Scroll untuk baca artikel

Empat Emiten Raksasa Antre IPO di Bursa Efek Indonesia

×

Empat Emiten Raksasa Antre IPO di Bursa Efek Indonesia

Sebarkan artikel ini
Penulis: Yunilawati
doss
Alat-alat fotografi milik DOSS. Foto: Int

KABARBURSA.COM – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa sebanyak 28 emiten berencana mencatatkan sahamnya melalui initial public offering (IPO) di pasar modal. Dari jumlah tersebut, empat perusahaan merupakan emiten dengan aset besar, yaitu di atas Rp 250 miliar. Selain itu, terdapat 20 perusahaan dengan aset menengah, yakni antara Rp 50-250 miliar, dan empat perusahaan dengan aset kecil, di bawah Rp 50 miliar.

Menurut Direktur Penilaian Emiten BEI, I Gede Nyoman Yetna, per 9 Agustus 2024, perusahaan-perusahaan yang akan melaksanakan IPO terbanyak berasal dari sektor barang konsumsi primer, yaitu lima perusahaan. Sektor barang konsumsi non-primer dan perindustrian masing-masing menyumbang empat perusahaan.

Selain itu, terdapat tiga perusahaan dari sektor barang baku, energi, dan teknologi, serta dua perusahaan dari sektor infrastruktur dan keuangan. Sektor transportasi dan kesehatan masing-masing menyumbang satu perusahaan.

Dalam periode yang sama, BEI juga mencatat sebanyak 34 perusahaan yang telah mencatatkan sahamnya dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp5,15 triliun.

Untuk rights issue, BEI mencatat 24 perusahaan yang berada dalam pipeline. Aksi korporasi ini paling banyak dilakukan oleh emiten dari sektor barang konsumsi non-primer, sebanyak delapan perusahaan, diikuti oleh lima emiten dari sektor keuangan dan empat emiten masing-masing dari sektor barang konsumsi primer dan energi.

Selain itu, sektor barang baku, infrastruktur, dan transportasi masing-masing menyumbang satu emiten yang akan melakukan rights issue. Hingga saat ini, terdapat 15 emiten yang telah melakukan rights issue dengan total nilai Rp34,42 triliun.

Nyoman Yetna juga mengungkapkan bahwa ada 13 emisi dari sembilan perusahaan yang berencana menerbitkan Efek Beragun Aset (EBUS) yang terdaftar dalam pipeline BEI. Penerbit terbanyak berasal dari sektor energi dengan tiga perusahaan, diikuti oleh dua perusahaan masing-masing dari sektor barang baku dan industri, serta masing-masing satu perusahaan dari sektor keuangan dan transportasi. Saat ini, sebanyak 97 emisi dari 60 perusahaan telah menerbitkan EBUS, dengan dana yang dihimpun mencapai Rp81,5 triliun.

Sayangnya, sampai sekarang BEI belum merilis nama perusahaan yang akan melantai dalam waktu dekat ini. Namun, beberapa hari kemarin ada dua emiten yang mencatatkan transaksi pertamanya di Bursa, yaitu NEST dan DOSS.

Saham NEST Dicaplok Investor China

HPT Esta Indonesia Tbk. (NEST) resmi melakukan listing perdana pada Kamis, 8 Agustus 2024, dengan melepas 822,50 juta saham atau 8.225.000 lot. Dalam penawaran umum yang berdasarkan penjatahan pasti, saham Esta Indonesia mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 21,80 kali.

Data dari Bursa Efek Indonesia yang dikutip Rabu, 7 Agustus 2024, menunjukkan total pesanan saham NEST mencapai 17,93 miliar saham dari rencana 822,50 juta saham, setara 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum perdana.

Harga initial public offering (IPO) saham Esta Indonesia dipatok pada Rp200 per saham, sehingga perusahaan berhasil meraup dana segar sebesar Rp164,50 miliar. Sekitar 7,47 persen dari dana hasil IPO ini akan digunakan untuk membiayai pembangunan fasilitas produksi, pembiayaan penanaman baru, dan modal kerja entitas anak, melalui mekanisme penambahan modal.

Properti ini berlokasi di Poso, Sulawesi Tengah, dan dimiliki oleh afiliasi perusahaan, Hoo, Anton Siswanto, yang juga menjabat sebagai direktur utama dan pemegang saham pengendali. PT KGI Sekuritas Indonesia bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam penawaran umum perdana saham ini.

Kedua, sekitar 18,67 persen dari dana tersebut akan disalurkan sebagai modal kepada anak perusahaan, PT Tunas Esta Indonesia (TEI). Dana ini akan digunakan oleh TEI untuk membeli enam bidang tanah dan bangunan yang akan difungsikan sebagai kantor operasional dan pabrik, dengan kapasitas produksi diperkirakan sebesar 35 ton per tahun.

Esta Indonesia, yang berkode saham NEST, bergerak dalam bidang budidaya burung walet dan perdagangan besar sarang burung walet. Emiten ini membukukan laba bersih sebesar Rp4,27 miliar per Januari 2024, meningkat dari periode yang sama pada 2023 sebesar Rp3,43 miliar. Penjualan NEST tercatat Rp81,71 miliar, tumbuh dari posisi yang sama di 2023 sebesar Rp77,16 miliar.

DOSS Kumpulkan Dana Rp60,75 Miliar

PT Global Sukses Digital Tbk (DOSS) menetapkan harga saham IPO sebesar Rp135 per lembar, yang merupakan batas atas dari kisaran harga awal antara Rp130 hingga Rp135 per lembar. Perusahaan yang bergerak di sektor ritel alat fotografi ini berpotensi mengumpulkan dana hingga Rp60,75 miliar. Saham DOSS dijadwalkan mulai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 Agustus 2024.

Dalam IPO ini, DOSS akan melepas hingga 450 juta lembar saham, yang setara dengan 26,09 persen dari modal yang disetor setelah IPO. PT Samuel Sekuritas Indonesia bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek untuk IPO ini.

Menurut prospektus yang dirilis pada 2 Agustus 2024, DOSS berencana mengalokasikan 27,4 persen dari dana yang diperoleh dari IPO untuk belanja modal (capital expenditure). Dana ini akan digunakan untuk biaya sewa gerai, pengembangan gerai baru, serta renovasi gerai yang sudah ada selama tahun 2024 dan 2025.(*)