KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik 41,13 poin (0,54 persen) ke 7.714 sehingga berada di zona hijau mengawali perdagangan Kamis, 5 September 2024.
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia, volume perdagangan tercatat 1,2 miliar saham dengan nilai transaksi Rp620 miliar. Adapun frekuensi yang terjadi sebanyak 63.358 kali. Sebanyak 233 saham menguat, dan 107 saham melemah. Sementara, 192 saham tidak bergerak.
Sebelum menempati levelnya saat ini, IHSG sempat berada pada posisi yang lebih tinggi di level 7.722,22. Sementara posisi terendahnya berada pada level 7.679,54.
Sentimen pasar pada perdagangan hari ini sebagian besar dipengaruhi oleh perkembangan global. Namun dari dalam negeri, mengutip riset Ajaib Sekuritas sentimen dari dalam negeri, IHSG terapresiasi utamanya ditopang oleh pergerakan saham Grup Barito.
Penguatan IHSG terjadi ketika pergerakan Bursa Asia dan Wall Street terkoreksi. Investor asing tercatat beli bersih di pasar ekuitas domestik senilai Rp 192,58 miliar. Sejalan dengan inflow dari investor asing, nilai rupiah terus menguat.
Rupiah JISDOR berada pada level Rp15.490 per dolar AS, Rabu, 4 September 2024. Di sisi lain, Badan Anggaran (Banggar) DPR RI pada 4 September 2024 menyepakati postur sementara APBN Tahun Anggaran 2025. Meskipun terjadi perubahan dalam komposisi postur APBN, namun defisit anggaran tetap sebesar Rp616,19 triliun atau 2,53 persen terhadap PDB.
Lebih lanjut salah satu faktor utama yang memengaruhi pasar adalah defisit perdagangan Amerika Serikat yang melebar ke level tertinggi dalam dua tahun pada bulan Juli. Defisit perdagangan yang signifikan ini diperkirakan akan memberikan dampak tambahan pada Produk Domestik Bruto (PDB) AS, setelah kontribusinya terhadap PDB mengalami penurunan terbesar sejak awal tahun 2022 pada kuartal kedua.
Menurut laporan BloombergNews yang dikutip dari data Departemen Perdagangan AS yang dirilis pada Rabu, 4 September 2024, defisit perdagangan barang dan jasa Amerika Serikat meningkat sebesar 7,9 persen menjadi US$78,8 miliar. Kenaikan ini mencerminkan defisit perdagangan yang semakin melebar dan menunjukkan dampak negatif terhadap ekonomi secara keseluruhan.
Nilai impor barang dan jasa mengalami kenaikan sebesar 2,1 persen, mencapai level tertinggi sejak Maret 2022. Sementara itu, ekspor hanya meningkat sebesar 0,5 persen. Perlu dicatat bahwa angka-angka ini tidak disesuaikan dengan inflasi, sehingga memberikan gambaran yang mungkin tidak sepenuhnya akurat mengenai dinamika perdagangan internasional.
Selain itu, data terbaru mengenai lowongan pekerjaan di AS, yang dikenal dengan sebutan JOLTS (Job Openings and Labor Turnover Survey), menunjukkan angka yang lebih rendah dari perkiraan dan mencapai level terendah sejak tahun 2021. Laporan ini dirilis menjelang data penggajian yang sangat dinantikan pada hari Jumat, yang akan menjadi laporan tenaga kerja terakhir sebelum pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 18 September nanti.
Kelemahan pasar tenaga kerja AS, bersamaan dengan penurunan angka inflasi, telah mendorong Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell, untuk menyatakan bahwa saatnya sudah tiba bagi Bank Sentral untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga acuan.
Data tersebut telah memicu spekulasi bahwa kemungkinan adanya perubahan kebijakan moneter oleh The Fed mungkin akan terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan untuk mencegah kemungkinan resesi, yang tercermin dari pelambatan laju pertumbuhan ekonomi AS.
Di pasar swap, para pedagang semakin meningkatkan kemungkinan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan FOMC bulan September ini. Probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin kini mencapai 44 persen, menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Sebaliknya, kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin melandai menjadi 56 persen, turun dari angka sebelumnya yang sempat mencapai 70 persen. Para pelaku pasar memperkirakan bahwa Fed Fund Rate pada akhir tahun ini akan berada di level 4,5 persen.
Neil Dutta dari Renaissance Macro Research menambahkan, “Pasar tampaknya memandang bulan September sebagai momen krusial di mana keputusan antara pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 50 basis poin akan diambil, seperti melempar koin.”
Berikut adalah kondisi terkini dari bursa saham Asia pada pagi ini, menggambarkan pergerakan masing-masing indeks utama di berbagai pasar:
– Indeks Nikkei 225 di Jepang mengalami penurunan sebesar 173,500 poin atau sekitar 0,47 persen, sehingga mencapai level 36.874,101. Penurunan ini mencerminkan tekanan yang dihadapi oleh pasar saham Jepang, meskipun bursa Asia secara umum menunjukkan pergerakan yang beragam.
– Indeks Hang Seng di Hong Kong juga mengalami penurunan, dengan berkurangnya 15,160 poin atau 0,09 persen, dan berada pada level 17.442,179. Penurunan kecil ini mencerminkan volatilitas yang terus berlanjut di pasar saham Hong Kong, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi dan geopolitik.
– Indeks SSE Composite di China turun sebesar 0,719 poin atau 0,03 persen, mencapai angka 2.783,560. Penurunan tipis ini menunjukkan bahwa pasar saham China menghadapi tantangan yang relatif stabil pada pagi ini, meskipun masih terdapat ketidakpastian mengenai pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah.
– Indeks Straits Times di Singapura mengalami kenaikan sebesar 14,570 poin atau 0,42 persen, dengan indeks kini berada pada level 3.455,949. Kenaikan ini menunjukkan sentimen positif di pasar saham Singapura, yang mungkin didorong oleh faktor-faktor lokal yang mendukung pertumbuhan pasar dan stabilitas ekonomi.
Secara keseluruhan, bursa saham Asia menunjukkan pergerakan yang bervariasi pagi ini, dengan beberapa pasar mengalami penurunan sementara yang lain mencatatkan kenaikan. Pergerakan ini mencerminkan dinamika pasar yang terus berubah dan dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi global dan regional. (*)