 2 Agustus 2024.

Investor saat ini menantikan rilis data perdagangan penting dari China dan Taiwan, serta keputusan dari bank sentral Australia dan India.

Pasar Jepang memimpin penurunan di kawasan tersebut, dengan Nikkei 225 dan Topix jatuh hingga 7 persen dalam perdagangan yang volatil. Perusahaan-perusahaan dagang besar seperti Mitsubishi, Mitsui & Co, Sumitomo, dan Marubeni semuanya mengalami penurunan lebih dari 10 persen.

Pada titik ini, baik Nikkei maupun Topix hampir memasuki wilayah pasar bearish, setelah turun hampir 20 persen dari level tertingginya pada 11 Juli 2024.

Penurunan pada Senin, 5 Agustus 2024 mengikuti kerugian pada Jumat, ketika Nikkei 225 dan Topix masing-masing merosot lebih dari 5 persen dan 6 persen. Indeks Topix mengalami hari terburuk dalam delapan tahun, sementara Nikkei mencatat hari terburuknya sejak Maret 2020.

Pada perdagangan Senin, 5 Agustus 2024 pagi, mata uang yen menguat ke level tertinggi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak Januari 2024 dan terakhir diperdagangkan pada level 145,42.

Hari ini S&P Global dijadwalkan merilis angka aktivitas sektor jasa untuk negara-negara di seluruh kawasan, termasuk India dan China.

Sementara itu, S&P/ ASX 200 Australia turun 2,3 persen. Dan, Bank Sentral Australia (RBA) akan memulai pertemuan kebijakan moneter hari ini.

Ekonom memperkirakan RBA akan mempertahankan suku bunga tetap pada 4,35 persen. Namun, pasar akan memantau pernyataan kebijakan moneter untuk kejelasan apakah RBA masih mempertimbangkan kenaikan suku bunga.

Sedangkan, Kospi Korea Selatan turun 3,9 persen, sementara Kosdaq turun 3,5 persen.

Penurunan juga dialami Indeks Hang Seng (HSI) Hong Kong berjangka berada di angka 16.901, lebih rendah dari penutupan terakhir HSI di level 16.945,51.

Pada Jumat di AS, saham anjlok tajam karena laporan pekerjaan yang jauh lebih lemah dari yang diantisipasi untuk Juli 2024 memicu kekhawatiran ekonomi bisa jatuh ke dalam resesi.

Nasdaq adalah yang pertama dari tiga tolok ukur utama yang memasuki wilayah koreksi, turun lebih dari 10 persen dari rekor tertingginya. S&P 500 dan Dow masing-masing berada 5,7 persen dan 3,9 persen di bawah rekor tertinggi mereka.

S&P 500 anjlok 1,84 persen, sementara Nasdaq Composite turun 2,43 persen. Dow Jones Industrial Average turun 610,71 poin atau 1,51 persen.

Wall Street Rontok

Sementara itu, bursa saham AS, Wall Street, ditutup turun pada perdagangan Jumat, 2 Agustus 2024.  Melemahnya laporan kinerja perusahaan pada Juli menimbulkan kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi sehingga mendorong investor melakukan aksi jual.

S&P 500 turun 1,84 persen dan berakhir di 5.346,56. Nasdaq Composite terkoreksi 2,43 persen ditutup di level 16.776,16, sedangkan Dow Jones Industrial Average tergelincir 610,71 poin atau 1,51 persen, ditutup pada 39.737,26. Nasdaq bahkan telah merosot lebih dari 10 persen dari level tertingginya baru-baru ini.

Rontoknya ketiga bursa AS ini juga terjadi setelah laporan pertumbuhan pekerjaan di AS pada Juli lalu yang menunjukkan perlambatan lebih dari yang diperkirakan. Tingkat pengangguran naik ke level tertinggi sejak Oktober 2021.

Menurut laporan Departemen Tenaga Kerja, jumlah pekerjaan di luar pertanian atau nonfarm payrolls hanya naik 114.000 pada bulan lalu.

Angka tersebut turun dibandingkan tambahan sebanyak 179.000 pekerjaan pada Juni dan di bawah perkiraan 185.000 oleh para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Tingkat pengangguran meningkat menjadi 4,3 persen.

Imbal hasil treasury 10 tahun turun ke level terendah sejak Desember karena investor beralih ke obligasi.

Beberapa saham berkapitalisasi besar juga turun tajam pada Jumat kemarin. Saham Amazon merosot 8,8 persen setelah melaporkan hasil kuartal kedua yang memicu kekhawatiran investor tentang kenaikan belanja modal kecerdasan buatan. Kinerja keuangan perusahaan ini meleset dari estimasi pendapatan dengan hasil yang mengecewakan. Sementara itu, saham Intel anjlok 26 persen setelah mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja. Nvidia juga merosot 1,8 persen melanjutkan penurunan sehari sebelumnya yang mencapai 6 persen.

Nasdaq adalah indeks pertama dari tiga indeks utama yang memasuki zona merah da, turun lebih dari 10 persen dari puncak tertingginya. S&P 500 dan Dow juga juga tergelincir masing-masing sebesar 5,7 persen dan 3,9 persen dari level tertinggi sepanjang masa.

Kepala strategi teknikal di LPL Financial Adam Turnquist mengatakan, koreksi saham pada hari Jumat adalah hal yang normal di tengah pasar saham yang sedang naik. Ia menyebut harga Nasdaq sudah terlalu tinggi ketika memasuki Juli, begitu juga dengan saham-saham semikonduktor. Selain itu, banyak harapan investor terhadap teknologi AI, padahal belum benar-benar terbukti ada potensi keuntungan di AI.

“Ini bukanlah akhir dari kisah AI,” kata Turnquist.

Namun, bukan hanya saham-saham teknologi yang mengalami aksi jual pada Jumat. Saham-saham bank juga ikut terpukul oleh kekhawatiran resesi, dengan Bank of America turun 4,9 persen dan Wells Fargo turun 6,4 persen. (*)