KABARBURSA.COM – Phintraco Sekuritas meramal dinamika pasar di pembukaan perdagangan awal pekan depan, Senin, 9 September 2024, dibayangi sikap antisipatif pasar terhadap hasil Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed pada 17 hingga 18 September 2024. Dalam analisa Phintraco Sekuritas, CME FedWatch Tools mencatat peluang pemangkasan sebesar 100 persen dalam rapat FOMC tersebut. Di pekan yang sama, pasar juga turut mengantisipasi hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang masih diperkirakan menahan sukubunga acuan.
Adapun Phintraco Sekuritas sendiri memprediksi pemangkasan suku bunga acuan BI akan dilakukan pada semester IV di tahun 2024 mendatang.
“BI diperkirakan baru memangkas sukubunga acuan di 4Q24,” tulisnya.
Diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup all-time high baru di level 7,721.846 atau naik 0.531 persen pada perdagangan Jumat, 6 September 2024. Secara teknikal, terbentuk golden cross pada Stochastic RSI.
“IHSG berpotensi uji resistance pada level 7750 pada Senin dan diperkirakan bertahan di atas 7600 di pekan ini,” tulisnya.
Sementara indeks-indeks Wall Street melemah pada Jumat, 6 September 2024 lalu. Bersamaan dengan pelemahan tersebut, indeks-indeks Wall Street mengalami pelemahan mingguan terdalam dalam beberapa tahun terakhir.
Adapun pemicu utama adalah kecenderungan profit taking yang dipicu oleh realisasi sejumlah data ketenagakerjaan di Amerika Serikat (AS). Terbaru, Non-Farm Payrolls tumbuh 142 ribu di Agustus 2024, turun dari 161 ribu di Juli 2024.
Selain itu, ekspektasi kinerja keuangan di kuartal II tahun 2024 yang tidak terlalu solid dari perusahaan-perusahaan teknologi di AS juga turut memicu pelemahan indeks-indeks Wall Street.
Adapun saham-saham yang patut diperhatikan menurut Phintraco Sekuritas di awal pekan depan diantaranya:
- PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN)
- PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS)
- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)
- ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA)
- PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP)
- PT. Erajaya Swasembada Tbk (ERAA)
Kapitalisasi Pasar Meroket
Mengawali September, pasar modal Indonesia menutup pekan ini dengan kembali mencetak rekor IHSG dengan kapitalisasi pasar menyentuh level tertinggi. Pada Jumat, 6 September 2024, IHSG menyentuh level tertingginya pada level 7.721,846 dari rekor sebelumnya di level 7.694,530 pada Selasa 2 September 2024.
Kapitalisasi pasar turut mencetak rekor tertinggi Rp13.217 triliun mengalahkan rekor sebelumnya sebesar Rp13.127 triliun pada Selasa 2 September 2024. Pada pekan ini dalam periode 2 sampai 6 September 2024, peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian Bursa dengan peningkatan sebesar 13,27 persen menjadi 21,98 miliar lembar saham dari 19,40 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya.
Kapitalisasi pasar Bursa juga mengalami peningkatan sebesar 0,78 persen menjadi Rp13.217 triliun dari Rp13.114 triliun pada pekan lalu. Kemudian, peningkatan turut dialami oleh IHSG dengan peningkatan sebesar 0,67 persen menjadi berada pada level 7.721,846 dari 7.670,733 pada pekan lalu.
Perubahan terjadi pada rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa selama sepekan sebesar 6,44 persen menjadi sebanyak 1,12 juta kali transaksi dari 1,2 juta kali transaksi sepekan sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian bursa turut mengalami perubahan sebesar 70,18 persen menjadi Rp10,69 triliun dari Rp35,86 triliun pada pekan sebelumnya.
Pergerakan investor asing hari ini mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp1,03 triliun dan sepanjang tahun 2024 investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp30,99 triliun. Kenaikan IHSG itu ternyata sejalan dengan indeks sektoral. Dari 11 indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia, enam di antaranya positif.
Mereka adalah sektor IDX Sektor Keuangan (1,9053 persen), IDX Sektor Kesehatan (0,5503 persen), IDX Sektor Properti & Real Estat (0,2667 persen), IDX Sektor Teknologi (0,2741persen), IDX Sektor Barang Konsumen Primer (0,2078 persen) dan IDX Sektor Transportasi & Logistik (0,1706 persen).
Adapun lima indeks sektoral yang negatif alias turun adalah sektor IDX Sektor Barang Baku (-0,1981 persen), IDX Sektor Barang Konsumen Non-primer (-0,2156 persen), IDX Sektor Infrastruktur (-0,4775 persen), IDX Sektor Energi (-0,6139 persen) dan IDX Sektor Perindustrian (-0,6459 persen).
Selain itu, pada pekan ini terdapat satu pencatatan obligasi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada Kamis 5 September 2024, Obligasi Berkelanjutan I Oto Multiartha Tahap II Tahun 2024 yang diterbitkan oleh PT Oto Multiartha mulai dicatatkan dengan jumlah pokok Rp700 miliar. Hasil pemeringkatan atas obligasi tersebut dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) adalah idAAA (Triple A) dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk bertindak sebagai Wali Amanat.
Total emisi obligasi dan sukuk yang telah tercatat sepanjang tahun 2024 adalah 105 emisi dari 63 emiten senilai Rp87,19 triliun. Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 586 emisi dengan outstanding sebesar Rp459,66 triliun dan USD60,12 juta, yang diterbitkan oleh 132 emiten.
Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 186 seri dengan nilai nominal Rp6.182,86 triliun dan USD502,10 juta. Selain itu, di BEI telah tercatat sebanyak 9 emisi Efek Beragun Aset (EBA) dengan nilai Rp2,93 triliun. Pada perdagangan karbon periode Agustus 2024, IDXCarbon mencatatkan perdagangan karbon sebanyak 176 ton CO2 ekuivalen (tCO2e) senilai Rp10.738.000.
Jumlah pengguna jasa telah bertumbuh menjadi total 75 pengguna jasa. Terdapat 3 produk Sertifikat Pengurangan Emisi – Gas Rumah Kaca (SPE-GRK) yang terdaftar di IDXCarbon yaitu Proyek Lahendong Unit 5 & Unit 6 PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Pembangunan Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Blok 3 PJB Muara Karang, dan Pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro PLTM Gunung Wugul.(*)