KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, 5 Agustus 2024 pagi, dibuka melemah mengikuti pelemahan bursa saham kawasan Asia dan global.
IHSG dibuka melemah di 53,51 poin atau 0,73 persen ke posisi 7.254,60. Penurunan juga terjadi pada kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 yang turun 10,65 poin atau 1,16 persen ke posisi 908,71.
Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas mengatakan, siang hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan melaporkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024, yang diperkirakan akan melandai ke bawah 5 persen year on year (yoy) dipicu oleh melandainya konsumsi masyarakat.
Selain itu, hari ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menggelar konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB).
Sementara, dari mancanegara, pasar kembali mendapat ketidakpastian sehari setelah pengumuman suku bunga The Federal Reserve (The Fed), yang mana data pasar tenaga kerja melambat tajam.
Dimulai dari klaim pengangguran yang naik signifikan ke level 249.000, atau melampaui ekspektasi proyeksi yang hanya naik 1.000 ke 236.000.
Sehari kemudian, kondisi pasar tenaga kerja yang melambat semakin dikonfirmasi dengan data pekerjaan tercatat di luar pertanian (non farm payrolls) yang hanya bertambah 114.000, atau jauh dari estimasi pasar.
Hal tersebut disimpulkan ancaman resesi meningkat di Amerika Serikat, yang kemudian memicu kekhawatiran akan terjadinya hard landing karena The Fed dinilai lambat melakukan quantitative easing seperti yang terjadi saat pandemi COVID-19 lalu.
Dari Asia, fokus pelaku pasar juga tertuju terrhadap data neraca perdagangan China dan inflasi China periode Juli 2024.
Sementara itu, bursa saham AS Wall Street ambruk secara bersamaan pada perdagangan Jumat, 2 Agustus pekan lalu, indeks Dow Jone turun 1,51 persen, sedangkan indeks Nasdaq melemah 2,43 persen, dan indeks S&P 500 jatuh 1,51 persen.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain, indeks Nikkei melemah 1.960,80 poin atau 5,46 persen ke 33.948,89, indeks Hang Seng melemah 118,73 poin atau 0,70 persen ke 16.826,77, indeks Shanghai melemah 4,05 poin atau 0,14 ke 2.901,29, dan indeks Straits Times melemah 98,57 poin atau 2,92 persen ke 3.282,87.
Emiten SMDM Disuspen BEI
Saham PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM) melonjak 24,59 persen hingga mencapai batas auto reject atas (ARA) di Rp456 pada perdagangan Jumat, 2 Agustus 2024, pekan lalu.
Dalam sepekan terakhir, saham SMDM melesat 71,43 persen, dan dalam sebulan terakhir, SMDM meningkat 141,27 persen.
Menanggapi hal itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) akhirnya menerapkan suspensi terhadap saham SMDM untuk perdagangan pada hari Senin, 5 Agustus, akibat adanya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham tersebut.
“Penghentian perdagangan (suspensi( untuk sementara perdagangan saham PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM) ini diterapkan di pasar reguler dan pasar tunai untuk memberi waktu yang cukup kepada pelaku pasar agar dapat mempertimbangkan informasi yang ada sebelum membuat keputusan investasi di saham SMDM,” jelas pengumuman BEI dikutip, Senin, 5 Agustus 2024.
Sebagai informasi, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), emiten Grup Sinar Mas, telah menandatangani perjanjian pembelian saham bersyarat terkait akuisisi 91,99 persen saham PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM), pengembang perumahan premium Rancamaya di Kota Bogor.
Pada 31 Juli 2024, BSDE telah bernegosiasi secara langsung dengan Top Global Limited (TGL), pemilik SMDM. Jika transaksi rampung, BSDE akan menjadi pengendali baru SMDM dan akan menggelar penawaran tender wajib (mandatory tender offer).
Sementara itu, Stockbit Sekuritas dalam ulasannya mengungkap bahwa Top Global merupakan entitas yang masih terafiliasi dengan keluarga Sinar Mas. Adapun berdasarkan filing dari Sinarmas Land, nilai akuisisi tersebut mencapai USD195,2 juta atau sekitar Rp2,36 triliun.
Sesuai regulasi, sebut Stockbit Sekuritas, BSDE akan melakukan mandatory tender offer (MTO) terhadap sisa saham SMDM setelah akuisisi.
“Kami mengestimasikan harga MTO tersebut sekitar Rp538 per saham, lebih tinggi +47 persen dari harga saham SMDM pada penutupan bursa 1 Agustus 2024,” jelas Stockbit dalam ulasannya pekan lalu.
Diversifikasi
Berdasarkan regulasi sendiri, jelas Stockbit, harga MTO adalah harga tertinggi antara i) harga rata-rata dari harga tertinggi perdagangan saham SMDM dalam 90 hari terakhir sebelum pengumuman akuisisi; atau ii) harga akuisisi yang dibayarkan BSDE kepada Top Global Ltd.
SMDM merupakan perusahaan real estate yang memiliki total landbank seluas 1.130 ha, berdasarkan laporan keuangan per 1Q24. Lahan-lahan tersebut terdiri dari 623 hektare di Bekasi dan Bogor, 461 hektare di Rancamaya, dan 45 hektare di Royal Tajur.
SMDM juga memiliki total area perizinan proyek sebesar 2.198 hektare, yang terdiri dari 1.350 hektare di Harvest City, 780 hektare di Rancamaya Golf, dan 68 hektare di Royal Tajur. Pada FY23, SMDM mencatatkan laba bersih sebesar Rp104 miliar.
“Transaksi ini mengimplikasikan harga akuisisi landbank milik SMDM sekitar Rp227.000 per meter persegi, yang menurut kami cukup murah,” terang Stockbit.
Namun, lanjut mereka, jika mempertimbangkan valuasi BSDE saat ini yang hanya diperdagangkan di 0,6x PBV, akuisisi SMDM di PBV yang lebih tinggi jadi terlihat mahal.
“Kami berpendapat bahwa manajemen BSDE kemungkinan menganggapi transaksi ini dapat memberikan nilai strategis untuk menambah diversifikasi bisnis mereka secara geografis, di luar area Serpong. Akuisisi ini akan dibayar secara cash, di mana BSDE memiliki kas sebesar Rp9,7 triliun per 1Q24,” pungkas Stockbit. (*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.